Bulan Madu

Dion pun memakai pakaian yang sudah dipersiapkan oleh Lina. Sambil berusaha menghapus pikiran liarnya. Dan sesekali ia menatap istrinya yang masih sibuk mengambil beberapa helai pakaian dari lemari.

Saat menatap istrinya Dion teringat ucapan kakeknya, tentang nama untuk anak mereka kelak. Dion tersenyum merasa lucu saat membayangkannya.

"Sepertinya kakek sudah lama mempersiapkan nama untuk cicitnya. Seolah beliau berpikir sekalipun tidak sempat melihat cicitnya dia sudah memberikan nama untuk mereka," gumam Dion yang tidak terdengar dengan jelas oleh Lina.

Seketika ia pun teringat tentang peti di ruang rahasia. Semakin dipikirkan Dion semakin pusing, tanpa sadar dia memijat dahinya yang berkerut. Dan tanpa ia sadari juga, kalau istrinya ternyata memperhatikan dari tadi.

"Ada apa sayang? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Lina sambil memiringkan kepalanya 45 derajat.

Dion memandang istrinya sekilas lalu dengan cepat mengubah raut wajahnya. Dan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan dengan perlahan-lahan untuk menyembunyikan kegalauannya. Lalu ia tersenyum.

"Ahh tidak apa, aku hanya memikirkan bulan madu kita yang tertunda," jawab Dion berbohong.

Tidak ada yang terpikir oleh Dion alasan yang tepat untuk menjawab istrinya. Jadi ia menjawab sekenanya saja. Kalau istrinya tidak percaya, ia akan memikirkan lagi alasan yang lainnya. Karena yang terpenting sekarang hanyalah menjawab dengan cepat.

"Hemmm dan itu membuatmu jadi pusing sampai seperti itu?" tanya Lina lagi sambil mendekat.

Lina terkekeh mendengar jawaban Dion. Apakah Lina percaya begitu saja dengan jawaban Dion atau tidak, setidaknya itu bisa mencairkan suasana.

"Kalau soal itu aku selalu siap sayang, lahir dan batin," ujar Lina lagi menepuk dadanya dengan pelan.

Dion jadi salah tingkah, menyadari jawaban konyolnya yang terdengar sedikit aneh bahkan baginya sendiri. Lalu dia memandang Lina yang berjarak selangkah darinya dan hendak memeluknya, tapi Lina menolak. Lina mundur dengan cepat saat suaminya mendekat.

"Jangan kamu sudah mandi. Sedangkan aku masih berkeringat dan bau bumbu dapur," tutur Lina, sambil mengarahkan kedua tangannya dengan posisi telapak tangan terbuka seperti sedang mendorong sesuatu.

"Tidak apa, bukankah tadi kamu bilang kalau, kamu siap kapan saja lahir dan batin," ujar Dion.

"Huh dasar! Aku mandi dulu habis itu baru kita bicara lagi!" ucap Lina dan dengan cepat kabur ke kamar mandi.

Setelah Lina selesai mandi, terlihat olehnya kalau suaminya melamun. Dion duduk di kursi dekat jendela kamar sambil menatap ke luar. Lina datang mendekat dengan memakai baju mandinya.

*Cup!

Lina mengecup pipi Dion, Dion yang melamun terkejut karena tiba-tiba mendapat sebuah kecupan di pipinya. Lalu Dion tersenyum.

"Rindu pada kakek ya?" tanya Lina kuatir.

"Ah tidak, aku cuma mikirin tempat yang pas untuk kita berdua bulan madu nanti," ucap Dion berbohong lagi.

"Oh,"

Mendengar ucapan singkat istrinya Dion sadar kalau dia ketahuan sedang berbohong.

"Iya maaf sayang, aku memang masih rindu pada kakek," ucap Dion mengakui kebohongannya.

"Sabar ya sayang, bulan madunya ditunda saja dulu," kata Lina.

"Ah tidak, bukan itu masalahnya. Aku akan segera mencari tempat yang cocok," ucap Dion dan dipotong oleh Lina.

"Hei...bukankah kita ada tiket bulan madu sebagai hadiah pernikahan," ucap Lina.

Sambil berpikir dan mengingat-ingat seseorang yang memberikan tiket itu. Tiket itu diberikan oleh salah satu teman Dion. Di hari pernikahan Dion sempat memperkenalkannya pada Lina.

