Mentari pagi perlahan merangkak naik ke peraduan, cahayanya yang terang menembus jendela kamarku. Tanpa rasa bersalah, mentari itu menyakiti mataku, membuatku terpaksa bangun dari buaian mimpi indah.
Ya, mimpi indah. Tadi malam aku bermimpi menjadi gadis bahagia yang bebas, bebas dari segala aturan.
Setelah bangun dari tempat tidur dan hanya cuci muka, aku berjalan keluar kamar menuju dapur. Kulihat Bi Sri tengah sibuk mengerjakan sesuatu di dapur. Di rumah ini, Bi Sri adalah satu-satunya asisten rumah tangga yang mengurus dapur, karena baik aku, Kak Dareen maupun Papa, hanya menyukai masakan Bi Sri yang telah bekerja lumayan lama mengurus dapur rumah ini.
Semenjak aku kehilangan sosok Mama dalam hidupku, Bi Sri lah yang memberiku kasih sayang layaknya seorang ibu.
"Non, mau sarapan apa?" Bi Sri meletakkan segelas susu di meja makan.
"Aku sarapan roti aja deh Bi, oh iya aku harus panggil 'Ibu' ya?" tanyaku merasa canggung.
Sangat aneh memang, wanita yang dari kecil mengurusku, sekarang menjadi mertuaku. Aku yang dulu sering minta dibuatkan ini, itu, sekarang malah menjadi menantu yang harus menghormati ibu mertuaku.
Meskipun aku tak seratus persen paham tentang rumah tangga, tapi dari drama korea, juga film-film yang aku tonton, aku bisa simpulkan, mertua itu jahat!
"Jangan Non, Non Kimmy tetap seperti biasa ya, jangan berubah! Bibi sayang sama Non, bibi nggak mau kalau kita jadi canggung Non. Bibi minta, Non Kimmy tetep seperti biasa ya," ucap Bi Sri.
Bi Sri tersenyum, lalu aku memeluk wanita tua itu. Aku percaya, Bi Sri tulus menyayangiku, lagi pula, aku tidak menganggap Arsen seperti suami, jadi biarlah hubunganku dan Bi Sri seperti biasanya.
Usai sarapan dan mandi, aku menghubungi Nana untuk pergi ke sebuah mall. Selain cuci mata, kami juga berencana untuk membeli perlengkapan ospek.
Mobilku sudah terparkir cantik di halaman depan, padahal seingatku, mobil itu ada di garasi saat terakhir kali aku meninggalkan rumah.
Aku melihat Arsen sedang berjalan menuju motor matic-nya. Motor hitam itu bersandingan dengan mobil merah milikku. Apa Arsen yang menyiapkan mobilku?
Aku berjalan pelan menghampiri Arsen, setelah menolaknya pindah ke indekos semalam, sebenarnya aku merasa tak enak hati jika harus bertemu dengannya.
"Ehem …." Aku berdehem saat berdiri di belakang Arsen yang tengah mengelap motornya.
Arsen langsung berdiri dan menatapku.
Kausnya yang setengah basah, mencetak jelas otot-otot yang terbentuk sempurna di perutnya. Sumpah, Arsen keren sekali. Tubuhnya benar-benar atletis. Aku yakin dia rutin berolahraga.
"Mau pergi sekarang?" tanya Arsen.
Aku langsung mengalihkan pandanganku dari perutnya, lalu memperhatikan mobilku yang sudah bersih dan wangi, pasti Arsen telah mencuci mobilku tadi.
"Iya, aku mau cari pita buat ospek besok," jawabku.
"Sama siapa?" tanya Arsen.
Aku menatapnya kesal, kenapa dia harus bertanya? Apa dia sedang menjadi mata-mata?
"Sama Nana, bilang sama Papa, aku pergi sama Nana." Dengan kesal aku melotot pada Arsen.
"Galaknya istriku, ya sudah hati-hati, jangan lupa besok pakai kemeja merah ya!" kata Arsen yang membuatku menoleh padanya.
"Kenapa emangnya?" tanyaku.
"Aturannya gitu, kalau kamu melanggar, bisa jadi bulan-bulanan senior nanti." Arsen membuka pintu bagian kemudi mobilku.
"Bodo amat," jawabku lalu masuk ke mobil.
Aku mengemudikan mobilku menuju sebuah pusat perbelanjaan, karena Nana sudah menungguku di sana.
***
Keesokan harinya
Pagi menjelang, seperti biasa aku kesiangan. Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 06.25. Ah, sial! Hari pertama kenapa harus kesiangan sih? Lalu, dengan cepat aku mandi, kemudian memakai kaus merah yang sedikit ketat tapi menurutku sangat oke.
Aku berjalan menuju garasi, tidak ada motor Arsen di sana. Dia pasti sudah berangkat. Lalu, aku pun segera menuju kampus dengan mobilku, sembari memakan sandwich buatan Bi Sri.
Akhirnya, sampai juga di pos jaga kampus. Aku segera menyambar tas, kemudian keluar dari mobil. Rambutku saat ini dikucir dua, dengan kepangan seadanya, lalu dihias pita warna merah. Sumpah ini kampungan sekali.
Saat aku keluar dari mobil, aku merasa semua mata tertuju padaku. Beberapa senior laki-laki juga tengah menatapku, aku yakin mereka terpesona dengan kecantikanku. Untung saja, tidak ada Arsen.
Dua orang mahasiswi yang memakai jas almamater kampus menghampiriku, aku sangat yakin mereka senior juga di kampus.
"Kamu anak baru?" tanya senior yang rambutnya digelung ke atas.
"Iya, Kak. Ada apa?" tanyaku penasaran. Aku perhatikan, raut wajah mereka sangat tidak bersahabat.
"Sela, coba jelasin Sel. Ini anak baru nggak ngerti aturan kayaknya," ucap senior yang rambutnya digelung.
"Anak baru, pulang sana ganti baju pakek hem atau gamis, kalau kamu nggak mau aku lepas kaosmu disini!" perintah senior yang sepertinya bernama Sela.
"Kenapa harus pulang, yang penting kan aku pake baju, sama-sama merah ini, 'kan," protesku tak ingin kalah.
"Dibilangin ngeyel banget sih, junior aja belagu, awas kujambak rambutmu!" ancam Sela lagi.
"Nggak takut." Aku hampir maju untuk menantang senior itu.
Namun, tiba-tiba seseorang menarik tanganku.
🌹🌹🌹
Jangan tanya siapa... Othor belum kenalan...
Oke.. tinggalkan like dan komennya ya... biar Othor rajin up nya 🤭🤭🤭
Sampai jumpa lagi 👋👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Zieya🖤
pasti lakik nya si Kimmy
2024-05-11
0
LENY
DUH KIMMORA DI RUMAH BOLEH LU BOSS KL DI KAMPUS IKUT ATURAN JGN SOK
2024-04-22
1
Desy Rs Azuz
Hmmmm
2023-09-10
0