Elina yang datang membawa kantung plastik berisi penuh roti dan dua botol air meneral itu mencoba mengintip apa yang sedang sahabatnya lihat di layar ponsel.
“Lo stalking Alexandra?” Elina lekas duduk di sebelah Luna, “sudah berheti stalking-nya! Nggak bikin lo cantik juga seperti dia yang ada lo bakal insecure.”
Luna menoleh sekilas, lalu memperhatikan handphone yang masih ada digenggamannya.
“Gue cuma penasaran saja. Kenapa banyak yang suka dia. Sampai Brian pun suka.”
Gadis berkepang dua dan menggunakan kacamata itu memberikan salah satu botol air mineral ke Luna.
Dengan melahap roti miliknya yang telah terbuka Elina mencoba menanggapi kembali, “Pastilah banyak yang suka. Dia tinggi, seksi, cantik, sopan, ramah, dan pintar. Sayang saja dia nggak jadi model. Mungkin, yang suka nggak hanya orang-orang di kampus ini. Bisa seindonesia.”
Luna mencebikkan bibir, "Masih cantikkan gue ke mana-mana. Brian saja mata dan hatinya sudah dibutakan cewek itu.”
Gadis yang mempunyai rambut sepanjang sampai bahu ini menyimpan kembali ponsel ke dalam tas.
Dahi Luna berkerut saat sahabatnya itu tertawa.
“Lo sama dia beda jauh kali, Lun.” Elina masih saja tertawa sampai Luna jadi kesal melihatnya.
“Nyebelin lo!” Gadis itu mengambil roti, membuka bungkus dengan kasar, dan menggigit roti secara cepat.
Elina mencoba menghentikan tawanya. Ia tidak ingin jika Luna marah lama pada dirinya.
“Gue bercanda kali.” Elina mencolek dagu Luna, “lucu deh kalau ngambek begini.”
“Gue ngambek malah dibilang lucu.” Luna meraih botol, lalu meneguk air di dalamnya. Setelah itu dia menyimpan air mineral ini, “itu Dylan sama alexa ngapain?”
“Mana?” Elina menoleh ke sekitar dan benar saja dia melihat sosok Dylan dan Alexa yang ada di seberang sana. Kedua orang itu terlihat berbincang. Namun, tidak lama Dylan melajukan motornya, “lo tahu nggak tentang kedekatan mereka?”
Luna menoleh dan menggeleng, “Memangnya mereka dekat?”
“Kalau yang gue dengar dari anak-anak cowok sih gitu. Alexa suka sama Dylan.” Elina mengedikkan bahu, “kayaknya lo bakal kalah saing lagi buat dapetin Dylan.”
“Siapa juga yang suka sama Dylan?” Luna bersandar, kemudian mengambiskan sisa roti di tangan, “mau mereka jadian pun gue nggak peduli.”
“Kata postingan lambe turah lo sama Dylan ada kedekatan? Sebenarnya, kalian ada kedekatan apa?”
Luna menggeleng, “Nggak ada. Itu cuma gosip. Kita cuma tertukar makalah waktu di fotokopi. Mereka saja berlebihan.”
“Oh begitu, gue kira gosip itu benar.” Elina lanjut mengabiskan makanannya.
“Pantas saja tadi Brian senang benget.” Luna menatap Elina tajam, “dia kira gue sama Dylan jadian. Ternyata dia cemburu sama kedekatan Alexa dan Dylan.”
“Mungkin, secara Brian ‘kan suka Alexa.”
Luna tersenyum-senyum saat otaknya berhasil memikirkan sesuatu.
•••
Sabtu dan minggu adalah hari yang begitu membahagiakan bagi Dylan. Karena dua hari itu dia libur ke kampus. Sedangkan Luna masih tidur di kamar. Gadis itu ada kelas siang di hari sabtu ini.
Dylan meraih gelas berisi susu dan meneguk sambil berdiri. Rania menggeleng melihat kelakuan anak semata wayangnya.
“Dylan minum itu duduk!” mendengar perintah sang ibu, anak lelaki ini menggeser kursi, lalu mendudukan bokongnya tanpa berhenti minum.
“Kamu mau olahraga?” tanya Siska yang baru datang membawa piring berisi telur mata sapi.
Pemuda yang telah meletakkan kembali gelas kosong itu mengangguk, “iya Tante. Mumpung libur harus olahraga biar tubuh tetap sehat.”
“Beda banget sama Luna. Masuk siang kerjanya malah tidur sampai siang.” Sambil bulak-balik masuk ke dapur Sinta terus berbicara.
