"Ya baiklah kalau bibi bilang begitu, tapi bisakah bibi minum duluan?"
"Memangnya kamu tidak percaya pada bibi?" tanya Bibi Kinan.
"Ya sudah kalau tidak percaya, mungkin lebih baik bibi laporkan saja kalau begitu." ucap Bibi Kinan mengancam.
"Jangan bi...iya, iya ini aku minum." kata Vivina kemudian lalu meminum kopi tersebut.
"Aku sudah meminumnya, sekarang giliran bibi.: kata Vivina.
Bibi Kinan pun melihat Vivina sesaat untuk mencari kejanggalan dari tingkahnya. Jelas sekali dia gugup.
"Tapi kenapa dia baik-baik saja ya?" gumamnya dalam hati.
"Bibi ayo dong diminum, masa cuma aku doang yang minum." kata Vivina lagi.
"Bibi cuma menunggu kopi ini dingin dulu." elak Bibi Kinan.
Bibi Kinan menunda dan memperlambat waktu untuk meminum kopi tersebut. Bibi Kinan mau melihat reaksi pada diri Vivina. Tapi ternyata hasilnya nihil. Vivana terlihat baik-baik saja. Bahkan Vivina sendiri bingung, ia tidak mengalami gejala apa pun. Padahal iya sudah bersiap-siap untuk skenario terburuk.
Dan akhirnya Bibi Kinan sudah tidak bisa mundur. Bibi Kinan juga akhirnya meminum kopinya. Dan setelah mereka sama-sama minum Vivina menawarkan diri untuk mencuci gelas bekas kopi yang mereka minum. Tapi Bibi Kina malah menyuruhnya kembali ke kamar dan ia sendiri yang akan mencuci gelas tersebut. Untuk hal itu akhirnya Vivina tidak lagi membantah. Segera ia pergi ke kamar.
Bibi Kinan pun selesai mencuci gelas itu, tapi setelah selesai ia tidak langsung pergi tidur. Ia masih memperhatikan bungkus kopi tersebut.
"Aneh sekali, entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang salah dengan kopi ini. Tapi apa itu?" pikir Bibi Kinan mencoba menyelidiki rasa curiganya.
Tapi ia tetap tidak menemukannya, saat membandingkan kemasan kopi itu dengan yang lain juga ia tidak bisa melihat perbedaannya. Mereka tampak seperti berasal dari pabrik yang sama.
"Ah...sudahlah, mungkin aku yang terlalu curiga, apa aku harus minta maaf pada Vivina karena sudah mencurigainya."
"Mungkin dia sudah tidur sekarang, apa besok saja aku meminta maaf padanya?"
"Lalu bagaimana dengan pencurian yang ia akui tadi? Apa aku harus diam saja."
Pada akhirnya Bibi Kinan pusing sendiri. Alhasil ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk melanjutkan tidur. Walau mungkin akan susah, karena kopi yang ia minum membuat matanya terang atau pun tidak merasa mengantuk. Padahal jam sudah menunjukkan lewat tengah malam.
Bibi Kinan menuju kamarnya. Di dalam kamar Vivina sudah berbaring di tempat tidurnya dengan waspada. Ia juga kuatir akan efek samping kopi yang ia minum. Saat mendengar suara langkah Bibi Kinan ia tidak membuka matanya. Ia takut untuk menyapa walau sekedar untuk mengucapkan selamat tidur.
Sementara itu Bibi Kinan sudah kembali berbaring di kasurnya. Karena tidak merasa mengantuk ia pun membuka galeri foto di ponselnya. Ia melihat foto keluarganya saat masih utuh. Foto yang sudah berkali-kali ia salin ke memori ponselnya saat berganti ponsel baru. Rasanya seperti baru kemarin mereka liburan. Tidak terasa mata Bibi Kinan mulai mengantuk. Berkali-kali ia menguap. Lalu ia merasa hendak ke kamar kecil.
Ia pun turun dari ranjangnya menuju kamar mandi para pelayan. Saat memasuki kamar mandi ia tidak merasakan hal aneh sedikit pun. Tapi saat ia selesai dan membuka pintu ia melihat mahluk menyeramkan. Ia sangat terkejut dan mundur tiba-tiba dan kehilangan keseimbangan. Kakinya terpeleset dan ia pun terjatuh.
