Mencari Tahu Sosok Ayah

Pemuda yang menggantung tali ransel di satu bahu itu membuka kunci loker, kemudian dia menukarkan buku yang ada di dalam tas dengan buku yang ada di loker. Tiba-tiba selembar foto jatuh dari halaman salah satu buku tersebut.

Dylan membungkuk dan lekas mengambil. Ia membalik foto itu. Ternyata foto yang dia temukan di ruko beberapa hari lalu. Lelaki ini sebenarnya penasaran foto siapa yang ibunya simpan. Laki-laki pula. Apa itu foto ayah?

“Kalau ini foto ayah, sayang banget bagian kepala nggak bisa gue lihat. Berarti ibu juga bohong selama ini. Katanya, nggak punya foto ayah.”

Kendro dan Javier yang juga sedang satu ruangan dengan Dylan memperhatikan temannya itu yang berbicara sendiri.

“Dia ngobrol sama siapa sih?” tanya Kendro berbisik dengan Javier.

Lelaki berkemeja tanpa dikancing itu mengedikkan kedua bahunya.

“Deketin aja yuk!” Kendro menganggung saat Javier mengajaknya.

Salah satu dari mereka menepuk bahu Dylan hingga lelaki itu terhenjat kaget, lantas menoleh ke belakang.

“Lo ngapain? Kok ngomong sendiri?” Kendro memperhatikan sekeliling, “ditempat sepi begini lagi.” Lelaki itu masih penasaran saja.

“Ini.” Dylan menunjukkan potongan foto yang ada di tangan, “gue nemu ini di kamar ibu.”

“Foto siapa itu?” tanya Javier, “mana sudah terbakar.”

Dylan mengedikkan kedua bahu, “Gue juga nggak tahu, tapi yang pasti ini bukan foto gue. Dari porsi badan sudah beda. Lagi pulang gue nggak punya kemeja ini.”

“Mungkin itu foto pacar nyokap lo,” sambar Kendro asal.

“Ngawur!” Dylan mengibaskan foto ke wajah Kendro, “ibu gue dekat cowok saja tuh cuma sama gue. Cowok yang lain mana ada. Dari gue kecil nggak pernah ibu membahas ingin menikah lagi setelah kematian ayah.”

“Apa itu foto ayah lo?” celetuk Javier yang membuat Dylan menoleh padanya.

“Kita satu pemikiran.” Pemuda ini menatap foto, “gue juga pikir ini foto ayah gue. Yang anehnya, mengapa ibu selalu nggak mau gue lihat foto ayah? Dia juga pernah bilang kalau nggak punya lagi barang-barang ayah.”

“Kenapa nggak lo tanya saja langsung?” saran Javier.

Lelaki ini tertegun, “Sudah berkali-kali gue tanya tentang ayah ke ibu, tapi ibu bilang kita tidak boleh membicarakan orang yang sudah nggak ada atau mengenangnya terus.”

“Keluarga gue selalu mengenang almarhum kakek. Malah di rumah ada fotonya gede banget.” Kendro mengerakkan tangan untuk memberi bayangan sebesar apa foto kakek yang ada di rumahnya.

“Lo udah pernah ke makam bokap?” tanya Javier lagi.

Dylan menggeleng, “Belum. Bertanya saja ibu sudah nggak suka. Apa lagi mengajak mengunjungi makam.

“Sepertinya lo harus cari tahu sendiri. Ada yang ibu lo sembunyikan dan lo nggak boleh tahu.”

“Selesai kelas hari ini kalian ikut gue ke tempat tinggal gue yang lama ya!”

“Siap bosku. Demi persahabatan kita Ken siap mengantar ke mana saja. Asal jangan ke WC.”

•••

Ketiga cowok ini sudah tiba di kelas. Dosen pun sudah duduk di depan. Dylan mengeluarkan buku catatan dari dalam ransel.

“Stt... Dylan... sttt!”

Mendengar suara berdesis memanggil namanya lelaki itu menoleh ke belakang sebentar, lalu menatap ke depan lagi.

“Ada apa, Ken? Mau pinjam pulpen?” tanya Dylan yang sudah hafal dengan kebiasaan sahabatnya.

