"Iya, Aku tidak melihat mereka lagi sayang. Tapi bagaimana kalau kita pindah dari rumah ini saja?"
Lina masih cemas, kalau-kalau ia akan melihat penampakan lagi. Mendengar ucapan Lina, Dion sadar akan rasa khawatir istrinya. Tapi dia tidak segera menjawab kata-kata Lina.
Ia tidak mengerti tentang dunia lain. Bagaimana mereka bisa terlihat dan kenapa sebagian tidak bisa melihatnya. Ia pun menghela napas sesaat.
"Tidak bisa Sayang, bersabarlah ... ini adalah ujian untuk kita. Aku tidak mungkin meninggalkan rumah ini. Karena kakek telah memintaku untuk menjaganya dan, Aku telah berjanji pada kakek," jawab Dion kemudian dengan nada memelas.
Lina sudah tidak bisa berdebat, ia juga merasa tidak tega memaksa suaminya. Kini hanya bisa berpikir, bagaimana caranya agar ia tidak melihat makhluk-makhluk itu lagi.
"Seandainya ada yang bisa menghapus kemampuannya ini, maka Aku akan membayar berapa pun dengan tabunganku. Ya walau pun tidak seberapa. Tapi Aku pasti akan mencicilnya jika belum belum lunas. Sekalipun harus mencicil seumur hidup," batin Lina.
Maka ia pun membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata. Ia mencoba mengingat hal-hal yang indah saja. Agar bayangan atau pun ingatan tentang makhluk gaib itu tidak muncul dalam benaknya.
Dion mendekap istrinya lalu menepuk-nepuk pundak wanita itu. Diperlakukan oleh suaminya sedemikian rupa Lina tersenyum dan merasa lucu. Dion bertindak seolah sedang menenangkan istrinya seperti anak kecil. Kemudian rasa senang itu akhirnya membuat istri Dion tertidur.
Saat keduanya tertidur ada seseorang yang terbangun. Ia turun dari ranjangnya perlahan-lahan. Seolah ia takut akan membangunkan penghuni kamar yang lain. Ia berjalan berjingkat-jingkat meninggalkan kamarnya. Lalu setelah berada di luar kamar dengan cepat ia pergi menuju arah dapur.
Sampai di dapur ia mengeluarkan sesuatu dari kantung baju tidurnya. Sebungkus kopi, dan ia pun memasukkannya ke dalam lemari penyimpanan makanan majikannya. Setelah berhasil ia pun berbalik.
"Arrghhk!" pekiknya tertahan.
Seseorang membekap mulutnya agar jeritannya tidak membangunkan seisi rumah. Orang yang membekap mulutnya adalah Bibi Kinan.
"Vivina? Apa yang kau lakukan tengah malam begini?" tanya Bibi Kinan. Lalu melepas tangannya yang menutup mulut Vivina.
"Hah, Bibi Kinan... A-aku ... A-ku ha-hanya mengambil air putih," bual Vivina pada Bibi Kinan.
"Hentikan bualanmu Aku, sudah mengikutimu sejak dari kamar. Kamu diam-diam pergi ke dapur. Jika hanya ingin mengambil minuman, seharusnya kamu tidak perlu mengendap-endap," ucap Bibi Kinan.
"Dan lagi tadi Aku, sempat melihat kalau, Kamu baru saja memasukkan sesuatu ke dalam lemari makanan tuan," cicit Bibi Kinan lagi.
Lalu ia pergi menuju lemari dan membuka lemari tersebut. Vivina tiba-tiba berlutut di bawah kaki Bibi Kinan. Tingkahnya tentu saja membuat Bibi Kinan terkejut dan berhenti.
"Maafkan aku bi, aku khilaf. Aku tidak akan melakukannya lagi," ucap Vivina dengan wajah hampir menangis.
"Apa maksudmu?" tanya Bibi Kinan.
"Se-sebenarnya aku, aku diam-diam mencuri bahan makanan tuan untuk jadi oleh-oleh atau pun buah tangan saat mengunjungi rumah bibiku. Bibi Kinan tau kan kalau aku seorang yatim-piatu. Hanya bibiku keluargaku satu-satunya," kata Vivina.
"Hentikan omong-kosongmu, katakan apa maksud perkataanmu dengan jelas," ucap Bibi Kinan.
"Bibi iya tadinya, Aku memang ingin mencuri. Tapi tidak jadi," kata Vivina lagi.
"Tapi yang, Aku lihat Kamu justru memasukkan sesuatu ke dalam. Kalau Kamu mencuri, ayo keluarkan barang yang telah, Kamu curi!" perintah Bibi Kinan.
"Atau, Aku akan membangunkan tuan dan nyonya jika terpaksa. Aku juga bisa melaporkanmu pada Ros. Karena ia adalah kepala pelayan di sini," ancam Bibi Kinan dengan serius.
