Ruang Rahasia

"Kami bahkan belum berbulan madu kenapa sudah diberi nama untuk anak yang belum lahir," batin Dion dalam hati.

Pikiran Dion tergelitik saat mendengar ucapan kakek, tapi dia tidak berani mengatakannya meski dengan cara bergurau. Sebab kelihatan kalau pria tua yang ada dihadapannya sangat lelah. Ia pun mencuri pandang pada Lina, wanita yang baru saja dinikahinya hari ini.

Dion melihat rasa lelah yang sama pada wajah Lina, meski ia tidak memperlihatkannya. Sepertinya mereka tidak akan melakukan malam pertama mereka malam ini. Dan kakek harus sabar, sampai anak mereka lahir nanti sehingga bisa diberi nama yang ia pesankan.

Tanpa sadar Dion melamun. Terbayang sekilas saat ia membawa Lina bertemu kakek untuk pertama kalinya. Kakek terlihat terkejut. Dion mengira kakek akan menolak saat melihat reaksi kakek. Tapi ternyata kakek segera tersenyum dan langsung menyetujui hubungan mereka.

Padahal Dion sudah sangat cemas dan mempersiapkan kata-kata memohon pada kakeknya agar merestui hubungan mereka. Bukan hanya restu berpacaran saja, kakek malah menyuruh Dion untuk segera melamarnya.

Lalu Dion tersadar dari lamunan saat tangan kakek menyentuh punggung tangannya. Lalu menepuk-nepuk punggung tangan Dion dengan perlahan.

"Kakek senang sekali hari ini, akhirnya tugas Kakek di dunia ini sudah selesai. Dan Kakek ingin beristirahat dengan tenang," ujar kakek, sambil tersenyum.

Setelah berbicara demikian kakek pun tertidur dengan pulas malam itu. Dan ternyata pada ke esokan harinya, beliau menghembuskan napas terakhirnya. Membuat Dion dan Lina sangat terkejut karena baru menyadari, kalau ucapan terakhir kakek adalah sebagai ucapan berpamitan pada mereka berdua.

Kata-kata kakek pada malam itu sebenarnya terkesan janggal, namun para pendengarnya tidak memahami hal itu. Hanya mahluk tidak kasat mata yang memperhatikan mereka yang tahu artinya. Dan ia melihat arwah orang tua itu keluar dari raganya.

Secepatnya Dion menghubungi kerabatnya, anak-anak dan cucu-cucu kakek. Ia tidak memikirkan yang akan terjadi. Bahwa anak-anak kakek akan menuduhnya sembarangan. Sebab kepergian orang tua mereka sehari setelah pembagian harta warisan.

Anak-anak tuan Sean menerima panggilan dan kabar duka. Dan segera mereka datang kembali ke rumah tuan Sean. Mereka datang melayat. Serta untuk terakhir kalinya melihat wajah, orang yang telah mewariskan darah yang mengalir di dalam tubuh mereka.

Tapi mereka tentu saja tidak terima begitu saja. Akan kepergian orang tua yang baru saja memberikan mereka warisan, secara tidak adil tadi malam. Dan mereka semua yang menerima warisan lebih kecil dari pada warisan yang diterima Dion dari Sean menyalahkan Dion. Mereka menuduhnya sebagai penyebab meninggalnya orang tua terakhir mereka.

"Kamu pembunuh, setelah dapat warisan kau membunuh kakek iya, kan!" ujar putri tertua Sean yaitu Merina.

"Kami akan melaporkamu ke polisi!" ujar putra tertua Sean yaitu Moris.

"Kamu akan membusuk di Penjara!" kata putri Sean yang lain.

"Kami akan melakukan otopsi pada Papa!" kata putra Sean yang lain pula.

Berbagai ungkapan ketidak senangan terlontar, dari bibir ke enam anak-anak Sean. Dan pada akhirnya, penguburan kakek Dion pun ditunda sampai hasil otopsi keluar. Mereka tidak setuju jasad yang sudah terbujur kaku itu disemayamkan di tempat yang seharusnya. Sebelum keinginan mereka terpenuhi.