Lina pun mengingat kalau orang itu bekerja di salah satu perusahaan Dion. Tapi Lina tidak bisa mengingat nama orang tersebut. Dia hanya ingat kalau orang yang memberikannya tiket bulan madu adalah orang yang mengantarkan berkas untuk ditanda tangani oleh Dion.

"Oh iya hampir saja lupa," ucap Dion lalu mencari tiket yang dimaksud di laci meja kamar.

Tidak sulit menemukan tiket tersebut karena tidak terletak tersembunyi. Hanya saja laci penyimpanannya selalu dikunci, karena itu laci penyimpanan khusus untuk barang penting. Tujuannya agar mudah ditemukan tetapi juga aman. Walau pun selama ini belum ada sejarahnya, seorang pelayan mencuri di rumah Sean tersebut.

"Ah... ini dia... tiketnya... tapi, apa ini masih berlaku?" tanya Dion pada Lina.

Lina hanya mengangkat bahu dan alisnya bersamaan. Lalu mereka mengecek tiket tersebut dan ternyata hari ini adalah hari keberangkatannya. Dion dan Lina memandang satu sama lain. Dan mereka berpikir sejenak.

"Apa kita masih bisa pergi?" tanya Lina kebingungan.

Dion tampak berpikir sejenak lalu tersenyum.

"Tentu saja masih bisa, kita masih punya waktu, ayo kita berangkat!" ucap Dion dengan yakin dan penuh semangat.

"Apa, sekarang?!" tanya Lina gelagapan.

Lina membelalakkan matanya seakan tidak percaya pada ucapan Dion.

"Jika pergi sekarang, bukankah itu terlalu tiba-tiba. Dan kita belum mengemas apa pun. Lalu bagaimana dengan perusahaanmu sayang?" tanya Lina.

"Kalau tidak pergi sekarang, maka tiket itu akan terbuang percuma. Dan masalah perusahaan aku akan menghubungi seseorang yang bisa diandalkan. Nah ada masalah apa lagi sekarang?" tanya Dion masih dengan penuh semangat.

"Tapi kita belum ada persiapan," ucap Lina sedikit ragu.

"Katanya selalu siap, atau... aku salah dengar?" tanya Dion pada Lina, mengulang ucapan Lina.

"Heiii dasar mesum, bukan itu yang aku maksud tapi perlengkapan," ucap Lina sedikit menekan intonasinya.

"Perlengkapan apa lagi? Kitakan tidak perlu menunda anak? Kalau kamu langsung hamil bukankah itu hal yang bagus," ucap Dion dengan santainya.

Dion yang sedang tidak fokus masih belum mengerti dengan maksud dari ucapan istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Lina membelalakkan matanya dan geleng-geleng kepala. Jadi ia pun mengikuti alur pikiran suaminya saat itu juga.

"Ohh hanya itu yang ada di pikiranmu? Jadi kamu mau aku pergi dengan baju mandi ini? Ohh, baiklah ayo kita berangkat,'' ucap Lina dengan mantap.

Lina pun bergegas menuju ke luar kamar. Dan hal itu membuat Dion melongo.

"Apa ada yang salah dengan istriku," pikirnya.

Ia masih belum menyadari maksud tindakan istrinya. Lalu ia memutar bola matanya 360 derajat. Tapi Lina kemudian berhenti berjalan, setelah melihat suaminya tidak membuntutinya. Kemudian ia berpaling dan berkacak pinggang.

"Ayo kita berangkat, tunggu apalagi?" tanya Lina.

Dengan wajah santai ia menunggu reaksi suaminya. Suaminya masih bingung. Ia belum tahu apa yang salah dengan situasi mereka saat ini. Sejenak ia diam memperhatikan istrinya dan berpikir.

"Tunggu, sepertinya ada yang salah," kata Dion sambil menatap Lina.

"Kau yakin akan pergi seperti itu? Heii itu tidak lucu," ucap Dion kemudian dan berdiri sambil berkacak pinggang.

"Iya, memang tidak lucu, aku juga tidak sedang melawak," kata Lina sambil melipat tangannya.

Lina tidak mau kalah. Dion bengong lagi, mencoba menerka maksud perkataan istrinya. Masih saja ia belum paham. Pikirannya masih kosong.

