Muna terpaksa menurut saja ketika tangan kanannya di tarik Kevin ke dalam mall dan mengarah pada bagian tumpukan pakaian wanita.
Kevin tidak sadar masih memegang tangan Muna, memilih beberapa setelan pakaian rumahan menggunakan satu tangan. Sementara Muna yang diam saja, menoleh kekiri dan kekanan. Tampak cemas dan tidak tenang berkecambuk dalam hatinya.
"Tuan, tangan aye sakit."
"Eh, lupa. Mun, kamu pilih pakaian dalam dan handuk di sana ya." pintanya.
"Buat siapa? Maksud Muna ukurannya apa?" tanya Muna masih heran.
"Ya cari saja yang seukuran kamu. Buruan." Tegasnya.
Muna patuh dan melangkah memilih dengan cepat, menangkap sekena tangannya. Memastikan yang ia pilih sesuai ukuran tubuhnya.
"Sudah tuan."
Kevin takjub dengan kecepatan Muna, amun tidak merasa perlu untuk membahasnya. Kemudian melakukan pembayaran pada kassa tidak jauh dari mereka berada.
Kini mereka telah tampak berada dalam mobil. Kevin masih dalam mode diamnya melajukan kendaraan roda empat tersebut berbaur dengan pengemudi lainnya menuju apartemen miliknya.
"Tuan, ini bukan jalan ke arah kantor yak?"
"Iya... ini ke arah apartemenku."
"Lah... Muna harus pulang tuan. Nyak Babe bakalan marahin Muna. Jam segini Muna belum pulang, magrib juga udah deket ini tuan." akhirnya Muna nyerocos juga, akhir dari ketidak mengertiannya sejak tadi.
"Orang tua mu punya ponsel kan? ijin gih. Bilang kamu lembur hari ini."
"Ya ga sekedar ijin aja tuan, Muna juga harus sholat."
Kevin diam, semakin melajukan mobilnya. Dan tiba-tiba berhenti di sebuah butik yang hampir tutup.
Setengah berlari Kevin masuk ke Butik itu, meninggalkan Muna yang makin bingung dengan Kevin yang makin tidak jelas kelakukannya.
Sepeninggalan Kevin terpaksa Muna menghubungi babenya, untuk ijin kalau dia akan pulang telat hari ini.
Kevin masuk kedalam mobil dan memberikan Muna sebuah paper bag. Kemudian lagi, melajukan mobilnya dengan cepat.
"Ini apa tuan?"
"Buka"
Ternyata sajadah lengkap dengan mukena yang terdapat dalam paper bag itu.
"Kenapa beli ini tuan?"
"Katanya mau sholat. Saya ga punya mukena di rumah."
Muna hanya diam mendengar alasan Kevin yang masuk akal.
"Orang tuamu udah di hubungi?"
"Iye udah tadi barusan."
Kini keduanya telah tampak berdiri di dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke apartemen milik Kevin.
Dan ini adalah kali pertamanya Kevin mengajak wanita masuk apartemen pribadinya. Sebab, para wanita wanita bayaranya, biasa hanya di ajaknya keluar masuk hotel, kantor atau di club saja. Hanya Muna yang sedikit menggoyahkan prinsip Kevin selama ini, yang pantang membawa wanita ke tempat pribadinya tersebut.
"Masuk"
Muna hanya sedikit cemberut dan masih dengan kemelut rasa yang ia sendiri tidak mengerti apa itu. Antara takut, sungkan, penasaran dan hormat yang ia rasakan sekarang.
"Kamu beresin belanjaan tadi, kemudian buatkan macaroni schotelnya sekarang. Terserah mau mulai dari mana dulu, mau sholat dulu, atau mandi dulu. Yang pasti, kamu tidak boleh pulang sebelum macaroni buatanmu jadi." Ujar Kevin dengan tegas, yang kemudian berjalan ke arah kamarnya.
"Oh iya, itu belanjaan pakaian tadi semua untuk kamu. Tapi ga boleh di bawa pulang, hanya untuk kamu pakai saat di sini. Kamu boleh meletakannya dalam lemari di kamar itu." Tunjuknya pada salah satu kamar yang terletak di sebelah kamarnya.
Hati Muna meronta dengan segala pikirannya yang tidak menentu. Sungguh Muna tidak mengerti mengapa Kevin bersikap seperti ini padanya. Akal sehat Muna jelas sangat tau dan ingat betul betapa breng_ $eknya lelaki itu. Tentu saja Muna merasa jiwanya sedang terancam, kalau saja ia akan menjadi korban mesum Kevin selanjutnya.
Namun, setelah menghirup nafas dalam untuk mendapat pikiran yang jernih, Muna memilih mengambil wudhu saja dan memberanikan diri untuk masuk kamar yang di tunjuk Kevin untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.