Oleh karena itu Dion harus bolak-balik ke Kantor Polisi untuk memberikan keterangan, sebelum hasil otopsi kakeknya keluar. Dan setelah hasil otopsi keluar barulah Dion bisa bernapas dengan lega.

Dia tidak terbukti bersalah dan jasad kakeknya sudah bisa disemayamkan di makam keluarga. Namun meskipun Dion telah terbukti tidak bersalah, keenam anak-anak tuan Sean tidak satu pun yang meminta maaf pada Dion. Meski mereka telah menuduh Dion sembarangan. Sebab mereka tetap tidak puas sebelum Dion menderita.

Hanya Lina yang menghibur Dion dengan berbagai cara yang dia bisa, untuk mengurangi kesedihan Dion yang ditinggal kakeknya. Lina juga sebenarnya merasa kehilangan. Sebab kakek selalu baik padanya sejak mereka pertama kali bertemu.

Orang tua Dion sudah lama tiada, tentu tidak bisa menghibur luka di hati putranya. Mereka meninggal dalam kecelakaan. Dan peristiwa itu merenggut nyawa keduanya pada saat itu juga.

Namun dalam kecelakaan itu secara ajaib Dion selamat. Dan sejak saat itu Dion dirawat oleh kakek. Dion yang sejak bayi dirawat oleh kakek tentu saja merasa sangat kehilangan lebih dari siapapun.

Ke esokan harinya Lina melihat suaminya masih berduka. Dan bahkan belum keluar kamar meski hanya sekali. Ponselnya pun dimatikan sehingga tidak ada yang bisa menghubunginya.

Pihak kantor akhirnya datang berkunjung. Namun tetap saja Dion tidak mau menemuinya. Sekalipun orang itu adalah sahabat baiknya sendiri. Sahabatnya akhirnya pulang dengan meninggalkan berkas-berkas yang belum ditanda tangani pada Lina

"Sayang berkas-berkas ini Aku taruh di mana?" tanya Lina dengan suara lembut.

Dion menatap Lina sesaat lalu menyuruhnya untuk meletakkan berkas tersebut ke ruang kerjanya. Dan itu pertama kalinya Dion keluar dari kamarnya dan menandatangani berkas tersebut. Ia tidak perduli apa isinya. Cukup ditanda-tangani saja. Lalu ke esokan harinya berkas itu diambil oleh orang kantor dan digantikan dengan berkas berikutnya. Begitulah setiap hari.

Beberapa pelayan membicarakan tentang Lina di belakang. Mengatakan kalau Lina pembawa sial. Baru menikah dengan Dion tapi kakek Dion sudah meninggal. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang berani mengatakannya secara langsung. Namun demikian Lina pernah memergoki mereka sedang bergosip tentangnya.

"Jangan dipikirkan Nyonya, mereka memang suka begitu," hibur Ros.

Lina hanya mengangguk dan melakukan apa yang bisa ia lakukan. Perlahan-lahan sehingga Dion tidak lagi terlalu merasa sedih. Dengan mengajak Dion berziarah ke makam kakek setiap hari. Dan juga menceritakan hal-hal menyenangkan tentang pendapatnya pada almarhum kakek.

Setelah beberapa hari kemudian Dion datang ke kamar kakek seperti biasanya. Untuk mencoba merasakan perasaan yang sama saat beliau masih ada, dengan menatap foto beliau. Dan barang-barang kecil yang sering beliau gunakan. Semua itu untuk mengobati rasa rindunya pada kakek.

Kali ini Dion mencoba menyibukkan diri di ruangan tersebut. Dengan membersihkan buku-buku yang berjejer rapi di rak buku tersebut, tanpa sengaja dia menarik sebuah buku yang menjadi sebuah tuas untuk menggeser rak buku. Maka tampaklah sebuah pintu rahasia di balik rak buku di kamar kakeknya.

"Huh, ada ruangan di balik rak buku?" batinnya.

Ia celingak-celinguk memastikan tidak ada hal berbahaya yang menantinya di dalam ruangan tersebut. Dengan ragu-ragu ia melangkahkan kakinya perlahan-lahan. Karena rasa penasarannya mengalahkan rasa takut. Ia memicingkan matanya, sambil mengantisipasi kalau-kalau hal buruk akan terjadi di dalam sana.