"Heii kenapa bengong, kita jadi pergi tidak bulan madunya?" tanya Lina lagi untuk memastikan ucapan suaminya.

Sebenarnya Lina hanya bermaksud menggoda suaminya yang kebingungan. Sambil senyum-seyum ia mengerjai suaminya. Tapi suaminya masih belum sadar juga.

"Tentu saja jadi, tapi setidaknya pakailah pakaian yang pantas," ucap Dion kemudian setelah melihat ada yang janggal.

Tidak mungkin kalau istrinya pergi seperti itu. Dan kini Lina balik menegur suaminya juga.

"Oh lalu kau sendiri bagaimana?" tanya Lina.

"Heii ada apa denganmu, kenapa kau jadi aneh begini?" tanya Dion.

Dion merasa tidak melakukan hal yang salah. Bukankah hal yang wajar melarang istrinya pergi ke luar kamar dengan baju mandi. Apalagi kalau sampai keluar rumah.

"Bukan aku yang aneh sayang, yang aneh itu justru kamu. Kamu tidak mengerti semua yang aku katakan dari tadi, iya kan?" ucap Lina.

"Aku bilang tentang persiapan saat bulan madu, yang aku maksud itu seperti pakaian dan barang apa saja yang akan kita bawa. Bukankah kita belum mempersiapkan apapun. Tapi dari tadi pikiranmu mesum melulu," lanjutnya lagi sambil berkacak pinggang.

Lina pun akhirnya memberi kuliah malam pada suaminya saat itu juga. Dan hal itu membuat Dion merasa geli.

"Ohh ya ampun aku tidak fokus," kata Dion sambil menepuk jidatnya. Ia pun tertawa mengingat kebodohannya.

"Pantas saja dari tadi seperti ada yang salah," pikirnya.

"Hehh, ya ampun, baru sadar, jadi bagaimana?" tanya Lina yang masih menunggu keputusan Dion.

Lina kembali masuk ke kamar.

"Bagaimana bisa ia tidak mengerti hal sederhana ini, sementara perusahaan besar saja bisa dia jalankan?" batin Lina.

"Kita tetap jadi pergi, tidak usah persiapkan apa pun. Jadi kita akan beli segala perlengkapan di sana nanti, dengan begitu kita tidak perlu repot-repot berkemas, atau pun mengepak barang-barang," kata Dion.

"Cukup bawa yang penting saja. Seperti sepasang pakaian ganti untuk dipakai saat berbelanja di sana nanti," saran Dion.

Dengan mantap dan tegas Dion memberikan solusi. Dan situasi kembali menjadi kondusif.

"Ohh ok," kata Lina dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

Ia akhirnya lega. Pemikiran mereka sudah tidak bersebrangan lagi. Tapi ia hanya senyum-senyum saja mengingat kekonyolan suaminya tadi.

"Heii, cepatlah pakai pakaianmu, aku tidak bisa fokus jika kau terus berpenampilan seperti itu," perintah Dion pada Lina yang masih mengenakan baju mandinya.

Lina hanya tersenyum dengan genitnya. Lalu memilih pakaian yang akan dia pakai. Sesekali ia menanyakan pendapat suaminya. Pakaian apa yang akan ia gunakan. Sambil memperlihatkan beberapa gaun dan menempelkannya di badannya bergantian.

Setelah Dion memilihkan pakaian untuk istrinya, Lina pun mulai memakai pakaiannya. Tapi kemudian ia mendapat ide nakal untuk menggoda suaminya.

"Apa kau akan pergi dengan pakaian itu, apa kau tidak berganti pakaian? Mau aku bantu? Aku bisa bantu melepaskannya dan memakaikan dengan pakaian yang lebih cocok," kata Lina sambil mengenakan pakaiannya dalam gerak lambat.

"Dasar ya, dari tadi godain terus..." ucap Dion.

Dion yang dari tadi memperhatikan lekukan tubuh istrinya menahan sekuat tenaga agar tidak menyentuh istrinya pun akhirnya menyerah. Benteng pertahanannya hancur sudah. Maka malam itu juga ia mendekap istrinya dengan erat. Menikmati malam yang seharusnya sudah mereka lewati beberapa hari yang lalu. Tepatnya di malam pengantin.

