Muna mengurungkan niatnya untuk menabok serok itu saat menyadari ternyata Kevin yang sudah menusuk pinggangnya dengan sebuah ujung polpen.
"Pak Bos... bikin Muna kaget saja. Kapan Pak bos datang...?" tanya Muna yang memang kini terlihat semakin santai menghadapi Kevin.
"Baru saja. Lagi masak apa Mun. Ada yang bisa ku makan ga? Lapar!" Seru Kevin sambil memegangi perutnya.
"Ini Muna lagi goreng ikan bawal, terus itu ada rebusan sayur sama sambal pecel. Pak Bos mau? Tapi... itu jatah makan OB sih Pak." Jawab Muna sambil berbalik mengangkat ikan yang baru matang.
"Gini aja, suruh mereka makan di kantin. Nanti saya yang hubungi Ferdy supaya jatah makan mereka hari ini di potong dari gajih saya. Tapi semua masakanmu ini untuk saya. Dan antar keruangan saya setelah semuanya siap. Ga pakai lama!" Perintah Kevin kemudian berlalu meninggalkan Muna yang hanya ternga-nga dengan perintah yang terdengar posesif itu.
Muna blingsatan dan buru-buru menyiapkan semuanya sesuai permintaan Kevin yang terkesan mendadak itu.
15 menit kemudian semua masakan Muna tampak tertata rapi di atas meja ruangan Kevin.
"Terima kasih ya Mun, tolong panggilkan Ferdy. Bilang ada panggilan darurat dari saya, sana buruan." Lagi Kevin memerintahkan Muna, sembari berjalan melangkah ke meja, di mana makanan olahan Muna telah tersaji sempurna.
Jali, Koco, Vera dan Monik bertukar pandangan. Saat memasuki pantry berharap ada makanan yang dapat segera mereka nikmati di sana.
Tetapi, jangankan makanan. Muna pun tidak tampak batang hidungnya di posko itu.
Muna tampak tergopoh-gopoh menemui keempat teman sesama OBnya.
Dengan menyeka keringat yang menghiasi permukaan dahinya Muna kembali berpantun.
"Orang gila jangan di lawan
Ikan mujaer harus di pancing
Maafkan Muna ya kawan
Makanan kita di gondol kucing"
"Kucing ... kucing... kucing apaan, kucing garong. Lapar banget ini Mun , masa masakanmu belom kelar?" hardik Jali yang tampak sudah kelaparan.
"Iya Mun, bukannya tadi kami udah bantu sedikit ngerjainnya..., tapi kamu sembunyikan di mana? masa loe embat sendiri?" penasaran Monik.
"Tenang pemirsaah... tenang. Muna akan bertanggung jawab. Ayo kite siang ini makan enak di kantin lantai 15. Semua boleh kita makan, gratiis." Ucap Muna dengan semangat.
"Gratis pala loe Mun. Iya sekarang gratis... ntar pas gajian ya di potong juga. Ogah!!!"
"Buruan ikuti Muna." Ajak Muna seolah memaksa agar ke empatnya mengikutinya.
Dengan wajah yang di tekuk bak sendok nasi, keempatnya pasrah mengikuti Muna, dan harus rela jika siang ini mereka kembali menggunakan jatah makan mereka.
"Tadi... pas Mun lagi masak. Ada Pak Bos ke pantry. Lalu pak Bos meminta semua makanan yang udah Muna siapkan untuk kita itu. Katanya... makanan yang Muna bikin tadi buat dia, lalu Muna bilang itu makanan kita. Kemudian dia bilang, ajak saja mereka makan di kantin, semua yang kita man masuk tagihan gajih pak bos, gitu kawan-kawan." Terang Muna saat mereka berada dalam ruang kotak yang mengantar mereka ke lantai yang mereka tuju.
"Sumpe loe Mun... artinya kita hari ini makan gratis dong...?" ucap Monika setengah terpekik karena kegirangan.
"Iye beneran, masa aye bo'ong." Muna meyakinkan mereka.
"Mumpung gratis kita ambil makanan yang mahal aja ya gaiiis." Jali akhirnya buka suara tak dapat membendung rasa sukanya juga.
"Ya ... ga papa kali kita sekalian minta di bungkusin biar di bawa pulang." Muna menambahkan.
"Ih... kalian aji mumpung banget sih jadi orang. Bisa makan gratis aja udah syukur kali." Celetuk Koco yang paling pendiam dari antara mereka di sana.