“Bukan, gue mau nanya sesuatu. Gue baru ingat sekarang,” jawab pemuda itu dengan berbisik.

“Mau nanya apa?” Dylan berusaha bersikap biasa saja sambil memperhatikan Dosen yang sudah mulai menjelaskan pelajaran.

“Tadi pagi gue lihat lo ngebonceng cewek masuk ke kampus ini. Siapa itu cewek? Masa Alexa sih? Dia ‘kan bawa mobil.”

Mata lelaki itu melebar dan jakun bergerak naik-turun saat menelan air liur. Dylan bingung harus menjawab apa.

“Memangnya lo lihat, Ken?”

“Bagaimana sih lo. Gue bilang ‘kan tadi gue lihat, tapi cuma punggung kalian saja sih. Gue yakin itu motor lo. Platnya sama kok.”

Kendro menoleh ke sebelah sambil sesekali memerhatikan Dosen di depan. Takut ketahuan kalau mengobrol di jam pelajaran.

“Vier... sttt... Er!” Kendro berusaha memanggil satu sahabatnya yang lain dengan berbisik.

Javier yang fokus menulis menolehkan kepala ke samping. Ia mengedikkan dagu saja.

“Dylan ngebonceng cewek, tapi bukan Alexa.”

Javier mengalihkan pandangan kepada Dylan, “Lo punya pacar, Lan?”

Pertanyaan Javier berhasil membuat Dylan menoleh. Lelaki itu menggeleng cepat.

“Terus yang lo bonceng siapa?” tanya Kendro yang masih berusaha membuka mulut temannya.

Dylan beralih menghadap ke belakang, “Lo salah lihat kali. Itu bukan gue.”

“Halah, ngeles saja lo. Lo nggak bisa bohong sama kita-kita.” Kendro masih yakin dengan penglihatannya.

“Nggak percaya amat. Gue datang ke kampus langsung ke kantin. Mana ada bonceng cewek.”

“Iya, mungkin lo yang salah lihat, Ken.” Javier lebih mempercayai Dylan.

“Jelas kok gue lihat platnya,” balas Kendro.

“Ekhem!” mendengar dehaman dari depan ketiga cowok yang asyik mengobrol di tengah pelajar itu menoleh ke sumber suara, “kalian bertiga lagi diskusi apa?”

Ketiga lelaki ini saling melempar pandangan, lalu tiba-tiba Dylan menceletuk.

“Itu Pak, kita lagi berdiskusi tentang materi yang bapak jelaskan. Mengapa paru-paru mengalami pembengkakkan pada penderita emfisema.” Dylan menatap kedua ssahabatnya, “iya ‘kan teman-teman?”

Kendro dan Javier mengangguk dengan tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan gigi mereka.

Dylan menghela napas lega dan duduk kembali dengan benar.

“Lalu kenapa bisa membengkak seperti itu Kendro?” sambung sang Dosen yang kini berpusat pada Kendro.

Pemuda yang diberi pertanyaan ini menggigit bibir bawah. Ia menendang-nendang kursi Dylan dari belakang.

“Jawabannya apa?” Kendro bertanya dengan suara ditekan.

Dylan menggeleng pelan. Ketika menoleh pada Javier. Cowok itu malah membuang muka.

“Apa jawabnya, Ken?” tanya Dosen yang memiliki mimik muka tegas itu.

“Karena terpompa oleh udara, Pak.”

Seketika tawa mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kelas itu pecah. Dylan menggelengkan kepala sambil tertawa. Begitupun Javier yang menutupi bibir saat tertawa.

“Makanya jangan mengobrol saja kalau saya sedang menjelaskan!”

Kendro menunduk, “Maaf, Pak.”

•••

Dylan, Kendro dan Javier memarkirkan kendaraan mereka di depan ruko yang sedang banyak orang. Ruko yang terbakar tampak sedang diperbaiki.

“Ayo, cepat, Lan. Takutnya barang-barang lo sudah dibuat orang-orang itu,” ucap Kendro yang buru-buru lepas helm.

Dylan mengangguk, lalu mendekati salah satu tukang.