(Adegan berikutnya di skip)

Saat pertama kalinya Dion menyentuh istrinya, angin pun bertiup dengan kencang. Sosok yang tidak terlihat bisa merasakan perubahan pada keduanya insan berbeda gender tersebut. Meskipun dia tidak ada di kamar Dion dan Lina.

Alam menjadi saksi penyatuan dua insan yang akan menghasilkan generasi berikutnya. Keturunan yang akan menjadi peran utama dalam kisah sedih, akibat balas dendam seorang gadis, yang hidup pada masa lampau.

Roh gadis itu tertawa dan setiap tawanya di sambut oleh kilatan cahaya di langit. Awan hitam menitikkan air dan membasahi bumi. Membasahi kediaman Dion. Seakan ikut berduka atas penderitaan yang akan dilalui oleh sepasang insan yang saling mencintai tersebut.

Sejak saat itu, roh gadis itu tidak pernah muncul lagi di kediaman Dion. Tapi berbeda dengan roh yang menunggu peti di ruang rahasia. Untuk pertama kalinya ia membuka mata. Seolah bersiap untuk menyambut pewaris yang sah. Yang akan mengambil isi dalam peti yang ia jaga.

Setelah melepaskan perasaan yang selama ini di tahan akhirnya mereka bersiap-siap untuk berangkat. Dion segera menghubungi sahabat baiknya. Lalu mengatakan kalau ia akan berlibur untuk beberapa hari.

"Oh, baiklah akhirnya kadoku berguna juga. Aku pikir kalian tidak akan menggunakan kado khusus yang kusiapkan," ujar sahabat Dion yang sekaligus karyawan di perusahaannya.

Singkat cerita, mereka kini sudah berada di kamar hotel. Malam ini untuk pertama kalinya Dion tidur dengan sangat lelap. Mungkin karena ini untuk pertama kalinya, dia akhirnya bisa mengalihkan pikirannya dari kakek.

Pagi hari tiba, keduanya masih tidur seolah enggan meninggalkan tempat tidur. Tapi perlahan Dion bangun dan menatap wajah istrinya. Dia sadar sudah beberapa hari ini dia kurang memperhatikan istrinya. Tampak bekas kecupan tadi malam tertinggal di beberapa bagian di tubuh istrinya.

Saat sedang memandangi wajah istrinya Dion melihat sekelebat bayangan hitam berada di belakang istrinya di sebelah tempat tidur. Dion terbelalak melihat bayangan hitam itu lalu duduk dengan segera. Tapi saat dia duduk bayangan itu tidak ada. Dion mengucek matanya, dan tidak ada apapun di sana. Dion diam sejenak dan secepat kilat ia berdiri untuk mengecek sisi samping tempat tidur bagian istrinya berbaring.

"Tidak ada siapapun dan apapun di sini ternyata," ucap Dion yang bahkan memeriksa di kolong tempat tidur.

Lalu Dion mengecek di setiap sudut ruangan bahkan sampai ke kamar mandi.

"Mungkinkah ada pencuri yang masuk, tapi mana mungkin ada maling di hotel ini sampai bisa masuk ke dalam kamar," gumamnya saat memeriksa kondisi pintu kamar mereka.

Dion memperhatikan setiap sudut langit-langit kamar. Tidak ada yang mencurigakan. Tanpa ia sadari Lina terbangun dari tidurnya, dia menggunakan tangan dan jari-jarinya mencari Dion. Tapi karena tidak menemukannya dia pun membuka matanya. Lina lalu duduk untuk mencari Dion, dan dia melihat suaminya seperti sedang mencari sesuatu.

"Ada apa sayang, apa ada barang yang ketinggalan di pesawat?" tanya Lina dengan suara ciri khas baru bangun tidur.

Dion diam saja, lalu ia mengubah raut wajahnya dan tersenyum.

"Tidak ada apa-apa," jawabnya tersenyum meski hatinya gusar.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🔰π¹¹™ ᷩʜⷪᴡᷢᴄᷡᴇꙴʟⷪⱽᶦʳᵗᵘᵃˡ

🔰π¹¹™ ᷩʜⷪᴡᷢᴄᷡᴇꙴʟⷪⱽᶦʳᵗᵘᵃˡ

mampir thor

2022-05-16

3

Abcdefuck!

Abcdefuck!

