Keturunan Ke Tujuh
Sebuah buku besar terletak di sebuah meja, dengan sebuah pena, yang menari-nari di atasnya.Mengukir huruf per huruf untuk membuat sebuah kata yang disusun dengan sedemikian rupa.
...Tampak pria tua mengerutkan keningnya sesaat. Memilih kata-kata yang tepat. Sebelum ia melanjutkan tulisannya. Setelah ia selesai menulis. Ia menoleh pada jam tua yang seukuran lemari....
Buku itu kemudian ditutup lalu disimpan di sebuah laci. Dan setelah memastikan tidak ada yang terlupakan, pria tua itu pun meninggalkan meja tempatnya menulis tersebut.
...Ia segera bersiap-siap untuk tidur. Sebab esok adalah hari pernikahan putra dari anak ketujuhnya....
...Persiapan pesta sudah rampung. Semuanya hanya tinggal menunggu hari esok....
Meski ia ingin sekali tidur, namun rasa kantuk belum juga menghinggapinya. Sulit sekali memejamkan mata, meski sudah terasa perih karena memerah akibat lelah.
Ia menatap langit-langit kamarnya. Seketika melintas bayang-bayang masa lalunya. Tentang suka-duka saat istrinya masih hidup.
Dan ketika ia memiliki tanggung jawab yang diwariskan secara turun-temurun. Yaitu melanjutkan pesan agar cucu dari putra ke tujuhnya menggunakan nama khusus.
"Sean, ingat baik-baik pesan kakek, kelak jika kamu berumur panjang dan memiliki keturunan. Kamu harus meneruskan pesan ini. Sebuah nama, yang jika dihitung dari garis keturunan yang memberikannya adalah nama untuk anak dari cucumu," ujar kakek Sean kala itu.
...Hal itu selalu dipesankan secara berulang-ulang saat ia hendak tidur. Sehingga terpatri dengan jelas dalam ingatannya....
Di hari yang sama di tempat yang berbeda, putra dan putrinya memikirkan banyak hal. Mereka diundang ke pernikahan yang akan diselenggarakan besok.
"Apa kita tidak bisa menolak undangan itu?" ujar seorang wanita paruh baya pada seseorang di seberang panggilan.
"Sebenarnya aku juga tidak mau ke acara pernikahan tersebut. Tapi aku tidak ingin papa menjadi marah. Sebab orang yang akan menikah esok adalah cucu kesayangan papa."
"Ah, jangan mengatakan hal yang membuatku merasa mual. Tapi baiklah. Jika kalian datang untuk menghadiri pesta pernikahan itu, maka aku pun juga akan datang," ujar wanita paruh baya tersebut.
...Lalu ia mengakhiri panggilan terakhir. Tidak sampai lima menit, suaminya datang ke kamar mengenakan piyama tidur. Lalu duduk di samping wanita paruh baya tersebut....
"Merina, kamu barusan berbicara dengan siapa?" tanya suaminya.
"Oh, aku baru saja menghubungi Moris untuk masalah keberangkatan esok ke pesta anak sial itu," jawab istrinya.
...Wanita paruh baya itu menekankan intonasi di beberapa kata. Untuk menunjukkan rasa ketidaksukaannya pada calon pengantin, yang akan menikah esok. Meski salah satu dari sang pengantin adalah keponakannya....
"Bukannya kita sudah sepakat akan datang?"
"Iya, tapi siapa tahu mereka akan berubah pikiran," jawab Merina pada suaminya yang tampak kebingungan sambil memegang dagunya.
...Lalu ia memeluk suaminya dengan manja....
...Ke esokan harinya, pesta pernikahan pun dilangsungkan. Merina dan suaminya berpenampilan senada. Ia menggunakan pakaian yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari....
Meski ia bukan seorang pengantin, tapi rasa haus akan perhatian membuatnya selalu ingin tampil memukau. Namun kecantikannya tetap saja kalah dibandingkan oleh sang pengantin. Yang kini duduk di kursi pelaminan.
...Pengantin pria dan wanita sesekali harus berdiri menyambut tamu-tamu undangan yang datang....
...Dan sesekali pengantin pria memperkenalkan pengantin wanita pada tamu-tamunya....
Begitu juga dengan pengantin wanita, ia memperkenalkan mempelai pria, ke orang-orang yang ia undang.
