"Apa tidurmu nyenyak?" tanya istrinya.
Lina sadar beberapa hari ini suaminya kurang tidur. Dan itu membuatnya cemas.
"Ya, tentu saja," jawab Dion sambil tersenyum.
Lalu ia menghampiri istrinya dan memberikan kecupan selamat pagi di kening istrinya. Dan ia pun memilih melupakan apa yang ia lihat barusan. Dion tidak ingin istrinya cemas. Dan lagi, belum tentu juga yang dia lihat itu benar-benar ada. Mungkin hanya ilusi karena baru bangun tidur, jadi penglihatanya masih belum terang.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Dion pada istrinya.
"Aku baik-baik saja," jawab Lina tersenyum.
"Apa kau yakin?" tanya Dion memastikan.
"Tentu, kenapa tidak percaya padaku?" tanya Lina kemudian.
"Jadi," ucap Dion terputus.
Seolah memikirkan sesuatu tapi kemudian ia senyum sendiri. Lalu mengatakan hal lain, yang sebenarnya bukan hal pertama yang ia pikirkan saat itu.
"Hmm?" Lina memandang Dion dengan heran.
"Kita ngapain hari ini, kamu mau kemana?" tanya Dion.
"Ah, iya aku mau ke pantai, aku mau melihat pemandangan dan mengambil beberapa gambar," jawab Lina.
"Oh baiklah tuan putri, tapi sebelum itu kita sarapan dulu lalu kemudian kita akan berbelanja," ucap Dion.
"Oke yang mulia," jawab Lina tersenyum lebar.
Sementara, di hari itu juga dan di waktu yang sama, seorang wanita paruh baya sedang mengacak-acak rambutnya. Karena kesal pada mimpinya yang berulang-ulang datang mengganggu tidurnya.
Ia menguap berkali-kali menandakan kalau ia sebenarnya masih sangat-sangat mengantuk. Tapi perutnya yang minta diisi membuatnya mau tidak mau harus pergi keluar. Diambilnya segayung air untuk mengguyur wajahnya. Dan segarnya air dingin sedikit mengurangi rasa kantuknya.
Ia mengambil beberapa lembar uang lusuh dari kaleng penyimpanannya. Dan membawa alat-alat kerjanya. Lalu berjalan menuju tempat yang menyediakan sarapan pagi dengan harga yang pas untuknya. Setelah mengisi perutnya ia pun pergi ke tempat-tempat yang biasa ia singgahi.
Untuk mengisi karung kosong yang ia bawa dari rumah. Ia memulung barang-barang bekas dan hasil menjual barang-barang bekas itu ia jual untuk mendapatkan lembaran persegi panjang yang tipis. Bentuknya juga lusuh seperti barang-barang bekas yang ia kumpulkan.
Sambil melihat-lihat ke kiri dan kenan mencari barang bekas, wanita itu juga memikirkan arti dari mimpinya. Sesekali ia mengingat-ingat wajah siapa yang muncul dalam mimpinya. Mencoba menerka kapan dan di mana ia pernah bertemu dengan pemilik wajah tersebut.
Siapa namanya? Siapa orang tuanya? Berapa usianya? Dan tinggal di mana dia?
Tapi wanita paruh baya itu tidak mampu mengenali wajah yang sering muncul di dalam mimpinya. Di dalam mimpinya ia diminta untuk menolong seseorang oleh kakeknya yang sudah lama tiada.
Mendatangi tempat-tempat yang sering muncul dalam mimpinya. Berharap ia bisa bertemu orang yang butuh bantuannya di dalam mimpi. Tapi sudah hampir seminggu ia memimpikan hal yang sama, orang ia cari belum muncul juga.
"Jangan mencari mereka. Tidak perlu ikut campur!" ujar sebuah suara saat ia sedang celingak-celinguk di beberapa toko.
Wanita paruh baya itu menoleh ke arah suara, namun ia tidak bisa melihat orang yang berbicara. Lalu ia pergi lagi ke sebuah tempat. Tempat seorang pelukis mengoleskan cat minyak di kanvas.
Ada sepasang sejoli yang sedang memperhatikan pekerjaan seniman itu.
Wanita paruh baya itu mendekat, untuk melihat wajah sepasang sejoli tersebut. Detak jantungnya bergerak lebih cepat. Mengira kalau sepasang sejoli ini adalah pasangan yang ia cari. Lalu ia mengernyitkan keningnya saat menyadari kalau mereka bukanlah orang yang ia cari. Dan menghembuskan napasnya dengan cepat.