"Bercanda Co... gitu aja di anggap serius." Ujar Jali sambil menepuk bahu Koco tanda persahabatan.
"Oh iya... Bang Jali. Bulan depan gimana ya. Aku bisa ijin atau berhenti saja bekerja?" Curhat Koco saat ini mereka berlima tampak duduk menekuk menghadap piring makan mereka masing-masing.
"Kamu ada masalah apa lagi. Kemaren-kemaren kamu sudah sering bolos karena kuliahmu yang jadwalnya suka-suka itu." Jawab Jali sebagai ketua OB di kelompok mereka.
"Ya urusan kampus lagi lah bang. Dua bulan kedepan kami melaksanakan KKN di sebuah desa kecil. Kemungkinan untuk aku nyambi kerja lagi tentu saja tidak bisa. Tapi... untuk berhenti dari sini juga tidak mungkin , karena gajih dari sini juga yang aku gunakan untuk biaya kuliahku." Terang Koco memasang wajah sedihnya.
"Biasanya kalau kamu ijin, geser soal jam kerja saja mungkin dapat di mengerti. Tetapi, kali ini bicara soal tidak bekerja berbulan-bulan. Jadi mohon maaf Co. Sepertinya aku sendiri tidak berani mengambil kebijakan apa apa." Jali menanggapi dengan serius.
"Co Koco. Emang kalo orang kuliah harus gitu ya...?" tanya Muna dengan kepolosannya.
"Iya lah Mun. Mahasiswa yang akan mengakhiri masa kuliahnya, harus melewati masa yang di sebut KKN, kemudian semua kegiatan itu di jadikan bahan untuk di teliti di buat laporan namanya profosal. Kemudian di jadikan skripsi. Seminar, Ujian, yudisium, wisuda selesai." Terang Koco bersemangat pada Mna yang tampak penasaran.
"Ya Allah... semoga Muna bisa cepet ngerasain yang Co Koco jalanin. Kalian tau kaga...?" Ujar Muna yang belum selesai bicara
"Kaga." Jawab Monikka dan Vera Serentak.
"Ish... pan Muna belon selese ngomongnye. Muna tuh sebenernya pengen banget jadi sarjana. Muna tuh sebenernya pengen kerja kantoran kaya mereka yang di sini. Tapi bukan sebagai OB kayak sekarang ini. Tapi apalah daya, nyak Babe duitnya kaga cukup buat masukin Muna kuliah. Mangkanye ... aye kerja jadi OB dulu. Muna lagi ngumpulin duit dulu buat modal Muna kuliah." Muna berceloteh tanpa di minta.
"Bener tuh Mun, dari pada kayak aku, kerja sambil kuliah.Akhirnya bingung, milih selesein kuliah atau tetap bekerja."
"Bang Jali, gimana kalo kerjaan Co Koco, Muna bantuin semua kerjaannya... Supaya dia ga di berentiin."
"Tidak semudah itu Mun, kita kan ada absen, Bu Cica kan kamu tau sendiri orangnya disiplin banget. Aku ga berani ambil resiko."
Jawab Jali jujur.
"Tapi pan, Co Koco sibuknya cuma 2 bulan, lalu dia bisa kerja lagi kan. Kalo pun dia berenti juga, kan sayang setelah itu dia kuliahnya selesai, trus malah jadi pengangguran. Ayolah bang Jali. Kita pikirkan bagaimana nasib Co Koco ini."
Jali memandang ke arah Koco.
"Emangnya 2 bulan itu kamu full ga bisa masuk kerja Co...?" tanya Jali lagi.
"Rentang waktunya sih begitu Bang. Cuma jadwalnya belum keluar, tapi kata para pendahulu, biasanya ada waktu libur juga sih. Dan ga selalu harus mendekem di desa itu." Jelas Koco lagi.
"Nah... tuh kan bisa aja sesekali Koco tetap hadir absen dan nyambi kerja. Sayang Co kalo kamu berenti. Pan ijazah sarjana loe belom tentu langsung ke pake buat kerja." Muna ikut bingung dengan nasib Koco.
Bersambung...
Tinggalkan jejak buat Muna ya gaiis🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Jumli
aahh.
muna' baik banget🥰🥰
2024-03-08
1
Ida Lailamajenun
enak berteman klu kompak gini
2023-08-08
0
Ida Lailamajenun
hahahaha kucing anggora yg gondol
2023-08-08
1