Dan semua orang yang diundang oleh pengantin wanita maupun pengantin pria meminta satu permohonan. Yaitu berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.
...Dan di setiap foto yang diambil, ada sosok yang tidak terlihat oleh orang biasa ikut terfoto. Yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu....
...Sosok yang memancarkan kebencian di matanya dan penuh dengan rasa dendam. Namun sosok itu tersenyum penuh arti....
Seorang tamu yang bisa melihat sosok itu merasa kalau para pengantin ini akan mengalami nasib sial. Tapi ia hanya bisa diam saja. Sebab tidak ingin memperkeruh suasana di hari yang bahagia tersebut. Sambil menikmati hidangan yang ada di meja. Serta hiburan yang disediakan untuk para tamu agar betah berlama-lama di pesta tersebut.
Tamu itu tidak mengenal pengantin wanita mau pun pengantin pria. Ia hanya diajak oleh kenalannya, yang kebetulan adalah teman dekat, sekaligus karyawan di perusahaan pengantin pria.
"Tolonglah kali ini saja, berpura-pura jadi pasanganku. Nanti aku belikan apa pun yang kamu minta," ujar pemuda yang merupakan teman dekat pengantin pria tiga hari sebelum pesta.
..."Sungguh?" tanyanya memastikan....
"Iya, sungguh!" ujar sahabat pengantin pria mengangkat jari telunjuk dan jari tengah sejajar telinga kanannya.
...Tamu yang bisa melihat roh yang duduk di pelaminan tiba-tiba sadar dari lamunan sesaatnya....
"Hei, kenapa melamun? Ayo kita memberi salam pada pengantin. Sekalian kado untuk mereka," ujar sahabat sekaligus karyawan dari pengantin pria.
"Oh ok, tapi di mana kadonya?" tanya gadis Indigo tersebut.
"Di sini! Sebuah tiket bulan madu," ujar sahabat mempelai pria.
...Gadis Indigo itu hanya mengangguk-angguk. Saat menyalami para mempelai, gadis Indigo itu bertingkah seolah tidak melihat roh yang menyimpan dendam itu. Dan ia memeluk pengantin wanita sambil mengatakan ucapan selamat....
"Selamat ya. Semoga kamu bahagia. Jaga dirimu baik-baik," ujarnya dengan senyuman, namun ada penekanan dalam pengucapannya.
...Jika ada yang mendengarnya, mereka akan mengira yang macam-macam. Mungkin mereka hanya mengira kalau gadis Indogo ini hanya menggoda pengantin wanita. Dan yang lain mungkin akan mengira kalau gadis ini sedang mengancam pengantin wanita yang merebut kekasihnya....
"Terima kasih, iya saya akan berhati-hati," jawab pengantin wanita yang tidak menanggapi dengan serius ucapan gadis Indigo tersebut.
...Pada akhirnya pesta pernikahan sudah usai, tampak beberapa dekorasi pernikahan mulai dibersihkan....
...Mulai dari bunga-bunga indah, baik bunga palsu, mau pun bunga hidup, yang dipetik dan dirangkai, menjadi bentuk yang berbeda....
...Dan menambah keindahan alami bunga-bunga tersebut setelah berada di dalam satu rangkaian....
"Lihat bunga ini, terampil sekali ya jari yang membuatnya, katanya di rancang oleh penata bunga terkenal," ujar wanita muda berseragam pelayan di sela-sela waktunya melaksanakan tugas.
"Aku jadi merasa sayang, untuk membuangnya," lanjutnya lagi sambil menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan satu tiupan dari lubang hidungnya.
"Kalau kamu merasa sayang, ya sudah ambil dan simpan saja di dalam lemarimu. Sebelum mobil truk pengangkut sampah membawa bunga-bunga itu pergi!" ujar wanita muda lainnya yang berseragam sama dengannya, dengan nada judes.
"Ia aku juga sebenarnya merasa sayang untuk membuangnya. Tapi, untuk apa lagi diperdulikan, jika sudah tidak ada lagi, orang yang ada di tempat ini, untuk menikmati keindahannya, walau sedetik lagi saja. Maka lebih baik bunga-bunga itu, dibuang ke dalam tong sampah. Agar kita bisa segera beristirahat." ujar wanita paruh baya yang juga mengenakan pakaian pelayan.