“Maaf, Pak. Boleh saya masuk? Dulu ini tempat tinggal saya. Ada barang yang tertinggal di dalam.”

“Silakan, jangan terlalu lama.” Bapak itu menoleh ke sudut ruko, “sebagian yang terbakar sudah kami keluarkan. Kamu bisa periksa itu juga kalau masih ada yang dibutuhkan.”

Pemuda ini mengangguk dan menoleh pada kedua teman yang ada di belakangnya.

“Ken, lo saja yang cari di situ. Gue sama Javier ke atas.”

“Ngubek-ngubek sampah di suruh gue,” gerutu Kendro. Namun, ia tetap mengangguk.

Javier tertawa pelan, “Muka lo sih mirip pemulung.”

Baru saja Kendro akan menjitak kepala lelaki itu. Javier sudah berlari masuk menyusul Dylan.

Dylan membuka laci-laci yang sudah mengitam. Ada beberapa surat di dalam map yang terbakar. Sedangkan tidak jauh dari Dylan, Javier membuka lemari pakaian. Sekarang mereka berada di kamar bekas Rania.

“Sebelumnya, barang-barang di sini sudah ibu lo periksa?” tanya Javier mengubek-ubek lemari yang banyak pakaian tak layak pakai.

“Sudah, tapi ibu cuma dapat satu gelangnya yang belum sempat dilahap api. Simpanan yang lain terbakar semua.” Lelaki ini menjawab sambil tidak berhenti membongkar kamar itu.

Javier membersihkan tangan yang menghitam, “Iya, semua di sini sudah pada hangus.”

Dylan berkacak pinggang dan menghela napas. Pegel terlalu lama membungkuk.

“Nggak ada apa-apa. Lo nemu apa?”

Javier mengedikkan kedua bahu, lalu menggeleng.

Dengan tergesa-gesa Kendro berlari menaiki anak tangga menuju lantai dua.

“Guys-guys gue nemu surat.” Kendro mengacungkan tangan yang memegang amplop surat, “tapi, tinggal setengah. Sepertinya, ini surat cinta.”

Dylan dengan cepat melangkah keluar kamar untuk mendekati kendro. Lelaki ini lekas merampas surat dari tangan sahabatnya itu.

“Gue pikir itu penting jadi gue ambil saja.”

•••

Terpopuler

Comments

maura shi

maura shi

ayahnya masih hidup kali ya

2020-12-01

0

Alya_Kalyarha

Alya_Kalyarha

semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "love miracle" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih

2020-08-06

1

Siti Khoeriyah

Siti Khoeriyah

up lagi thor

2020-07-10

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Pernyataan
2 Pelampiasan Amarah
3 Salah Orang
4 Terjadi Kebakaran
5 Setelah Kejadian
6 Pertolongan
7 Bertemu Lagi
8 Teman Serumah
9 Belum Terbiasa
10 Ke Kampus Bersama
11 Mencari Tahu Sosok Ayah
12 Pulang Bersama ketika Hujan
13 Tertukar
14 Elina Sudah Tahu
15 Sedikit Keributan di Perpustakaan
16 Gosip Tersebar
17 Gosip Meluas
18 Cowok Mesum
19 Semakin Dekat
20 Bulan-Bulanan Anak Kampus.
21 Alexa Menyatakan Cinta
22 Ingin Pindah
23 Deg-Degkan
24 Visualisasi
25 Menjadi Pengasuh
26 Pengasuh Couple
27 Menyelidiki Dylan
28 Luna Jatuh Cinta Lagi
29 Belajar Bersama
30 Luna Butuh Bantuan
31 Pekerjaan Baru
32 Rania Kelelahan
33 Sekamar
34 Hari Pertama Bekerja
35 Gaji
36 Bekal dari Ibu
37 Ayah Kandung
38 Sikap Aneh Dylan
39 Alexa yang Kecewa
40 Ayah Datang
41 Ayah Pergi
42 Pindah
43 Ciuman dari Alexa
44 Berkunjung ke Rumah Dylan
45 Brian Menembak
46 Jatuh
47 Dylan Datang Menjenguk
48 Datang Lagi
49 Keputusan
50 Alexa dan Dylan Berangkat Bersama
51 Menghindar dari Alexa
52 Ciuman Pertama
53 Menjenguk Ayah
54 Alexa Susah Move On
55 Happy Luna Day
56 Happy Luna Day 2
57 Kembali ke Rumah
58 Dilabrak
59 Perhatian
60 Penolakan
61 Tamu Tak Diundang
62 Jatuh Cinta atau bukan?
63 Sikap Manis
64 Sebuah Mimpi
65 Cemburu
66 Bertemu dan Berbaikan
67 Jadian
68 Alexa Masuk Rumah Sakit
69 Bukan Saudara Kandung
70 Meninggalkan rumah Ayah
71 Setelah Sebulan Berlalu
72 Kembalilah Kamu Padaku
73 Duka
74 Berdamai
75 Will You Marry Me?
76 Kehidupan Baru
77 Tempat Kerja Baru Luna
78 Malam Kita
79 Patah Hati
80 Rindu
81 Kembali Pulang
82 Rahasia Hati Arjun
83 Sebuah Kecurigaan
84 Mendatangi Tersangka
85 Penyesalan dan Kata Maaf
86 Keputusan yang Benar
87 Akhir Kisah Kita
88 Thanks To Readers
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Sebuah Pernyataan
2
Pelampiasan Amarah
3
Salah Orang
4
Terjadi Kebakaran
5
Setelah Kejadian
6
Pertolongan
7
Bertemu Lagi
8
Teman Serumah
9
Belum Terbiasa
10
Ke Kampus Bersama
11
Mencari Tahu Sosok Ayah
12
Pulang Bersama ketika Hujan
13
Tertukar
14
Elina Sudah Tahu
15
Sedikit Keributan di Perpustakaan
16
Gosip Tersebar
17
Gosip Meluas
18
Cowok Mesum
19
Semakin Dekat
20
Bulan-Bulanan Anak Kampus.
21
Alexa Menyatakan Cinta
22
Ingin Pindah
23
Deg-Degkan
24
Visualisasi
25
Menjadi Pengasuh
26
Pengasuh Couple
27
Menyelidiki Dylan
28
Luna Jatuh Cinta Lagi
29
Belajar Bersama
30
Luna Butuh Bantuan
31
Pekerjaan Baru
32
Rania Kelelahan
33
Sekamar
34
Hari Pertama Bekerja
35
Gaji
36
Bekal dari Ibu
37
Ayah Kandung
38
Sikap Aneh Dylan
39
Alexa yang Kecewa
40
Ayah Datang
41
Ayah Pergi
42
Pindah
43
Ciuman dari Alexa
44
Berkunjung ke Rumah Dylan
45
Brian Menembak
46
Jatuh
47
Dylan Datang Menjenguk
48
Datang Lagi
49
Keputusan
50
Alexa dan Dylan Berangkat Bersama
51
Menghindar dari Alexa
52
Ciuman Pertama
53
Menjenguk Ayah
54
Alexa Susah Move On
55
Happy Luna Day
56
Happy Luna Day 2
57
Kembali ke Rumah
58
Dilabrak
59
Perhatian
60
Penolakan
61
Tamu Tak Diundang
62
Jatuh Cinta atau bukan?
63
Sikap Manis
64
Sebuah Mimpi
65
Cemburu
66
Bertemu dan Berbaikan
67
Jadian
68
Alexa Masuk Rumah Sakit
69
Bukan Saudara Kandung
70
Meninggalkan rumah Ayah
71
Setelah Sebulan Berlalu
72
Kembalilah Kamu Padaku
73
Duka
74
Berdamai
75
Will You Marry Me?
76
Kehidupan Baru
77
Tempat Kerja Baru Luna
78
Malam Kita
79
Patah Hati
80
Rindu
81
Kembali Pulang
82
Rahasia Hati Arjun
83
Sebuah Kecurigaan
84
Mendatangi Tersangka
85
Penyesalan dan Kata Maaf
86
Keputusan yang Benar
87
Akhir Kisah Kita
88
Thanks To Readers

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!