Setelah sholat, Muna tidak mandi dan hanya memasang apron untuk kemudian memulai aksi memasak makanan sesuai permintaan Kevin.
Belum sempat Muna memanggil Kevin, orang itu sudah tampak keluar dengan mengunakan kaos oblong dan celana pendek melangkah ke arah Muna.
"Wangi-wanginya bener nih Mun, entah dengan rasanya." Kevin duduk manis memandang tidak sabar pada tampilan Macaroni Schotel buatan Muna.
Muna menyajikan kudapan itu kehadapan Kevin, lengkap dengan sendok dan juga segelas air mineral.
"Masih panas tuan, tunggu beberapa menit dulu baru bisa di cicip." Saran Muna pada Kevin yang tiba-tiba menatap sedih dengan makanan di hadapannya tersebut.
Muna membalikkan tubuhnya dari pandangan Kevin. Untuk membersihkan dan merapikan kembali dapur mini pada apartemen Kevin tersebut. Melepas apron yang sejak tadi menutupi baagian depan tubuhnya. Menandakan pekerjaannya sudah selesai.
Menggulirkan jarinya pada gawai yang baru saja bisa ia pegang dengan leluasa.
"Tuan, aye udah boleh pulang pan?" tanya Muna pada Kevin yang terlihat mulai memakan makanan itu denga mata yang berkaca.
Sesaat ingatan Kevin terbang pada sosok maminya, Beatrix. Dan Macaroni buatan Muna, persis dengan rasa yang ia inginkan, rasa yang sangat ia rindukan selama ini.
Kevin sering diam-diam membeli makanan favoritnya ini di mana saja, saat matanya melihat. Tetapi selalu tidak sesuai yang ia inginkan. Dan buatan Muna menjawab kerinduannya selama ini. Kevin benar menemukan tangan Beatrix pada Muna.
"Nanti saya antar."
"Kaga usah tuan, aye udah pesan taksi onlen buat antar Muna ke kantor lagi. Pan motor Muna masih di sono. Permisi ya tuan." Pamit Muna yang tidak ingin menggangu Kevin yang tidak pernah ia lihat bertampang sesedih itu.
"Muna, ga usah panggil saya, tuan lagi ya. Mulai sekarang kita teman." Ujar Kevin sembari mengulurkan tangannya pada Muna untuk bersalaman.
Muna menatap heran pada big bos di depannya. Namun tetap saja menyambut uluran tangan Kevin di depannya penuh harap.
"Kalo ga boleh panggil tuan, aye panggilnya apaan? Kaga enak Tuan, pan situ bosnya." Tolak Muna.
"Ya terserah kalo di kantor, tapi kalo berduaan panggil nama aja ga papa."
"Ga sopan, pan tuan tua dari Muna."
Kevin hanya menyunggingkan senyumnya dengan sebelah bibir terangkat.
"Muna panggil abang aja boleh?"
"Oke... begitu lebih terdengar akrab."
"Oke deh. Bang, aye pulang dulu ye..."
"Beneran Muna ga mau di antar abang?"
"Kaga usah, kalo Muna di antar. Besok brabe deh Muna ke kantornya pake apa?"
"Abang yang jemput"
"Ubuuuy... apa kata dunia. Abang lupa aye cuman OB di kantornya abang. Masa iye, di antar jemput CEO. Abang ada-ada aja. Selamat menikmati ye bang, ini taksinya udah di bawah. Babay" Pamit Muna dengan ceria.
Sebab kini ia sangat merasa lega. Karena Kevin tidak sesangar yang ia kira.
Tadinya, ia akan siap pasang kuda-kuda jika saja Kevin berani melecehkannya. Secara ia berasa sedang berada dalam kandang singa, dengan segala kecurigaan level 10, Muna berhasil menutupi perasaan takutnya.
Bersambung...
#Bau-bau romantisnya mulai kecium niih😚
Yang setuju mereka segera jadian...komen yak🙏
Otor tanpa like hanyalah butiran debu😘😘😘
Ada yang unfav, otor nyesek gaes🙄😩
Sorean ku up lagi
Memenuhi janji kemaren
Kali besok dapat vote
(ngarep)
terima kasih🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Jumli
aye sih setuju-setuju aje, Thor.
walau sebenarnya hati nggak terima karena muna' harus dengan modelan kaya si Kevin ntu
2024-03-08
1
Kamiem sag
aku kok gemez sama Kevin Thor
2024-03-07
0
Ida Lailamajenun
ya wajar la curigaan muna ma kevinnya secara pria teh celup gitu apalagi muna masuk sarang macan 😂😂kudu siap" karate nya🤣🤣🤣
2023-08-08
0