Wanita paruh baya melihat sepasang sejoli itu pergi meninggalkan sang pelukis setelah merasa puas melihat aksi pelukis tersebut. Dan tampak memberi beberapa lembar uang kertas pada seniman itu. Mereka kelihatannya memilih pergi berjalan-jalan di pantai sambil menunggu lukisan mereka selesai.
Wanita paruh baya itu juga meninggalkan tempatnya berdiri, saat memperhatikan sepasang sejoli yang baru saja angkat kaki dari tempat melukis. Kemudian ia kembali fokus mencari barang bekas.
Di sela-sela kesibukannya ia tetap tidak bisa mengistirahatkan pandangannya. Tetap saja ia melirik kiri dan kanan. Mirip seperti maling. Dan ia merasa kalau terus-menerus diawasi oleh sesuatu yang memiliki kemampuan yang sangat kuat. Penuh dengan aura kebencian.
Sementara akhirnya Dion dan Lina berdua keluar dari kamar, setelah menikmati sarapan pagi yang diantar langsung ke kamar. Mereka pun pergi ke beberapa tempat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan mereka selama di sana.
Setelah selesai berbelanja, mereka kembali ke hotel untuk mengantarkan barang-barang belanjaannya. Lalu mereka berjalan-jalan di pantai yang dekat dengan hotel tempat mereka menginap.
Tempat itu adalah tempat yang didatangi oleh pengunjung dari mana saja. Di sana juga ada banyak penjual cendramata. Dan ada pelukis jalanan juga yang bersedia melukis siapa pun dan akan siap hari itu juga.
Pelukis yang sering muncul di mimpi wanita paruh baya yang baru saja melihat-lihat di daerah tersebut.
Dion memandangi pelukis itu yang sedang berkonsentrasi pada kuasnya untuk mengoles warna-warni pada kan vasnya. Terlihat sangat detail ia membuatnya. Ia sedang melukis sepasang kekasih. Tampak sebuah foto menjadi bahan contoh yang akan ia lukis.
Dion tertarik lalu meminta Lina agar mau dilukis bersama. Lina setuju dan akhirnya mereka dilukis. Sebelum dilukis mereka menentukan terlebih dahulu pose seperti apa yang hendak mereka buat. Dion menyarankan pose yang simpel tapi tetap manis. Karena butuh waktu cukup lama untuk mempertahankan posisi yang sama sampai lukisan mereka selesai pikir Dion.
Setelah posisi mereka di tentukan, pelukis itu mulai membuat sketsa. Tidak terlalu lama, akhirnya lukisan mereka sudah dalam tahap sketsa. Dan untuk tahap berikutnya lukisan mereka akan selesai dalam 1 jam. Pelukis tersebut ternyata tidak menyuruh Dion dan Lina di posisi tersebut sampai lukisan selesai.
Mereka di potret satu kali untuk bahan contoh berikutnya. Dan mereka boleh pergi kemana saja dan melakukan apa saja selama proses pembuatan lukisan. Jadi untuk menunggu lukisan mereka selesai sepenuhnya Dion dan Lina pun melanjutkan jalan-jalan mereka.
"Lapar,"
"Kamu mau makan apa sayang?" tanya Dion saat Lina mulai merasa lapar lagi.
"Padahal tadi sudah makan, tapi kenapa sekarang sudah merasa sangat lapar ya?" gumam Lina.
"Itu karena tadi kamu makannya sedikit, kalau begitu ayo kita cari makanan sekarang," jawab Dion.
Mereka menyinggahi satu tempat untuk makan. Makan yang dihidangkan rata-rata makanan laut, tetapi ada juga yang tidak. Setelah menikmati makanan dan memilih barang-barang yang disukai, Dion dan Lina pun kembali ke tempat mereka dilukis tadi
Lukisan mereka telah selesai dengan sempurna. Saat Dion sedang membayar lukisan tersebut Lina melihat sesuatu yang mebuatnya tertarik. Lalu ia minta ijin suaminya untuk pergi ke sebuah kios yang ternyata menjual tas anyaman. Tempat itu tidak jauh dari lokasi Dion berada.
"Apa perlu aku temani?"
"Ah tidak usah," jawab Lina.
Saat itu wanita paruh baya yang sedang mencari-cari seseorang kembali lagi ke tempat Dion dan Lina berada. Pandangannya menangkap sosok yang sering muncul di dalam mimpinya. Mereka kini ada di depan mata.
Ternyata orang yang membutuhkan pertolongannya adalah Dion dan Lina. Wanita paruh baya itu tidak mengenal mereka berdua sama sekali.