Yak di skip😫

2022-05-16

4

ℛᵉˣRoy Erlaᷢngᷡgaᷢ♚⃝҉𓆊ᴀᷟ🎼

ℛᵉˣRoy Erlaᷢngᷡgaᷢ♚⃝҉𓆊ᴀᷟ🎼

enaknya dapat tiket honeymoon gratis, gw nanti ada yang ngasih kagak ya 🤣🤣🤣

2022-05-14

2

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Nama
2 Ruang Rahasia
3 Bulan Madu
4 Orang Asing
5 Pulang
6 Kehamilan Lina
7 Penglihatan
8 Mahluk Tak Kasat Mata
9 Kesulitan Lina
10 Penelusuran
11 Musuh dalam Selimut
12 Rencana B
13 Pikiran Buruk
14 Anak Panti Asuhan
15 Pengusiran Mahluk Halus
16 Pindah Kamar
17 Ketahuan
18 Kepergian Bibi Kinan
19 Panti Asuhan
20 Terapi
21 Hasil Terapi
22 Mencari Pelaku
23 Pencarian Barang Bukti
24 Pemakaman Vivina
25 Anak Kecil
26 Memangnya Kalian Tidak Lihat?
27 Ros Dipecat
28 Gunting
29 Penculikan
30 Badai di Laut
31 Jejak
32 Wanita Paruh Baya
33 Masa Lalu
34 Shasa
35 Malam Panjang
36 Ganti Gelas
37 Air Baru
38 Pengikut
39 Bermain Api
40 Kasus-Kasus
41 Kelahiran
42 Teror di Rumah Sakit
43 Kerasukan
44 Biaya Rumah Sakit
45 Pernikahan Dion
46 Takdir atau Nasib
47 Ulang Tahun
48 Teresia
49 Ray
50 Dion
51 Taman Kanak-Kanak
52 Peti Ruang Rahasia
53 Kematian Ben
54 Membersihkan Jejak
55 Belatung
56 Melarikan Diri
57 Ruang Berdarah
58 Ikatan Batin
59 Perjodohan
60 Calon Suami
61 Penderitaan Ray
62 Emile dan Gina
63 Mata Ganti Mata
64 Dion dan Lina
65 Riwayat Perusahaan
66 Bersentuhan
67 Perpisahan
68 Tempat Asing
69 Rumah Besar
70 Kabur dari Rumah
71 Kobaran Api
72 Mimpi atau Nyata
73 Kamu Siapa?
74 Teresia Kembali
75 Berbaikan
76 Bertukar Cincin
77 Ratu Makan
78 Bunuh Diri
79 Mimpi Buruk
80 Penghianatan
81 Penangkapan
82 Bantuan
83 Kekuatan Teresia
84 Bikin Ulah
85 Mengunjungi Rumah Tua
86 Siaran Langsung
87 Akhir Pertunjukan
88 Video Klara
89 Pertemuan Tidak Terduga
90 Pengakuan Gina
91 Tinggal Bersama
92 Pendekatan
93 Kulit Merah
94 Perubahan Fisik
95 Perjanjian Berakhir
96 Jangan Dilepas
97 Rencana Gagal
98 Maut
99 Tantangan
100 Mama Malika
101 Arwah Korban
102 Berbicara dengan Arwah
103 Psikopat
104 Cresentia
105 Kobaran Api
106 Hilang
107 Jalan Buntu
108 Buku Tua
109 Rahasia Keluarga
110 Gadis yang Mirip Cresentia
111 Ada tapi Tidak Terlihat
112 Lingkungan Baru
113 Sepatu Baru
114 Suara Sepatu
115 Peran Utama
116 Syarat Bantuan
117 Alfredo
118 Alfredo yang Sebenarnya
119 Jadi Sandra
120 Makan Daging
121 Perjanjian Menikah
122 Perbuatan Baik
123 Preman
124 Kantor Polisi
125 Warung Kopi
126 Ruang Jenazah
127 Darah Te Espere
128 Te Amo
129 Menginap
130 Berbagi Rahasia
131 Saingan
132 Berpacaranlah Denganku
133 Kerasukan
134 Apakah Kamu Suka Aku?
135 Aroma Mayat
136 Longlongan Anjing
137 Berpindah Tempat
138 Tumbal
139 Pembukaan Pabrik Sepatu
140 Hari Libur
141 Jendela Sempit
142 Kuliah
143 Pacar Te Espere
144 Tidak Sia-Sia
145 Mama Aku Sudah Pulang
146 Sampai Jumpa
147 Terima atau Tidak
148 Oscuridad
149 Kedai Kecil
150 Ich Liebe Dich
151 Tulang Belulang dan Tengkorak