"Jika ada bahaya Aku akan segera kabur," batinnya sambil mempersiapkan tenaga untuk kabur.

Pintu itu tidak terlihat sama sekali jika rak buku tidak bergeser. Di ruangan itu hanya akan tampak seperti perpustakaan dengan banyak rak buku biasa. Jadi siapa sangka kalau ada sebuah ruangan di balik rak buku itu. Bahkan Dion tidak pernah tahu akan hal itu. Jika saja ia tidak pernah menyentuh sebuah buku, yang menjadi tuas untuk membuka pintu. Maka selamanya ruangan itu tidak akan pernah ia kunjungi.

Dion sudah meletakkan tangannya di gagang pintu. Jantungnya berdegup dengan kencang. Keringat mengucur dari pori-porinya. Sesaat ia ingin membatalkan niatnya. Tapi lagi-lagi hati dan pikirannya saling bertentangan. Lalu ia menempelkan telinganya. Mencoba mendengarkan kalau-kalau ada suara yang berasal dari dalam. Tapi tidak ada terdengar suara sama sekali di balik pintu. Dan tangannya bergerak membuka pintu tersebut.

Tidak ada sesuatu yang menyambutnya setelah ia membuka pintu. Perlahan-lahan ia melirik ke kiri dan ke kanan. Kemudian pandangan matanya tertuju pada pusat perhatian di ruangan itu. Benda yang tidak pernah ia lihat selama ini. Sebuah benda berbentuk peti berukuran 50cm x 50cm. Ada tulisan-tulisan aneh terukir di permukaannya. Dan Dion tidak mengerti arti tulisan tersebut.

Dion mengernyitkan keningnya menatap peti itu lekat-lekat. Bentuk ukiran yang indah terpatri di peti itu. Jika diperhatikan tampak seperti ukiran seekor naga melingkari sebuah kotak dengan kepala berada di atas kotak dan dengan mulut yang menganga. Dengan sisik berwarna emas dan mata berwarna merah, seolah mengawasi setiap orang yang mendekati peti itu.

Setelah puas menikmati keindahan ukiran yang melekat di peti itu. Akhirnya Dion kembali pada tulisan yang ada di situ. Ia mencoba mengartikan beberapa kalimat yang tertera. Akan tetapi tetap saja ia tidak bisa mengerti arti tulisan di peti.

Akhirnya Dion menyerah dan keluar dari ruangan itu. Menutup pintunya, lalu Dion mengembalikan buku yang dia tarik tadi ke posisi semula. Dan lemari buku bergerak kembali menutupi pintu ke ruang rahasia.

Saat pintu ditutup muncullah roh-roh halus mengitari peti tersebut dan satu roh diantara dia adalah roh yang menjaga peti tersebut. Ia hanya diam saja dengan mata tertutup. Dan menantikan pewaris yang sah.

Dion belum tau apa yang akan ia lalukan untuk ruangan itu. Rasa penasaran akan isi peti itu harus ia tahan dulu. Hal itu juga dia rahasiakan pada Istrinya. Kalau sudah waktunya barulah akan dia beritahu pikirnya.

Karena menurutnya tidak ada gunanya memberitahu istrinya sekarang. Lagi pula isi ruangan itu juga hanyalah peti tersebut. Dion pun keluar dari kamar kakek, sekilas ia pun memandang foto kakek sebelum menutup pintu kamar.

Saat keluar kamar kakek, Dion mencium sebuah aroma yang khas dari arah dapur. Lina ternyata sedang sibuk menyiapkan makan malam bersama seorang pelayan. Yaitu Ros.

"Biarkan para pelayan saja yang memasak, itu sudah tugas mereka," ujar Dion saat pertama kali mengetahui kalau istrinya ikut membantu pekerjaan di dapur.

"Masakanku tidak enak ya?" tanya Lina khawatir.

"Aku tidak bilang masakanmu tidak enak. Tapi Aku ingin Kamu tahu kalau di rumah ini, Kamu adalah seorang nyonya," jawab Dion.