"Aneh, siapa mereka? Kenapa mereka bisa ada di dalam mimpiku? Apa aku diamkan saja dan tidak usah ambil pusing?" gumam wanita paruh baya tersebut.
Tapi kakinya tetap tergerak untuk mendekati Lina yang sedang asik memilih benda kesukaannya. Saat sedang asik memilih Lina tidak sadar kalau seseorang memperhatikannya.
Wanita paruh baya menghampirinya dan mencoba berbicara padanya. Ia mulanya kebingungan dan ragu untuk memulai percakapan. Tapi akhirnya ia memberanikan diri.
"Kamu sudah menikah ya?" tanyanya seperti seorang penyelidik.
Sedikit aneh dan kurang nyaman tentunya, bagi Lina. Untuk menjawab pertanyaan yang diucapkan dengan nada yang tidak menyenangkan tersebut.
"Pria yang di sana itu. Apakah dia suamimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.
Meski Lina tidak menjawab pertanyaannya dia terus saja mengintrogasi Lina. Tapi Lina hanya melirik wanita itu sesaat lalu melihat suaminya. Dion kebetulan menatap ke arah Lina dan mata mereka beradu pandang. Dion tersenyum dan melambaikan tangan kepada Lina. Lina balas tersenyum.
"Iya," jawab Lina singkat berusaha bersikap sopan.
Wanita paruh baya itu menatap Dion dan Lina bergantian. Sedangkan Lina berusaha memusatkan perhatiannya pada barang-barang yang ada di toko itu.
"Sudah berapa hari atau berapa minggu usia pernikahan kalian?" tanya wanita paruh baya itu lagi dengan nada selidik yang sama seperti tadi.
"Apa kamu istri pertamanya? Atau kamu hanya istri simpanannya? Biasanya seorang pria lebih sayang pada istri simpanan dari pada istri pertamanya," kata wanita paruh baya itu lagi.
"Bibi, kalau bibi tidak membeli apa pun sebaiknya jangan usik pelangganku," kata pemilik toko tersebut.
Karena ia terus bertanya pada Lina, pemilik toko tersebut menegur wanita paruh banya tersebut. Ia takut kalau pelanggannya jadi kabur. Tapi wanita paruh baya tidak menggubris ucapan dari pemilik toko. Dan terus saja bertanya ini dan itu pada Lina.
"Kau yakin kalau ia mencintaimu? Hati-hati tampang suamimu itu ciri khas pria yang suka memiliki wanita lebih dari satu," hasutnya pada Lina.
Lina tentu merasa semakin tidak nyaman. Dan akhirnya memutuskan untuk mengabaikannya. Lina berpura-pura tidak mendengar dengan menanyakan harga barang-barang yang dia pegang.
"Kalau yang itu murah saja," jawab penjual dan mengatakan harganya.
Lina mengangkat barang lain dan bertanya tentang harga sekali lagi. Penjual tetap menjawabnya dengan ramah. Dan mereka pun sama-sama bertingkah seolah wanita paruh baya itu, tidak ada di situ.
Bukan bermaksud tidak sopan.Tapi cara wanita itu bertanya membuat Lina dan pemilik toko merasa jengah. Lina merasa ia tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan wanita itu.
Ia bukanlah tersangka yang harus dimintai keterangan oleh tim penyidik. Jadi Lina melanjutkan saja. Ia tidak mau jadi emosi akibat pertanyaan dan perkataan wanita itu. Kalau saja ia tidak mengingat kalau tujuan mereka ke sini adalah untuk bulan madu, Lina pasti sudah membalas ucapan wanita itu.
Lina hanya ingin mencari sebuah cendramata bukan mencari musuh. Ia berharap wanita itu pergi dari situ, tapi tetap saja wanita itu tidak pergi, walau pun didiamkan terus-menerus. Dan setelah kegiatannya memilih tas selesai dan mendapatkan yang ia suka, dengan segera pula ia membayarnya.
Dan kemudian Lina beranjak pergi dari tempat itu, meninggalkan wanita paruh baya tanpa sebuah jawaban. Akan tetapi ternyata wanita tersebut memegang tangan Lina dengan erat.
"Sebaiknya tinggalkan pria itu, sebelum semuanya menjadi kacau, hidupmu tidak akan parnah bahagia. Kamu akan menderita hidup dengannya percayalah padaku," kata wanita paruh baya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
ᵃˡν͚ıňѧ𝐇𝐢𝐚𝐭𝐁𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫
makin penasaran 🤨
2022-05-14
4
Septh_Ana
kalau aku jadi Lina, aku kabur 🏃🏻♀️
2022-05-14
3
⧗⃟ᷢʷ
hai udah hampir
2022-04-26
4