"Kenapa wanita itu berkata begitu?" gumamnya dalam hati. Lalu memeluk erat suaminya.
Saat Lina memikirkan wanita itu Dion justru memikirkan cara mengatur jadwalnya agar bisa mengunjungi panti asuhan tempat istrinya dibesarkan. Lalu ia menemukan hari yang tepat, yaitu dua hari kemudian. Dan saat mengatakan hal itu Lina menyambut dengan gembira.
Saat malam pun tiba, kekuatiran Dion tidak terjadi. Sejenak Dion menyesali perbuatannya pada Bibi Kinan. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Haruskah ia meminta maaf atau berpura-pura tidak terjadi apa pun. Lagi pula Bibi Kinan pasti tidak sadar jika dia mengujinya, pikir Dion setelah meragukan kecurigaannya.
Saat itu istrinya tengah menyisir rambutnya dan memakai piyama tidur. Walau tampil sederhana istrinya terlihat sangat cantik di matanya. Lalu timbullah hasratnya untuk mendekap istrinya. Perlahan ia turun dari ranjang lalu mendekap istrinya dari belakang.
"Sayang...malam ini kamu cantik sekali..." goda Dion.
Mendengar pujian suaminya Lina sadar akan satu hal, bahwa suaminya sedang memberi kode kalau ingin memeluknya erat saat itu juga. Lina membalikkan tubuhnya dan kini ia dan suaminya saling berhadapan.
"Aku tau," jawabnya singkat lalu melingkarkan tangannya ke leher suaminya.
"Malam ini kamu juga tampan sekali sayang...," puji Lina membalas pujian suaminya dengan senyuman menggoda.
Dion lalu mencium istrinya di bagian bibir lalu ia ingin lebih. Jadi ia pun menggendong istrinya ke ranjang. Mereka pun saling memadu kasih, jika berlanjut maka akan terjadilah pembuahan. Tapi ternyata hal itu berbeda dengan yang seharusnya terjadi. Tiba-tiba Lina berteriak dengan kencang, saat pakaian keduanya sudah tanggal.
Lina berteriak histeris ketakutan, ia melihat sesosok mahluk halus melekat di atas langit-langit kamarnya dengan rambut panjang tergerai dan darah yang menetes dari mata dan mengering di pipinya.
Tentu saja hal itu membuat Dion ikut terkejut, hasrat yang sudah di puncak jadi turun drastis. Dia kebingungan melihat Lina tiba-tiba berteriak dan menangis. Jeritan Lina bahkan bisa di dengar oleh penghuni rumah. Dion gelagapan.
"Sayang kamu kenapa lagi?" tanya Dion.
Lina kembali seperti tadi pagi, ia tidak berani membuka matanya.
TOK! TOK! TOK!
"Tuan...tuan..." terdengar suara dari arah luar pintu.
"Apa yang terjadi tuan?"
"Tidak apa bik, pergilah." kata Dion.
Lina masih menangis ketakutan, bujukan Dion tidak mampu menenangkannya. Akhirnya Dion memakaikan pakaian kepada istrinya dan memeluk istrinya.
"Tenanglah sayang...tenang...katakan ada apa?" tanya Dion.
"Mereka datang lagi..." isak Lina.
"Mereka siapa?"
"Itu...dia di atas kita..." kata Lina menunjuk ke langit-langit kamarnya.
Dion melihat ke arah yang Lina tunjukkan tapi tidak ada apapun. Dion akhirnya berkesimpulan bahwa apa yang istrinya lihat berbeda dengan yang ia lihat. Apa yang istrinya lihat tidak dapat ia lihat. Dan apa yang ia lihat tidak bisa dilihat oleh istrinya. Dion pun menjadi kesal. Ia kesal bukan karena marah pada istrinya tapi karena tidak bisa melihat apa yang istrinya lihat.
Ia dengan cepat mengambil ponselnya lalu melakukan sebuah panggilan pada salah satu nomor kontak di ponselnya.
"Segera datang sekarang juga," katanya.
Lina yang masih menutup mata mencoba menguasai dirinya. Ia mencoba mengalahkan rasa takutnya. Tapi percuma saja, bahkan untuk membuka mata saja ia tidak berani. Sementara itu para pelayan dengan cemas menunggui di depan pintu kamar mereka, kecuali satu orang yaitu Vivina. Dia tersenyum kecil untuk menutupi rasa puas telah berhasil melalukan tugasnya.