Dylan tertawa pelan dengan tangan dan mata fokus pada sepatu. Ia sedang memastikan tali sepatu tidak akan lepas jika berlari nanti.
“Tante boleh minta tolong?” tanya Sinta yang membuat Dylan menoleh padanya.
“Tolong apa tante?”
“Tolong bangunkan Luna. Suruh mandi dan sarapan.”
Dylan terdiam sebentar. Ia menatap Rania untuk meminta jawabannya. Rania tersenyum dan mengangguk.
“Baik, Tante.” Lelaki yang memakai handuk kecil di leher itu lekas berlari menuju lantai atas.
Ketika menginjak tangga terakhir Dylan berpapasan dengan Bhiru yang sudah bangun dan mandi.
“Nggak jadi jogging, Kak?” tanya anak remaja itu.
“Mau bangunin Luna dulu. Disuruh Tante Sinta.”
“Bangunin Kak Luna, kakak harus sabar dan siap mental. Kalau nggak bisa darah tinggi.”
“Kenapa begitu?”
“Kebo banget orangnya. Bhiru saja selalu gagal bangunin kalau di suruh Mama.”
“Kalau memang yang seperti kamu bilang itu. Nanti kakak siram pakai air saja Kak Luna.”
Bhiru tertawa, “ide bagus itu, Kak. Ta sudah Bhiru turun dulu mau sarapan, lapar. Semangat!”
Anak laki-laki yang juga sedang libur sekolah itu berlari kecil menuruni anak tangga. Sedangkan Dylan lanjut berjalan memasuki kamar Luna.
Sudah seminggu menumpang di rumah kediaman Wardana baru kali ini Dylan berhasil masuk kamar Luna.
Karena biasanya gadis itu selalu melarang Dylan. Kamar dengan cat biru dan barang-barang yang berkarakter Doraemon memunuhi kamar itu. Ada banyak juga boneka doraemon di ranjang. Boneka paling besar di peluk oleh Luna yang masih memejamkan matanya itu.
“Bangun woi!” Dylan mengguncang tubuh Luna, “sudah siang, lo di suruh mandi terus sarapan sama Tante.”
Luna bergerak sedikit, lalu melanjutkan tidur.
“Gue suruhnya bangun bukan tidur lagi.” Dylan duduk di tepi ranjang, “Luna bangun!”
Kali ini dia memukul kaki Luna dengan kuat hingga gadis itu merintih dan membuka mata.
Luna mencoba memfokuskan penglihatan, “Lo ngapain sih pukul-pukul kaki gue? Sakit tahu!”
“Habisnya, lo susah banget dibangunin. Masih mending gue pukul dari pada siram pakai air. Mau lo?”
“Nggak...” jawab gadis itu bernada manja.
“Cepat mandi sana! Terus turun ke bawah buat sarapan.”
Luna bukan menyimak pembicaraan Dylan, dia malah memperhatikan keadaan sekitar. Ia baru sadar kalau lelaki di depannya ini masuk ke dalam wilayah teritorialnya.
“Lo ngapain masuk kamar gue?” Luna segera duduk, “keluar lo dari kamar gue!” Dia memukul Dylan menggunakan guling.
Lelaki ini lekas berdiri kembali, “Kalau gue nggak masuk lo nggak akan cepat bangun.”
“Tapi ‘kan bisa ketuk saja di luar. Gue pasti bangun.”
Dylan bergeming memperhatikan dada Luna yang tidak tertutup oleh selimut lagi saat dia mengubah posisi.
“Lihat apa lo?”
“Tuh.” Dylan menujuk menggunakan bibir.
Gadis yang tadinya menggerutu itu segera menunduk. Ternyata tubuh yang menggunakan tank top terekspos. Betuk dada Luna tercetak jelas. Luna beralih menatap Dylan. Wajah gadis itu memerah.
“Cowok mesum!”
Luna dengan cepat bangkit, mengambil guling, lalu mengejar Dylan yang berlari keluar. Dylan hanya tertawa dan berusaha menghindar dari pukulan gadis itu.
“Awas lo masuk kamar gue lagi!” gadis yang menggunakan tank top dan hot pants ini berbicara dari balik pintu kamar yang terbuka sedikit. Selesai itu dia lekas mengunci pintu.
•••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Siti Khoeriyah
jatuh cinta berjuta indah nya,,tpi kpan mreka jtuh cinta d tnggu up nya thor,,,,,semangat💪💪💪💪💪
2020-07-10
0
BuNaCiDel
bentar juga pasti jatuh cintrong kalian tuh
2020-07-10
0