152 Penyusup
153 Permen Coklat
154 Apa Kabar?
155 Keinginan Terakhir
156 Kekacauan
157 Sang Pengantin
158 Masa Lalu
159 Riwayat Pedang Pusaka
160 Akhir Riwayat Oscuridad
161 Kepergian Te Espere dan Nicholas
162 Gadis yang Hilang
163 Kue Bolu
164 Mau Kemana?
165 Dihukum walau Tidak Bersalah
166 Sepotong Kue
167 Bersikap Seolah Melihat
168 Gadis yang Tersiksa
169 Melarikan Diri
170 Keributan
171 Menyamar
172 Pernikahan Malika
173 Tujuh Bulan
174 Nicorazón dan Esperanza
175 Berwisata
176 Kemalangan Beruntun
177 Pesulap
178 17 Tahun
179 Pertunjukan Sulap
180 Akhir Pertunjukan
181 Gangguan di Jalan
182 Penumpang Pesawat
183 Anak Malang
184 Kemampuan yang Disalahgunakan
185 (Season 2) Perubahan Nicorazón
186 (Season 2) Rahasia yang Belum Terungkap
187 (Season 2) Kejujuran
188 (Season 2) Roh di Dinding
189 (Season 2) Sentuhan
190 (Season 2) Takut
191 (Season 2) Kamar
192 (Season 2) Demam
193 (Season 2) Menemui Pesulap
194 (Season 2) Tiket
195 (Season 2) Kucing Sembilan Nyawa
196 (Season 2) Bersedia
197 (Season 2) Satu Kepala Menggelinding
198 (Season 2) Asisten Pesulap
199 (Season 2) Keturun Ketujuh
200 (Season 2) Mendadak Sakit
201 (Season 2) Hari Pertama
202 (Season 2) Dorado
203 (Season 2) Pengawas
204 (Season 2) Tomi Datang
205 (Season 2) Berpindah
206 (Season 2) Pacar Nicorazón
207 (Season 2) Lari
208 (Season 2) H E L P
209 (Season 2) Identitas
210 (Season 2) Dalam Kurungan
211 (Season 2) Kembali ke Tubuh Asli
212 (Season 2) Verde
213 (Season 2) Pesawat Meledak
214 (Season 2) Kapal Penjahat
215 (Season 2) Penangkapan
216 (Season 2) Rapat
217 (Season 2) Tertukar
218 (Season 2) Beraksi
219 (Season 2) KETAHUAN
220 (Season 2) Dua Esperanza
221 (Season 2) Panggilan
222 (Season 2) Tidak Percaya Siapapun
223 (Season 2) Satu Esperanza Terbunuh
224 (Season 2) Kekuatan Terkuat
225 (Season 2) Esperanza di Tengah Pusaran Angin
226 (Season 2) Lautan Api
227 (Season 2) Di Pengungsian
228 (Season 2) Sebuah Kebenaran
229 (Season 2) Bahan Makanan
230 (Season 2) Mencari Esperanza
231 (Season 2) Kebohongan Dorado
232 (Season 2) Penghianat yang Sebenarnya
233 (Season 2) Pribadi yang Lain
234 (Season 2) Jadi Budak atau Buronan
235 (Season 2) Semakin Terbiasa
236 (Season 2) Penyamaran Terbongkar
237 (Season 2) Malam Bertabur Timah Panas
238 (Season 2) Tujuh Kehidupan
239 (Season 2) Ikut Campur
240 (Season 2) Terkepung
241 (Season 2) Menyerah
242 (Season 2) Esperanza Tiba
243 (Season 2) Leluhur Dorado
244 (Season 2) Akhir Hidup Dorado
245 (Season 2) Bangun
246 (Season 2) Belum Terbiasa
247 (Season 2) Usaha Gina
248 (Season 2) Izin Kembali Pulang
249 (Season 2) Pergi Sejauh Mungkin
250 (Season 2) Tawaran
251 (Season 2) Murid Baru
252 (Season 2) Akibat Mengganggu Esperanza
253 (Season 2) Empedu
254 (Season 2) Museum
255 (Season 2) Akhir yang Berbeda
256 (Season) Sampai Jumpa
Episodes