Ya tadi Dion memintanya untuk membuatkannya kopi, dan susu untuk istrinya, walau biasanya ia meminta Bibi Kinan yang melakukannya. Tapi karena ia mencurigai Bibi Kinan maka Vivinalah yang ia suruh.
Hampir 25 menit Dion dan Lina berdua saja di kamar, sebelum seseorang datang. Dan saat pelayan mengatakan orang itu telah datang barulah Dion menggendong istrinya yang ketakutan keluar, menuju ruang tamu.Orang itu adalah teman Dion yang juga bekerja pada Dion. Dia membawa seorang paranormal.
"Maaf kamu datangnya lama," kata teman Dion tersebut pada Dion.
Paranormal itu terkejut melihat Dion, ada aura yang aneh terpancar dari tubuh Dion. Dan saat melihat Lina ia pun merasakan hal yang aneh. Seperti ada yang menghuni tubuh Lina dan tidak sanggup dipikul olehnya. Belum pernah ia melihat hal itu.
"Hei nak, tenangkan dirimu. Apa yang membuatmu takut?" tanyanya.
Lina menceritakan apa yang ia lihat dan menggambarkan setiap detil yang ia ingat. Paranormal itu kemudian menuju kamar mereka berdua. Ia bisa melihat yang Lina ceritakan lalu berkomunikasi dengan mahluk tak kasat mata itu.
Vivina yang berada di situ dan melihat hal yang dilakukan Paranormal menjadi kebingungan. Apa yang membuat majikannya ketakutan sebenarnya? Minuman yang telah di campur dengan obat atau mahluk tak kasat mata itu memang ada. Ia pun bergidik ngeri.
Tapi kemudian ia berpikir lagi,"Bisa saja ini adalah paranormal palsu, orang yang sedang berhalusinasi dibilang diganggu mahluk halus."
"Tapi ini bagus, setidaknya mereka tidak akan curiga pada makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Bagus pak tua, lanjutkan tugasmu dan aku akan lanjutkan tugasku juga." batin Vivina dalam hati dan diam-diam tersenyum sambil menggulung-gulung sedikit rambut depannya dengan jari telunjuknya.
Tak lama kemudian Paranormal itu terlihat keluar dari kamar Dion dan Lina. Ia tampak kelelahan.
"Aku sudah mengusir mahluk-mahluk itu, mereka tidak akan mengganggu kalian lagi. Dan aku sarankan jangan tidur di kamar itu lagi. Posisi kamar dan letak ranjang kalian sangat disukai oleh mahluk halus." katanya memberi penjelasan.
Dion menggangguk.
Kemudian Paranormal itu menawarkan diri untuk mengusir semua roh jahat yang ada di rumah itu. Mendengar hal itu para penghuni rumah bergidik ngeri. Hanya Vivina yang tetap tersenyum.
"Hebat juga pak tua ini bersandiwara, kalau dia aktor pasti film yang dia bintangi laris. Ah tapi mungkin tidak ya, soalnya dia tidak punya tampang sih." Vivana tersenyum mengejek.
Dion perlahan membujuk Lina untuk membuka mata, untuk memastikan keadaan sudah aman. Mulanya Lina tidak mau membuka matanya, tapi setelah mendengar ucapan yang meyakinkan dari Paranormal itu ia pun memberanikan diri membuka matanya. Ia tidak melihat mahluk yang menyeramkan satu pun di situ. Yang ada hanya wajah cemas dari para pelayan.
"Bagaimana sekarang?" tanya Dion penasaran.
"Aku tidak melihat mahluk mengerikan apa pun di sini." kata Lina.
"Syukurlah kalau begitu," kata Dion dengan nada lega.
Semua pelayan ikut tersenyum lega. Setidaknya mereka juga tidak perlu was-was menjadi sasaran berikutnya dari mahluk tak kasat mata yang menggangu majikannya.
Tapi saat semua orang merasa lega, Dion menyadari sesuatu...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Mihayada
kasian Dion oppa slalu di ganggu ruamah tangga nya😢
2022-06-01
4
Anezaki Igarashi Ricky ⍣⃝కꫝ 🎸
wah.. Dion salah mengira
2022-05-14
0
Beast Writer
siapa nama pengusir hantunya? dukun Reo kah...🤣🤣🤣🤣
2022-03-19
0