"Semua orang pasti berpikir betapa beruntungnya gadis yang menikah hari ini. Tidak perlu memikirkan tentang masa depannya lagi. Masa depan mereka berdua seperti pangeran dan putri dalam dongeng saja ya. Mereka pasti akan hidup bahagia selamanya," ujar wanita muda pertama yang dikenal bernama Ros.
"Padahal aku sudah lama tinggal di sini, tapi aku tidak memiliki keberuntungan. Kudengar pendidikan terakhir mempelai wanita hanyalah SMA. Sama dengan pendidikan terakhirku. Dan ia hanyalah seorang buruh yang bakerja di salah satu pabrik tuan Dion. Tapi ia berhasil mencuri hati tuan muda kita," ujar gadis pelayan lainnya.
"Sudahlah jangan bahas tentang mempelai wanita terus! Apa kalian tahu kalau hari ini tuan besar mengumpulkan seluruh anak-anaknya, kira-kira mereka akan membicarakan apa?" tanya wanita muda yang dipanggil dengan nama Vivina penasaran.
...Vivina merasa cemburu pada pengantin wanita, karena ia juga tertarik pada ketampanan serta kemapanan tuan muda mereka....
...Untuk menutupi rasa cemburu, maka ia pun mengalihkan pembicaraan tetang nasib baik pengantin wanita yang menikah hari ini, dengan kabar yang ia dengar tanpa sengaja....
"Hah benarkah?" ujar wanita paruh baya yang sering dipanggil dengan sebutan bibi Kinan.
"Iya, tadi aku melihat beberapa dari mereka menerima panggilan, lalu pergi ke ruang khusus," jawab Vivina dengan serius dan dengan tatapan tanpa berkedip.
...Tepat seperti yang dikatakan oleh Vivina jika tuan besar mereka yang bernama Sean telah memanggil seluruh anak-anaknya....
...Tidak sulit dan tidak butuh waktu lama untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarganya, di sebuah ruangan khusus yang cukup luas....
...Sepertinya tuan Sean merasa jika hari akhirnya akan segera tiba,...
...maka ia pun membuat pernyataan tentang sebuah wasiat....
...Wasiat tentang harta warisan, untuk setiap orang yang dipanggil berkumpul di ruangan itu....
Semua orang bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan hari ini. Karena mereka hanya disuruh berkumpul melalui sebuah panggilan, tapi tidak diberitahukan alasannya. Tapi tidak seorang juga yang bertanya, walau untuk sekedar memecahkan kesunyian di ruangan itu.
Setelah semua berkumpul, kecuali putra terakhirnya, tuan Sean memandangi satu persatu wajah-wajah yang hadir di situ. Ada rasa cemas yang ia simpan dalam benaknya.
Akan keputusan yang sudah ia pilih. Maka mau tidak mau ia pun mulai berbicara dengan suara khasnya. Suara seorang kakek yang sudah lanjut usia.
"Dion, cucuku.., anak dari putraku yang ke tujuh. Kakek senang sekaligus merasa lega, karena akhirnya kau sudah menikah. Kakek ucapkan selamat menempuh hidup baru, semoga pernikahan kalian berdua bertahan sampai akhir hayat," kata kakek.
Kalimat awal telah tuan Sean ucapkan untukmemecahkan keheningan. Ia merasa tidak berlebihan tentunya, untuk mengucapkan kata selamat pada Dion. Di depan semua anggota keluarga yang berkumpul hari ini. Karena mengingat hari ini merupakan pernikahan cucunya tersebut.
Walau sebenarnya tuan Sean tahu hal apa yang akan menimpa kehidupan rumah tangga cucunya tersebut. Tapi ia tidak boleh mengatakannya pada Dion. Apalagi jika mengungkapkannya pada anak-anaknya. Biarlah itu menjadi misteri dan biarlah mereka yang memecahkan misteri dalam pernikahan mereka kelak nantinya, pikir pria tua itu.
Lalu ia mengedarkan pandangannya kepada anak-anaknya yang masih tersisa. Karena ia sudah kehilangan satu putranya. Yaitu orang tua Dion. Kakek mengatur napasnya seolah berat baginya untuk menghembuskan tiap napasnya. Seakan ia harus mengiritnya agar cukup untuk beberapa waktu lagi. Agar ia masih bisa bernapas sampai semua tugasnya usai terlaksanakan.
"Untuk anak-anakku, papa sudah buatkan surat wasiat untuk kalian," ucapnya kini pada anak-anaknya.