"Aku tidak suka hanya duduk santai, rasanya bosan. Lagi pula Aku suka memasak. Dan ada kesenangan tersendiri bagiku saat menyiapkan makanan untukmu," jawab Lina.

"Aku juga jadi banyak tahu makanan apa yang disukai dan yang tidak disukai oleh Kamu. Walaupun masakanku tidak akan seenak masakan yang biasa kamu makan. Tapi Aku akan belajar lebih giat!" ujar Lina bersungguh-sungguh.

Dion tersenyum melihat tinggakah Lina yang menggemaskan saat itu.

"Apa kamu sudah lapar sayang?" tanya Lina. Saat ia melihat Dion sedang mengusap-usap perutnya sendiri.

Dion memperhatikan hidangan-hidangan yang sudah tertata rapi, yang menerbitkan air liurnya. Rasa lapar pun merasukinya. Tapi ia masih bisa menahan dirinya, untuk tidak menyantap hidangan tersebut saat itu juga.

"Ya sedikit," jawab Dion masih dengan mengelus perutnya perlahan.

Melihat tingkah suaminya Lina tertawa kecil dan ia pun melanjutkan kegiatannya.

"Pergilah mandi, sebentar lagi makanan sudah siap," pinta Lina pada Dion. Tampak jelas dari raut wajah Dion yang sedang memandangi makanan di atas meja, kalau ia ingin segera makan.

"Ia baiklah Nyonya..." kata Dion. Lalu ppmelangkahkan kakinya keluar dari ruang makan itu.

Dion pun pergi, menuruti perkataan istrinya. Saat ia mandi tidak lama istrinya datang dan membuka lemari dan memilih pakaian untuk dia pakai sehabis mandi. Selesai mandi Dion melihat Istrinya sedang meletakkan beberapa helai pakaian ganti.

Perhatian kecil Lina padanya membuatnya merasa seperti anak kecil. Dan ia membayangkan seandainya mamanya masih hidup saat ia masih kecil, mungkin mamanya juga akan memperlakukan hal yang sama seperti yang Lina lakukan. Dion sangat suka sikap Lina yang tenang dan terkesan dewasa.

"Kira-kira kenapa kakek langsung menyetujui hubungan kita? Apa dia tahu kalau Kamu akan menjagaku seperti anak sendiri?" tanya Dion berbisik di telinga istrinya.

"Pakailah pakaianmu, jangan menggodaku!" ujar Lina.

Meski sudah menikah, mereka belum melakukan hubungan suami-istri sama sekali. Dion tidak pernah terlihat ingin melakukannya. Karena di malam pengantin kakek membuat hal yang tidak diduga sama sekali.

Sedikit atau pun banyak berpengaruh pada pemikiran Dion. Kemudian ditambah lagi dengan kepergian kakek. Berlanjut pula pada pengaduan ke kantor polisi. Semua itu membuat Dion tidak berpikir sama sekali tentang bersatu dengan istrinya.

Bahkah tiket bulan madu yang diberikan oleh sahabatnya, sebagai kado pernikahan pun masih tersimpan di laci. Tanpa disentuh lagi, sejak terakhir kali disimpan. Tidak ada yang tahu apakah tiketnya masih bisa digunakan atau tidak.

Di kamar itu ada sosok tidak terlihat menantikan akan datangnya buah hati mereka. Sehingga ia bisa membalaskan dendamnya yang tidak pernah lekang oleh waktu. Sosok tidak terlihat yang duduk di kursi pelamin mereka.

"Semakin cepat kalian memiliki keturunan maka semakin cepat pula dendamku akan terbalas," ujar sosok tidak terlihat itu sebelum pergi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Adiwaluyo