Updated 256 Episodes

1
Sebuah Nama
2
Ruang Rahasia
3
Bulan Madu
4
Orang Asing
5
Pulang
6
Kehamilan Lina
7
Penglihatan
8
Mahluk Tak Kasat Mata
9
Kesulitan Lina
10
Penelusuran
11
Musuh dalam Selimut
12
Rencana B
13
Pikiran Buruk
14
Anak Panti Asuhan
15
Pengusiran Mahluk Halus
16
Pindah Kamar
17
Ketahuan
18
Kepergian Bibi Kinan
19
Panti Asuhan
20
Terapi
21
Hasil Terapi
22
Mencari Pelaku
23
Pencarian Barang Bukti
24
Pemakaman Vivina
25
Anak Kecil
26
Memangnya Kalian Tidak Lihat?
27
Ros Dipecat
28
Gunting
29
Penculikan
30
Badai di Laut
31
Jejak
32
Wanita Paruh Baya
33
Masa Lalu
34
Shasa
35
Malam Panjang
36
Ganti Gelas
37
Air Baru
38
Pengikut
39
Bermain Api
40
Kasus-Kasus
41
Kelahiran
42
Teror di Rumah Sakit
43
Kerasukan
44
Biaya Rumah Sakit
45
Pernikahan Dion
46
Takdir atau Nasib
47
Ulang Tahun
48
Teresia
49
Ray
50
Dion
51
Taman Kanak-Kanak
52
Peti Ruang Rahasia
53
Kematian Ben
54
Membersihkan Jejak
55
Belatung
56
Melarikan Diri
57
Ruang Berdarah
58
Ikatan Batin
59
Perjodohan
60
Calon Suami
61
Penderitaan Ray
62
Emile dan Gina
63
Mata Ganti Mata
64
Dion dan Lina
65
Riwayat Perusahaan
66
Bersentuhan
67
Perpisahan
68
Tempat Asing
69
Rumah Besar
70
Kabur dari Rumah
71
Kobaran Api
72
Mimpi atau Nyata
73
Kamu Siapa?
74
Teresia Kembali
75
Berbaikan
76
Bertukar Cincin
77
Ratu Makan
78
Bunuh Diri
79
Mimpi Buruk
80
Penghianatan
81
Penangkapan
82
Bantuan
83
Kekuatan Teresia
84
Bikin Ulah
85
Mengunjungi Rumah Tua
86
Siaran Langsung
87
Akhir Pertunjukan
88
Video Klara
89
Pertemuan Tidak Terduga
90
Pengakuan Gina
91
Tinggal Bersama
92
Pendekatan
93
Kulit Merah
94
Perubahan Fisik
95
Perjanjian Berakhir
96
Jangan Dilepas
97
Rencana Gagal
98
Maut
99
Tantangan
100
Mama Malika
101
Arwah Korban
102
Berbicara dengan Arwah
103
Psikopat
104
Cresentia
105
Kobaran Api
106
Hilang
107
Jalan Buntu
108
Buku Tua
109
Rahasia Keluarga
110
Gadis yang Mirip Cresentia
111
Ada tapi Tidak Terlihat
112
Lingkungan Baru
113
Sepatu Baru
114
Suara Sepatu
115
Peran Utama
116
Syarat Bantuan
117
Alfredo
118
Alfredo yang Sebenarnya
119
Jadi Sandra
120
Makan Daging
121
Perjanjian Menikah
122
Perbuatan Baik
123
Preman
124
Kantor Polisi
125
Warung Kopi
126
Ruang Jenazah
127
Darah Te Espere
128
Te Amo
129
Menginap
130
Berbagi Rahasia
131
Saingan
132
Berpacaranlah Denganku
133
Kerasukan
134
Apakah Kamu Suka Aku?
135
Aroma Mayat
136
Longlongan Anjing
137
Berpindah Tempat
138
Tumbal
139
Pembukaan Pabrik Sepatu
140
Hari Libur
141
Jendela Sempit
142
Kuliah
143
Pacar Te Espere
144
Tidak Sia-Sia
145
Mama Aku Sudah Pulang
146
Sampai Jumpa
147
Terima atau Tidak
148
Oscuridad
149
Kedai Kecil
150
Ich Liebe Dich
151
Tulang Belulang dan Tengkorak
152
Penyusup
153
Permen Coklat
154
Apa Kabar?
155
Keinginan Terakhir
156
Kekacauan
157
Sang Pengantin
158
Masa Lalu