Anak-anak tuan Sean saling melirik di antar mereka. Sambil mengira-ngira berapa jumlah yang akan mereka terima. Dan dalam bentuk apa warisan yang akan diberikan pada mereka.
Lalu kakek memberi kode pada pengacara yang berdiri di sampingnya. Untuk menyerahkan dokumen.
Kepada masing-masing orang yang berkumpul di situ. Masing-masing dari mereka menerima dokumen dengan wajah yang datar, mencoba menutupi pikiran mereka.
Lalu mereka pun membaca dengan seksama tiap huruf yang tertera disana.Mendadak wajah datar yang menyimpan emosi kini berubah.
Mereka heran kenapa jumlah yang mereka terima sangat sedikit, jika dibandingkan dengan keseluruhan harta papanya. Hal yang lebih mengejutkan lagi bagi mereka, adalah saat pengacara membacakan pembagian keseluruhan warisan yang diterima oleh tiap orang.
Warisan Dion ternyata jauh lebih besar tujuh kali lipat dari yang lainnya.Tentu saja itu membuat anak-anak yang lain protes.
"Apa maksudnya semua ini pa?!"
"Ini tidak adil!"
"Kenapa jumlah warisan untuk Dion lebih besar, pasti ada kekeliruan di sini. Iya kan pa?" ujar anak-anak tuan Sean saling menimpali.
Wajah asli mereka sudah tidak bisa ditutupi lagi. Tanggapan yang sudah bisa papa mereka tebak dari awal, jauh sebelum hari ini tiba, jauh sebelum kata-katanya tertuang dalam kertas menjadi huruf-huruf yang saling bertautan membuat barisan kalimat.
Meski anak-anak protes dan mengungkapkan rasa tidak puas mereka melaui kata-kata pedas. Dan tanpa sensor sedikitpun, tuan Sean merima kata-kata mereka dengan tenang dan berlapang dada. Sebab tuan Sean sadar kalau anak-anaknya tidak tahu, hal apa saja yang akan terjadi kelak pada penerima warisan terbesar.
"Papa juga mendapatkan warisan itu karena kakek papalah yang memberikannya. Itu adalah warisan turun-temurun. Hanya boleh diberikan pada keturunan ke tujuh." ucap kakek yang mencoba menjelaskan alasan pembagian warisan yang tidak merata tersebut.
Penjelasan tersebut tentunya tidak cukup untuk membuat pendengarnya menjadi tenang. Aksi protes masih berlanjut. Walaupun demikian pada akhirnya tidak ada yang berubah dari surat wasiat itu.
Tapi dalam sekejap sikap dari anak-anak kakek kepada Dion berubah 180 derajat.
Mereka langsung pulang bahkan tanpa berpamitan, dan dengan wajah sinis menatap Dion sekilas sebelum akhirnya membuang muka dan pergi.
"Kakek mengapa kakek melakukan semua ini?" tanya Dion setelah seluruh anak-anak kakek pergi.
"Apakah surat wasiatnya tidak bisa diubah lagi kek?" tanya Dion lagi.
"Dion, sebelumnya kakek mau meminta maaf padamu. Sebab keturunanmu akan mengalami banyak cobaan. Warisan itu sudah digariskan secara turun temurun. Hanya anak ke tujuh yang boleh menerimanya. Dan semua yang kakek berikan hanya bantuan kecil saja untuk kalian. Kakek hanya mencoba meringankan beban kalian berdua nantinya," ucap kakek kepada Dion.
Dion tidak mengerti arti dari ucapan kakek yang sebenarnya. Ia hanya mengira kalau cobaan yang kakeknya maksud adalah cobaan dalam berumah tangga, seperti yang dialami oleh keluarga lainnya. Ia pun tidak bertanya lebih jelas maksud dari ucapan kakek, dan ia melihat kondisi kakek yang terlihat semakin lemah.
"Dion, Lina. Kalau nanti kalian punya keturunan. Jika laki-laki beri dia nama Te Apoyo dan jika perempuan namailah dia dengan nama Te Espere," ujar kakek lagi.
Dan takdir baru kedua pengantin baru saja dimulai.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Adiwaluyo
awal yang bagus
2022-12-10
2
Mihayada
novelnya mantep polll oppaa💕💕..angka 7 kerap di gunakan ya oppa😁
2022-05-30
10
puspi
semangat kak
2022-05-29
7