Adiwaluyo

mengerikan

2022-12-10

1

andre wibowo

andre wibowo

gas pol bro

2022-05-15

4

⭐Reo Ruari Onsiwasi⭐

⭐Reo Ruari Onsiwasi⭐

Firasat seseorang yang akan meninggal itu kuat

2022-05-14

2

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Nama
2 Ruang Rahasia
3 Bulan Madu
4 Orang Asing
5 Pulang
6 Kehamilan Lina
7 Penglihatan
8 Mahluk Tak Kasat Mata
9 Kesulitan Lina
10 Penelusuran
11 Musuh dalam Selimut
12 Rencana B
13 Pikiran Buruk
14 Anak Panti Asuhan
15 Pengusiran Mahluk Halus
16 Pindah Kamar
17 Ketahuan
18 Kepergian Bibi Kinan
19 Panti Asuhan
20 Terapi
21 Hasil Terapi
22 Mencari Pelaku
23 Pencarian Barang Bukti
24 Pemakaman Vivina
25 Anak Kecil
26 Memangnya Kalian Tidak Lihat?
27 Ros Dipecat
28 Gunting
29 Penculikan
30 Badai di Laut
31 Jejak
32 Wanita Paruh Baya
33 Masa Lalu
34 Shasa
35 Malam Panjang
36 Ganti Gelas
37 Air Baru
38 Pengikut
39 Bermain Api
40 Kasus-Kasus
41 Kelahiran
42 Teror di Rumah Sakit
43 Kerasukan
44 Biaya Rumah Sakit
45 Pernikahan Dion
46 Takdir atau Nasib
47 Ulang Tahun
48 Teresia
49 Ray
50 Dion
51 Taman Kanak-Kanak
52 Peti Ruang Rahasia
53 Kematian Ben
54 Membersihkan Jejak
55 Belatung
56 Melarikan Diri
57 Ruang Berdarah
58 Ikatan Batin
59 Perjodohan
60 Calon Suami
61 Penderitaan Ray
62 Emile dan Gina
63 Mata Ganti Mata
64 Dion dan Lina
65 Riwayat Perusahaan
66 Bersentuhan
67 Perpisahan
68 Tempat Asing
69 Rumah Besar
70 Kabur dari Rumah
71 Kobaran Api
72 Mimpi atau Nyata
73 Kamu Siapa?
74 Teresia Kembali
75 Berbaikan
76 Bertukar Cincin
77 Ratu Makan
78 Bunuh Diri
79 Mimpi Buruk
80 Penghianatan
81 Penangkapan
82 Bantuan
83 Kekuatan Teresia
84 Bikin Ulah
85 Mengunjungi Rumah Tua
86 Siaran Langsung
87 Akhir Pertunjukan
88 Video Klara
89 Pertemuan Tidak Terduga
90 Pengakuan Gina
91 Tinggal Bersama
92 Pendekatan
93 Kulit Merah
94 Perubahan Fisik
95 Perjanjian Berakhir
96 Jangan Dilepas
97 Rencana Gagal
98 Maut
99 Tantangan
100 Mama Malika
101 Arwah Korban
102 Berbicara dengan Arwah
103 Psikopat
104 Cresentia
105 Kobaran Api
106 Hilang
107 Jalan Buntu
108 Buku Tua
109 Rahasia Keluarga
110 Gadis yang Mirip Cresentia
111 Ada tapi Tidak Terlihat
112 Lingkungan Baru
113 Sepatu Baru
114 Suara Sepatu
115 Peran Utama
116 Syarat Bantuan
117 Alfredo
118 Alfredo yang Sebenarnya
119 Jadi Sandra
120 Makan Daging
121 Perjanjian Menikah
122 Perbuatan Baik
123 Preman
124 Kantor Polisi
125 Warung Kopi
126 Ruang Jenazah
127 Darah Te Espere
128 Te Amo
129 Menginap
130 Berbagi Rahasia
131 Saingan
132 Berpacaranlah Denganku
133 Kerasukan
134 Apakah Kamu Suka Aku?
135 Aroma Mayat
136 Longlongan Anjing
137 Berpindah Tempat
138 Tumbal
139 Pembukaan Pabrik Sepatu
140 Hari Libur
141 Jendela Sempit
142 Kuliah
143 Pacar Te Espere
144 Tidak Sia-Sia
145 Mama Aku Sudah Pulang
146 Sampai Jumpa
147 Terima atau Tidak
148 Oscuridad
149 Kedai Kecil
150 Ich Liebe Dich
