“Terus ini bawanya bagaimana?” tanya Dylan memperhatikan tumpukan barang pemberian teman-temannya.
“Pakai motor saja. Kita berdua anter lo deh sampai ke rumah Pak RT,” jawab Javier.
“Iya, begitu saja deh. Dari pada sewa mobil ‘kan? Ini juga nggak terlalu banyak,” tambah Kendro.
“Hai guys!” sapaan dari seorang gadis membuat ketiga cowok itu menoleh, “lagi pada sibuk ya?”
“Heh, gebetannya Dylan.” Setelah berkata seperti itu lengan Kendro terkena sikut oleh Dylan.
Alexandra tersenyum-senyum malu sehabis digoda.
“Kita nggak sibuk kok, Sa. Ada apa ke sini?” Javier mengalihkan pembicaraan.
Sedikit aneh memang kalau Alexandra yang cantik bak model itu mendatangi gedung fakultas kedokteran tanpa maksud. Karena fakultas hukum tidak bisa dibilang dekat juga dari fakultas ketiga cowok ini.
“Aku mau ngucapin turut sedih sama musibah yang Dylan adapi bersama keluarga.”
Dylan mengangguk, “Terima kasih, Sa.”
“Oh iya, ini ada sedikit.” Alexa membuka ransel dan mengambil sebuah amplop putih, “bantuan buat kamu. Semoga berguna.”
Gadis itu mengulurkan amplop ke depan Dylan.
“Nggak usah repot-repot, Sa. Gue sama Ibu udah nggak apa-apa.” Cowok dengan tinggi 170 cm ini mendorong amplop itu.
“Ini nggak repot, Dy. Cuma sedikit bantuan dari Aku dan keluarga. Kamu kayak sama siapa aja.” Alexa menyimpankan amplop itu ke saku jaket yang Dylan pakai.
“Terima kasih.” Dylan tersenyum.
“Ya sudah ayo kita balik.” Javier mengambil salah satu kardus, “lo angkat yang itu, Ndro!”
Kendro mengikuti perintah Javier dan Dylan juga menyusul untuk membantu mengangkat barang sampai ke parkarkiran.
“Itu mau dibawa pulang?” tanya Alexa terheran-heran melihat ketiga cowok di depannya membawa banyak barang.
“Iya, sumbangan dari anak-anak,” jawab Kendro berusaha berdiri tegak dengan tangan memeluk plastik besar.
“Bagaimana kalau dibawa pakai mobil Aku aja?” Tawar Alexa.
“Nggak usah, nggak usah!” tolak Dylan dengan cepat.
Alexa menoleh pada Dylan, “Kenapa Dy? Aku ‘kan cuma mau bantu kamu saja.”
“Biarin aja sih Dy kalau Alexa memang mau bantu. Pakai mobil enak nggak perlu diikat-ikat lagi. Resiko barang jatuh juga nggak ada,” ucap Kendro meyakinkan Dylan lagi.
Alexa tersenyum pada Dylan, “Mau ‘kan?
Dylan mengangguk.
“Yey, ayo mobil Aku ada di depan!"
Ketiga cowok itu mengangkat barang-barangnya. Sedangkan Alexa jalan lebih dulu di depan mereka.
Akhirnya Dylan pulang bersama Alexa menaiki kendaraan masing-masing. Javier dan Kendro tidak jadi ikut. Mereka memilih untuk pulang saja.
Ketika tiba di depan rumah Pak RT. Rumah terlihat ramai dan ada sebuah mobil berwarna hitam terparkir di halaman.
“Ada tamu?” tanya Alexa saat sudah turun dari mobilnya.
Dylan mengedikkan bahu, lalu melepas helmnya.
“Sepertinya iya. Mungkin tamunya Pak RT.” Dylan lekas turun dari motor dan membantu Alexa mengeluarkan barang-barang miliknya dari mobil.
“Nah ini Dylan anak saya, Mas.” Ucapan dari Rania. Membuat Dylan dan Alexa yang sedang sibuk, mendongakkan kepala, menatap ke arah sepasang suami istri yang tampak asing wajahnya.
“Oh ini yang namanya Dylan? Benar seumuran sama anak saya.”
Dahi Dylan berkerut, ia kira tadinya yang datang tamu Pak RT. Ternyata tamu ibunya sendiri.
“Ini siapa, Bu?” tanya Dylan ragu-ragu.
“Kenalin!” pria paruh baya ini mengulurkan tangannya dengan mata menatap Dylan, cowok yang mempunyai rambut hitam tebal ini membalas jabatan tangan itu, “Om Wardana dan ini Istri Om, Sinta namanya. Kamu pasti nggak kenal kami. Karena Saya dan Ibumu sudah lama sekali tidak bertemu. Dulu Saya dan Ibumu ini adalah teman satu sekolah dan tetangga. Kakekmu itu banyak jasanya terhadap keluarga Saya. Jadi, sekarang waktunya Saya membalas budi.”