"Sebenarnya tadi pagi, Aku mencuri kopi untuk kuberikan pada bibiku. Tapi, Aku tidak jadi memberikannya pada bibiku. Aku tidak mau bibiku menanggung kesalahanku jika menikmati hasil curian. Jadi, Aku bermaksud mengembalikannya secara diam-diam," kata Vivina menjelaskan.
"Sungguh, Bibi ... Aku tidak akan melakukannya lagi. Kalau tidak percaya, Bibi bisa periksa senduri isi di dalam lemari tersebut," tawar Vivina.
Bibi Kinan memperhatikan lemari tersebut. Ia tidak melihat hal yang mencurigakan.
"Apa yang kau curi dan apa yang kau kembalikan?" tanya Bibi Kinan.
"Kopi. Aku hanya mencuri kopi, bibiku sangat suka kopi. Dan kopi itu sudah, Aku kembalikan," kata Vivina lagi.
Entah kenapa perasaan Bibi Kinan tidak nyaman. Ia merasa Vivina menyembunyikan sesuatu. Bibi Kinan sudah lama tinggal di rumah itu. Ia juga tahu kalau tuannya punya banyak musuh. Bagaimana jika ia salah satu penyusup dari musuh tuannya.
Bibi Kinan mengambil sebungkus kopi lalu meletakkannya di meja. Vivina melihat kopi itu dan mulai was-was. Apa yang akan Bibi Kinan lakukan dengan kopi itu. Ternyata Bibi Kinan mengisi 2 gelas air panas lalu memasukkan bubuk kopi ke dua gelas tersebut. Setelah mengaduknya, ia pun menyuruh Vivina meminumnya.
"Itu punya tuan, nanti tuan akan marah," ucap Vivina menolak.
"Tenang saja, tidak akan ada yang tahu. Ini akan jadi rahasia kita berdua," ucap Bibi Kinan.
Bibi Kinan mencoba memancing kejujuran Vivina. Ia sedikit curiga dengan Vivina. Karena setelah melihat Vivina menyimpan obat herbal yang diberikan oleh Om dan Tante Dion, ia mulai memperhatikan Vivina. Ia ingat saat anak-anak Kakek memasukkan sesuatu pada makanan ibu Dion. Tapi saat itu ia terlalu takut untuk memberitahukan Kakek Dion tentang hal itu.
Apalagi saat ia ketahuan melihat perbuatan mereka, Bibi Kinan diancam. Tapi kemudian mereka melakukan negosiasi. Saat itu ia butuh uang untuk biaya pengobatan putrinya. Jadi mereka menyuap Bibi Kinan dengan biaya pengobatan putrinya. Tapi malang nasipnya. Setelah putrinya sembuh ia melakukan liburan keluarga dan itu jadi liburan terakhir mereka. Suami dan putrinya tewas tenggelam saat mereka liburan ke sebuah Danau.
Terkadang Bibi Kinan menyesali perbuatannya telah menerima uang suap tersebut. Jika saja ia tidak menerima uang tersebut mungkin ia masih bisa berkumpul dengan keluarganya di hari liburnya.
"Ayo sekarang minum," katanya lagi.
"Aku tidak mau, Bibi mencoba menjebakku. Jika, Aku meminumnya, Bibi akan segera melaporkanku pada tuan," kilah Vivina.
"Aku tidak akan melaporkanmu! Apa, Kamu tidak lihat, Aku juga telah membuat segelas kopi bagianku? Jadi sekarang ayo diminum!" Bibi Kinan terus memaksa Vivina.
Vivina kehabisan alasan, ia sedikit kuatir akan efek dari kopi yang akan ia minum. Apalagi saat ia cermati, sepertinya itu bungkus kopi yang ia dapat dari nyonya keduanya. Nyonya keduanya yang tidak lain adalah Tante Dion.
"Gawat ... apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya dalam hati.
"Dari semua kopi kenapa justru bungkus kopi itu yang ia ambil," pikir Vivina lagi.
Vivina tidak sadar bungkus kopi yang ia taruh di lemari itu terlihat lebih kusut dari bungkus kopi yang lain. Ia terlalu lama menaruhnya di tempat sempit, sehingga bentuk bungkusnya mengusut tentu saja itu menarik perhatian karena berbeda dari yang lain.
"Ya baiklah kalau, Bibi yang bilang begitu, tapi bisakah, Bibi minum duluan?"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Anezaki Igarashi Ricky ⍣⃝కꫝ 🎸
senjata makan tuan
2022-05-14
1
Beast Writer
kopi halusinogen
2022-03-19
1
🎯™ Zie ⍣⃝కꫝ 🎸
ayo vina minum minum.... makin ragu nanti malah ketaun niatnya.
semoga bibi baik baik aja 😊
2022-02-16
3