151 Tulang Belulang dan Tengkorak
152 Penyusup
153 Permen Coklat
154 Apa Kabar?
155 Keinginan Terakhir
156 Kekacauan
157 Sang Pengantin
158 Masa Lalu
159 Riwayat Pedang Pusaka
160 Akhir Riwayat Oscuridad
161 Kepergian Te Espere dan Nicholas
162 Gadis yang Hilang
163 Kue Bolu
164 Mau Kemana?
165 Dihukum walau Tidak Bersalah
166 Sepotong Kue
167 Bersikap Seolah Melihat
168 Gadis yang Tersiksa
169 Melarikan Diri
170 Keributan
171 Menyamar
172 Pernikahan Malika
173 Tujuh Bulan
174 Nicorazón dan Esperanza
175 Berwisata
176 Kemalangan Beruntun
177 Pesulap
178 17 Tahun
179 Pertunjukan Sulap
180 Akhir Pertunjukan
181 Gangguan di Jalan
182 Penumpang Pesawat
183 Anak Malang
184 Kemampuan yang Disalahgunakan
185 (Season 2) Perubahan Nicorazón
186 (Season 2) Rahasia yang Belum Terungkap
187 (Season 2) Kejujuran
188 (Season 2) Roh di Dinding
189 (Season 2) Sentuhan
190 (Season 2) Takut
191 (Season 2) Kamar
192 (Season 2) Demam
193 (Season 2) Menemui Pesulap
194 (Season 2) Tiket
195 (Season 2) Kucing Sembilan Nyawa
196 (Season 2) Bersedia
197 (Season 2) Satu Kepala Menggelinding
198 (Season 2) Asisten Pesulap
199 (Season 2) Keturun Ketujuh
200 (Season 2) Mendadak Sakit
201 (Season 2) Hari Pertama
202 (Season 2) Dorado
203 (Season 2) Pengawas
204 (Season 2) Tomi Datang
205 (Season 2) Berpindah
206 (Season 2) Pacar Nicorazón
207 (Season 2) Lari
208 (Season 2) H E L P
209 (Season 2) Identitas
210 (Season 2) Dalam Kurungan
211 (Season 2) Kembali ke Tubuh Asli
212 (Season 2) Verde
213 (Season 2) Pesawat Meledak
214 (Season 2) Kapal Penjahat
215 (Season 2) Penangkapan
216 (Season 2) Rapat
217 (Season 2) Tertukar
218 (Season 2) Beraksi
219 (Season 2) KETAHUAN
220 (Season 2) Dua Esperanza
221 (Season 2) Panggilan
222 (Season 2) Tidak Percaya Siapapun
223 (Season 2) Satu Esperanza Terbunuh
224 (Season 2) Kekuatan Terkuat
225 (Season 2) Esperanza di Tengah Pusaran Angin
226 (Season 2) Lautan Api
227 (Season 2) Di Pengungsian
228 (Season 2) Sebuah Kebenaran
229 (Season 2) Bahan Makanan
230 (Season 2) Mencari Esperanza
231 (Season 2) Kebohongan Dorado
232 (Season 2) Penghianat yang Sebenarnya
233 (Season 2) Pribadi yang Lain
234 (Season 2) Jadi Budak atau Buronan
235 (Season 2) Semakin Terbiasa
236 (Season 2) Penyamaran Terbongkar
237 (Season 2) Malam Bertabur Timah Panas
238 (Season 2) Tujuh Kehidupan
239 (Season 2) Ikut Campur
240 (Season 2) Terkepung
241 (Season 2) Menyerah
242 (Season 2) Esperanza Tiba
243 (Season 2) Leluhur Dorado
244 (Season 2) Akhir Hidup Dorado
245 (Season 2) Bangun
246 (Season 2) Belum Terbiasa
247 (Season 2) Usaha Gina
248 (Season 2) Izin Kembali Pulang
249 (Season 2) Pergi Sejauh Mungkin
250 (Season 2) Tawaran
251 (Season 2) Murid Baru
252 (Season 2) Akibat Mengganggu Esperanza
253 (Season 2) Empedu
254 (Season 2) Museum
255 (Season 2) Akhir yang Berbeda
256 (Season) Sampai Jumpa
Episodes