159
Riwayat Pedang Pusaka
160
Akhir Riwayat Oscuridad
161
Kepergian Te Espere dan Nicholas
162
Gadis yang Hilang
163
Kue Bolu
164
Mau Kemana?
165
Dihukum walau Tidak Bersalah
166
Sepotong Kue
167
Bersikap Seolah Melihat
168
Gadis yang Tersiksa
169
Melarikan Diri
170
Keributan
171
Menyamar
172
Pernikahan Malika
173
Tujuh Bulan
174
Nicorazón dan Esperanza
175
Berwisata
176
Kemalangan Beruntun
177
Pesulap
178
17 Tahun
179
Pertunjukan Sulap
180
Akhir Pertunjukan
181
Gangguan di Jalan
182
Penumpang Pesawat
183
Anak Malang
184
Kemampuan yang Disalahgunakan
185
(Season 2) Perubahan Nicorazón
186
(Season 2) Rahasia yang Belum Terungkap
187
(Season 2) Kejujuran
188
(Season 2) Roh di Dinding
189
(Season 2) Sentuhan
190
(Season 2) Takut
191
(Season 2) Kamar
192
(Season 2) Demam
193
(Season 2) Menemui Pesulap
194
(Season 2) Tiket
195
(Season 2) Kucing Sembilan Nyawa
196
(Season 2) Bersedia
197
(Season 2) Satu Kepala Menggelinding
198
(Season 2) Asisten Pesulap
199
(Season 2) Keturun Ketujuh
200
(Season 2) Mendadak Sakit
201
(Season 2) Hari Pertama
202
(Season 2) Dorado
203
(Season 2) Pengawas
204
(Season 2) Tomi Datang
205
(Season 2) Berpindah
206
(Season 2) Pacar Nicorazón
207
(Season 2) Lari
208
(Season 2) H E L P
209
(Season 2) Identitas
210
(Season 2) Dalam Kurungan
211
(Season 2) Kembali ke Tubuh Asli
212
(Season 2) Verde
213
(Season 2) Pesawat Meledak
214
(Season 2) Kapal Penjahat
215
(Season 2) Penangkapan
216
(Season 2) Rapat
217
(Season 2) Tertukar
218
(Season 2) Beraksi
219
(Season 2) KETAHUAN
220
(Season 2) Dua Esperanza
221
(Season 2) Panggilan
222
(Season 2) Tidak Percaya Siapapun
223
(Season 2) Satu Esperanza Terbunuh
224
(Season 2) Kekuatan Terkuat
225
(Season 2) Esperanza di Tengah Pusaran Angin
226
(Season 2) Lautan Api
227
(Season 2) Di Pengungsian
228
(Season 2) Sebuah Kebenaran
229
(Season 2) Bahan Makanan
230
(Season 2) Mencari Esperanza
231
(Season 2) Kebohongan Dorado
232
(Season 2) Penghianat yang Sebenarnya
233
(Season 2) Pribadi yang Lain
234
(Season 2) Jadi Budak atau Buronan
235
(Season 2) Semakin Terbiasa
236
(Season 2) Penyamaran Terbongkar
237
(Season 2) Malam Bertabur Timah Panas
238
(Season 2) Tujuh Kehidupan
239
(Season 2) Ikut Campur
240
(Season 2) Terkepung
241
(Season 2) Menyerah
242
(Season 2) Esperanza Tiba
243
(Season 2) Leluhur Dorado
244
(Season 2) Akhir Hidup Dorado
245
(Season 2) Bangun
246
(Season 2) Belum Terbiasa
247
(Season 2) Usaha Gina
248
(Season 2) Izin Kembali Pulang
249
(Season 2) Pergi Sejauh Mungkin
250
(Season 2) Tawaran
251
(Season 2) Murid Baru
252
(Season 2) Akibat Mengganggu Esperanza
253
(Season 2) Empedu
254
(Season 2) Museum
255
(Season 2) Akhir yang Berbeda
256
(Season) Sampai Jumpa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!