Dylan tersenyum canggung, “Oh begitu, Om. Ibu nggak pernah cerita apa-apa jadi Saya nggak tahu. Maaf.”
“Nggak apa-apa. Kami maklum kok,” balas Wardana sangat ramah.
Sedari tadi Sinta memperhatikan gadis cantik yang berdiri di samping Dylan.
“Pa, Pa!” Sinta menarik-narik ujung kemeja suaminya hingga pria yang ada di sampingnya itu menoleh.
“Apa Ma?” bisik Wardana yang masih berusaha besikap biasa saja di depan Dylan dan yang lain.
Sinta berbisik di depan telinga suaminya, “Sepertinya Dylan sudah punya pacar. Bagaimana kita mau jodohkan dengan Luna?”
“Sttt!” Wardana meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, “kamu bisa diam dulu nggak? Nanti kita bahas lagi di rumah.”
“Mas ada apa ya?” pertanyaan dari Rania membuat Wardana dan Sinta yang sedang berbisik-bisik tersentak.
Pria itu lekas menggeleng, “Nggak ada apa-apa.”
Sinta hanya senyum-senyum.
“Kalau begitu ayo langsung saja kalian pindah ke rumah Saya!” ajak Wardana, “ini sekalian pacarnya juga mau ikut?”
Dylan menoleh pada Alexa, lalu cepat menyangkal, ia bukan pacar Saya, Om. Dia ini teman satu kampus.”
Alexa tersenyum tipis. Padahal ia berharap Dylan mengakuinya saja sebagai pacar.
“Oh seperti itu.” Wardana tersenyum pada istrinya. Sekarang Sinta bisa bernapas lega.
“Jadi ini Saya sama Ibu mau diajak tinggal di rumah Om dan Tante?” tanya Dylan memastikan.
“Iya, Dylan. Kami ingin kamu dan Ibumu tinggal bersama Kami. Terserah mau berapa lama. Kami hanya ingin membalas kebaikan keluarga kalian dulu.” Kali ini Sinta yang menjelaskan.
“Tunggu saya ambil barang dulu!” Rania kembali masuk ke dalam rumah.
“Terima kasih banyak Om-Tante. Saya nggak tahu harus ngomong apa lagi.”
“Sama-sama Dylan.” Wardana mendekat pada tumpukan barang, “ini punya kamu? Mau dibawa?”
“Iya, Om. Bantuan dari teman sekelas.” Dylan mengangkat salah satu kardus.
“Sini Om bantu naikin ke mobil!”
Setelah membereskan barang-barangnya kembali. Dylan dan Rania berpamitan dengan Pak RT serta keluarganya. Berterima kasih atas tumpangan beberapa harinya. Dylan juga pamit pada Alexa yang sudah membantu tadi.
Mobil hitam milik Wardana pun berjalan meninggalkan perkarangan rumah. Dylan mengikuti dari belakang dengan motor miliknya.
•••
Dylan menghentikan kendaraan roda dua itu saat mobil di depannya sudah menepi lebih dulu.
“Inilah rumah Om, Dy!” Pria berkumis tipis ini merentangkan satu tangannya menunjukan betapa cantik rumah yang tidak terlalu besar itu. Namun, terdapat garasi, teras, taman dan ada sedikit halaman untuk kendaraan.
Rumahnya benar-benar bagus dari pada rumah Dylan yang terbakar. Sinta mendorong pagar rumah selebar mungkin.
“Masukin aja motornya, Dylan!”
Cowok yang sedang fokus memperhatikan rumah bergaya mini malis ini tersentak, lalu mengangguk dan tersenyum pada Sinta.
“Ayo masuk dulu! Nanti barang-barangnya dibantuin anak Tante buat turunin.”
Dylan mengikuti saja ucapan istri Wardana itu. Sedangkan si Om juga memasukan mobilnya dulu ke dalam perkarangan rumah.
“Luna, Bhiru, turun dulu nak! Kenalan ini sama Tante Rania dan anaknya!” Sinta berteriak saat memasuki ruang tamu.
“Luna?” gumam Dylan tidak jelas. Ia merasa tidak asing dengan nama itu.
“Iya, Ma!” seru seorang gadis gerasak-gerusuk menuruni anak tangga bersama seorang anak laki-laki.
“Mana Ma tamunya?” tanya Luna yang menatap sang Mama.
“Ini!” tunjuk Sinta pada Dylan dan ibunya.
“Lo!”
Serentak Dylan dan Luna berseru serta menunjuk.
“Kalian kenal?” Sinta melihat kebingungan ke arah dua remaja itu. Wardana yang baru bergabung juga terkejut mendengarnya.
Suasana sore itu menjadi canggung.
•••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
maura shi
bakal kyk kucing dan tikus nih mereka
2020-12-01
0
cherry
Hoho akhirnya bertemu di atap yg sama
2020-08-05
0