Updated 256 Episodes

1
Sebuah Nama
2
Ruang Rahasia
3
Bulan Madu
4
Orang Asing
5
Pulang
6
Kehamilan Lina
7
Penglihatan
8
Mahluk Tak Kasat Mata
9
Kesulitan Lina
10
Penelusuran
11
Musuh dalam Selimut
12
Rencana B
13
Pikiran Buruk
14
Anak Panti Asuhan
15
Pengusiran Mahluk Halus
16
Pindah Kamar
17
Ketahuan
18
Kepergian Bibi Kinan
19
Panti Asuhan
20
Terapi
21
Hasil Terapi
22
Mencari Pelaku
23
Pencarian Barang Bukti
24
Pemakaman Vivina
25
Anak Kecil
26
Memangnya Kalian Tidak Lihat?
27
Ros Dipecat
28
Gunting
29
Penculikan
30
Badai di Laut
31
Jejak
32
Wanita Paruh Baya
33
Masa Lalu
34
Shasa
35
Malam Panjang
36
Ganti Gelas
37
Air Baru
38
Pengikut
39
Bermain Api
40
Kasus-Kasus
41
Kelahiran
42
Teror di Rumah Sakit
43
Kerasukan
44
Biaya Rumah Sakit
45
Pernikahan Dion
46
Takdir atau Nasib
47
Ulang Tahun
48
Teresia
49
Ray
50
Dion
51
Taman Kanak-Kanak
52
Peti Ruang Rahasia
53
Kematian Ben
54
Membersihkan Jejak
55
Belatung
56
Melarikan Diri
57
Ruang Berdarah
58
Ikatan Batin
59
Perjodohan
60
Calon Suami
61
Penderitaan Ray
62
Emile dan Gina
63
Mata Ganti Mata
64
Dion dan Lina
65
Riwayat Perusahaan
66
Bersentuhan
67
Perpisahan
68
Tempat Asing
69
Rumah Besar
70
Kabur dari Rumah
71
Kobaran Api
72
Mimpi atau Nyata
73
Kamu Siapa?
74
Teresia Kembali
75
Berbaikan
76
Bertukar Cincin
77
Ratu Makan
78
Bunuh Diri
79
Mimpi Buruk
80
Penghianatan
81
Penangkapan
82
Bantuan
83
Kekuatan Teresia
84
Bikin Ulah
85
Mengunjungi Rumah Tua
86
Siaran Langsung
87
Akhir Pertunjukan
88
Video Klara
89
Pertemuan Tidak Terduga
90
Pengakuan Gina
91
Tinggal Bersama
92
Pendekatan
93
Kulit Merah
94
Perubahan Fisik
95
Perjanjian Berakhir
96
Jangan Dilepas
97
Rencana Gagal
98
Maut
99
Tantangan
100
Mama Malika
101
Arwah Korban
102
Berbicara dengan Arwah
103
Psikopat
104
Cresentia
105
Kobaran Api
106
Hilang
107
Jalan Buntu
108
Buku Tua
109
Rahasia Keluarga
110
Gadis yang Mirip Cresentia
111
Ada tapi Tidak Terlihat
112
Lingkungan Baru
113
Sepatu Baru
114
Suara Sepatu
115
Peran Utama
116
Syarat Bantuan
117
Alfredo
118
Alfredo yang Sebenarnya
119
Jadi Sandra
120
Makan Daging
121
Perjanjian Menikah
122
Perbuatan Baik
123
Preman
124
Kantor Polisi
125
Warung Kopi
126
Ruang Jenazah
127
Darah Te Espere
128
Te Amo
129
Menginap
130
Berbagi Rahasia
131
Saingan
132
Berpacaranlah Denganku
133
Kerasukan
134
Apakah Kamu Suka Aku?
135
Aroma Mayat
136
Longlongan Anjing
137
Berpindah Tempat
138
Tumbal
139
Pembukaan Pabrik Sepatu
140
Hari Libur
141
Jendela Sempit
142
Kuliah
143
Pacar Te Espere
144
Tidak Sia-Sia
145
Mama Aku Sudah Pulang
146
Sampai Jumpa
147
Terima atau Tidak
148
Oscuridad
149
Kedai Kecil
150
Ich Liebe Dich
151
Tulang Belulang dan Tengkorak
152
Penyusup
153
Permen Coklat
154
Apa Kabar?
155
Keinginan Terakhir
156
Kekacauan
157
Sang Pengantin
158
Masa Lalu