Vivina yang juga tidak bisa tidur mendengar suara orang jatuh lalu membuka mata yang sejak ke kamar ia tutup dengan rapat. Sesaat ia mendengar suara Bibi Kinan minta tolong dengan suara berteriak. Tapi hanya satu kali. Vivina pun menoleh ke arah suara. Saat ia menoleh ia melihat mahluk menyeramkan berdiri tepat di tempar tidurnya.
Vivina membelalakkan matanya dan mengatup mulutnya dengan kedua tangannya. Lalu perlahan-lahan berpaling dan membaringkan tubuhnya.
"Gawat...apa ini efek sampingnya?" batin Vivina ketakutan.
Vivina berusaha tetap tenang. Karena menurutnya itu adalah efek dari kopi yang ia minum. Meski begitu ia tetap juga takut. Karena ini untuk yang pertama kalinya ia melihat mahluk menyeramkan itu.
Setelah beberapa lama, Bibi Kinan belum juga kembali. Vivina mencoba menerka-nerka. Jalan apa yang harus ia tempuh. Tetap pura-pura tidur atau melihat ke kamar mandi. Dan ia pada akhirnya memilih pura-pura tidur. Sampai akhirnya benar-benar tertidur. Tanpa ia sadari tubuh Bibi Kinan mulai kaku. Darah yang mengalir mulai membeku juga.
Keesokan harinya Ros mendapatinya dengan tubuh yang terbujur kaku dan bersimbah darah. Ros sangat terkejut, tapi dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia membangunkan pelayan yang juga tidur di kamar yang sama dengannya. Setelah itu barulah ia pergi ke kamar tuannya untuk menyampaikan kabar duka cita.
Vivina yang mendengar kabar duka itu akhirnya merasa lega di balik selimutnya. Tapi ia juga punya masalah baru sekarang. Ia melihat yang harusnya tidak ia lihat. Tapi karena berpikir itu adalah akibat minum kopi, ia pun berusaha berpikir positif. Berusaha menghilangkan rasa takutnya.
Sementara itu saat menerima kabar kalau Bibi Kinan sudah tiada Dion pun terkejut. Begitu juga dengan Lina. Ia tidak menyangka Bibi Kinan akan mengalami hal itu dan pergi untuk selamanya.
Beruntung pagi ini Lina baik-baik saja. Ia tidak membuat masalah karena ketakutan. Entah harus senang atau sedih. Senang karena menurutnya kemampuan untuk melihat mahluk tak kasat mata sudah hilang. Tapi juga sedih ia karena salah satu pelayannya meninggal dunia.
Dion tidak bisa menghubungi kerabat Bibi Kinan, karena ia tidak memiliki kontak mereka.
Dion merasa harus memberi kabar pada keluarga Bibi Kinan. Tapi esaat kemudian ia sadar kalau Bibi Kinan, sudah tidak memiliki anggota keluarga lagi.
Dion berpikir untuk menelepon siapa pun di nomor kontak Bibi Kinan. Namun ternyata nomor kontak Bibi Kinan hanya berisikan nomor kontaknya dan Lina serta nomor kontak pelayan lainya. Dan akhirnya Dion memutuskan kalau Bibi Kinan dimakamkan saja tanpa kehadiran anggota keluarganya.
Tapi sebelum itu Dion melakukan otopsi agar tau penyebab kematian Bibi Kinan.Dion juga memanggil polisi. Saat olah TKP polisi memutuskan kalau itu murni sebuah kecelakaan. Setelah itu barulah merasa tenang bisa memakamkan Bibi Kinan dengan layak.
Dion tidak perlu was-was jika suatu hari, ada orang yang mengaku sebagai anggota keluarga Bibi Kinan dan meminta bukti keterangan tentang kematian Bibi Kinan. Oleh sebab itulah gunanya ia melakukan otopsi dan melaporkan kepada polisi.
Saat semua berkabung, Vivina justru berusaha keras, membuang rasa takutnya pada mahluk yang menyeramkan itu, yang terkadang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia terus mengingatkan dirinya kalau yang ia lihat hanyalah halusinasi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Beast Writer
mungkin bukan halusinasi😁
2022-03-19
3
Aris Pujiono
bibi kinan...😥
2022-01-30
4
Ayya
rasain vivina,senjata makan tuan...
tinggal tantenya dion yg blm dikasih kopi,biar sama2 berhalusinasi...
2022-01-30
2