159
Riwayat Pedang Pusaka
160
Akhir Riwayat Oscuridad
161
Kepergian Te Espere dan Nicholas
162
Gadis yang Hilang
163
Kue Bolu
164
Mau Kemana?
165
Dihukum walau Tidak Bersalah
166
Sepotong Kue
167
Bersikap Seolah Melihat
168
Gadis yang Tersiksa
169
Melarikan Diri
170
Keributan
171
Menyamar
172
Pernikahan Malika
173
Tujuh Bulan
174
Nicorazón dan Esperanza
175
Berwisata
176
Kemalangan Beruntun
177
Pesulap
178
17 Tahun
179
Pertunjukan Sulap
180
Akhir Pertunjukan
181
Gangguan di Jalan
182
Penumpang Pesawat
183
Anak Malang
184
Kemampuan yang Disalahgunakan
185
(Season 2) Perubahan Nicorazón
186
(Season 2) Rahasia yang Belum Terungkap
187
(Season 2) Kejujuran
188
(Season 2) Roh di Dinding
189
(Season 2) Sentuhan
190
(Season 2) Takut
191
(Season 2) Kamar
192
(Season 2) Demam
193
(Season 2) Menemui Pesulap
194
(Season 2) Tiket
195
(Season 2) Kucing Sembilan Nyawa
196
(Season 2) Bersedia
197
(Season 2) Satu Kepala Menggelinding
198
(Season 2) Asisten Pesulap
199
(Season 2) Keturun Ketujuh
200
(Season 2) Mendadak Sakit
201
(Season 2) Hari Pertama
202
(Season 2) Dorado
203
(Season 2) Pengawas
204
(Season 2) Tomi Datang
205
(Season 2) Berpindah
206
(Season 2) Pacar Nicorazón
207
(Season 2) Lari
208
(Season 2) H E L P
209
(Season 2) Identitas
210
(Season 2) Dalam Kurungan
211
(Season 2) Kembali ke Tubuh Asli
212
(Season 2) Verde
213
(Season 2) Pesawat Meledak
214
(Season 2) Kapal Penjahat
215
(Season 2) Penangkapan
216
(Season 2) Rapat
217
(Season 2) Tertukar
218
(Season 2) Beraksi
219
(Season 2) KETAHUAN
220
(Season 2) Dua Esperanza
221
(Season 2) Panggilan
222
(Season 2) Tidak Percaya Siapapun
223
(Season 2) Satu Esperanza Terbunuh
224
(Season 2) Kekuatan Terkuat
225
(Season 2) Esperanza di Tengah Pusaran Angin
226
(Season 2) Lautan Api
227
(Season 2) Di Pengungsian
228
(Season 2) Sebuah Kebenaran
229
(Season 2) Bahan Makanan
230
(Season 2) Mencari Esperanza
231
(Season 2) Kebohongan Dorado
232
(Season 2) Penghianat yang Sebenarnya
233
(Season 2) Pribadi yang Lain
234
(Season 2) Jadi Budak atau Buronan
235
(Season 2) Semakin Terbiasa
236
(Season 2) Penyamaran Terbongkar
237
(Season 2) Malam Bertabur Timah Panas
238
(Season 2) Tujuh Kehidupan
239
(Season 2) Ikut Campur
240
(Season 2) Terkepung
241
(Season 2) Menyerah
242
(Season 2) Esperanza Tiba
243
(Season 2) Leluhur Dorado
244
(Season 2) Akhir Hidup Dorado
245
(Season 2) Bangun
246
(Season 2) Belum Terbiasa
247
(Season 2) Usaha Gina
248
(Season 2) Izin Kembali Pulang
249
(Season 2) Pergi Sejauh Mungkin
250
(Season 2) Tawaran
251
(Season 2) Murid Baru
252
(Season 2) Akibat Mengganggu Esperanza
253
(Season 2) Empedu
254
(Season 2) Museum
255
(Season 2) Akhir yang Berbeda
256
(Season) Sampai Jumpa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!