Sesampai Muna di sebuah perusahaan besar milik keluarga Mahesa tersebut. Muna hampir tidak dapat menutupi kekagumannya melihat bangunan gedung berlantai 37 di hadapannya.
"Ya Alloh kuatkan hambamu. Aye kaga sanggup kalo beberes di gedung ini sendiri ya Alloh. Ampun daah, besar banget." Monolog Muna sambil terus melangkah masuk ke lobby yang masih terlihat sepi.
Belum jauh Muna melangkah, ia masih celingukan mencari siapa saja yang mungkin ia kenal di sana.
Dan kemudian ada seorang wanita bertubuh agak tambun mendekatinya.
"Ada kepentingan apa ya mbak, bisa di bantu?" tanya wanita itu dengan ramah melihat penampilan Muna yang memang cantik dan rapi.
"Oh, ini bu. Aye katanya keterima jadi OB di mari. Nama aye Muna Hidayatullah. Nih suratnya dari bang Idris.." Muna menyodorkan nota yang ia bawa
Tampak wanita itu membaca sekilas untuk memastikan keaslian surat tersebut.
"Saya Cica Marlinca, jabatan kepala OB di perusahaan ini. Mari ikut saya."
Muna pun berjalan di belakang wanita yang bernama Cica tadi. Masuk dalam sebuah ruangan yang dipenuhi dengan berbagai alat tempur khas pekerja sebagai OB.
Selain di berikan 1 box trolly alat kebersihan beserta semua keterangannya, Muna juga di berikan pakaian seragam OB yang wajib di pakai saat menjalankan tugas.
Tanpa memakan waktu yang lama, Muna sudah selesai di breafing menyangkut wilayah mana saja yang menjadi tempatnya bekerja. Yaitu langsung di tempatkan di lantai 37 paling atas.
Tampak Muna telah melangkah pasti, mendorong box trolly di depannya menuju lift untuk mulai beraksi.
Dalam perjalanan Muna menuju lantai atas, ia merasa agak sedikit aneh. Padahal ia telah tiba sebelum pukul 7 pagi, namun kantor itu masih tampak seperti kuburan, sepi dan seperti tak berpenghuni. Tapi ia ingat betul saat Idris bilang, sebaiknya Muna datang lebih pagi dari yang lain, kalo perlu pukul 6 pagi, entah apa maksudnya.
Tapi Muna tidak begitu mempermasalahkan urusan tersebut. Ia langsug saja menekan angka dalam sebuah kotak yang dapat mengantar tubuhnya ke lantai paling atas pada gedung perusahaan itu.
Lagi, Muna tampak celingukan mencari di mana letak toilet yang di maksud. Sebab ia tidak sempat bertanya pada Cica di mana persisnya toilet yang harus segera di bersihkan.
Muna mulai melangkah dengan menyusuri koridor yang berada di sebelah kanan, sambil kepalanya mendongak ke atas membaca tiap keterangan yang ada di bagian atas pintu ruangan itu masing masing.
Muna terus saja berjalan dengan kepala yang di tolah-tolehkan sambil sesekali mendorong beberapa pintu yang mungkin saja tidak terkunci dan tidak ada keterangannya.
Dengan sedikit bertenaga Muna mendorong sebuah pintu yang ternyata benar tidak terkunci. Membuat Muna mengulurkan kepalanya masuk ke dalam ruangan itu.
Muna tercekat...!!! Dadanya berdegub kencang, terperanggah dengan apa yang di lihatnya di dalam ruangan itu.
Dimana Muna melihat dengan jelas seorang wanita seksi, berada di atas pangkuan seorang pria yang tengah sibuk membenam kepalanya pada bagian depan, sepasang buah dewa di hadapannya.
Sementara kemeja atasnya tampak sedikit terbuka, memudahkan akses pria itu mencicipi hidangan yang sepertinya nikmat bagi keduanya.
Sembulan kepala Muna yang masuk tanpa permisi itu, tentu saja membuat keduanya terkejut. Secepat kilat Muna kembali pada posisi semula, yaitu ke arah luar ruangan. Berdiri membelakangi pintu yang tidak terkunci tersebut.
"Siapa di luar...?" terdengar suara setengah berteriak dari dalam.
"Petugas kebersihan tuan." Jawab Muna dengan sedikit gugup karena takut.
"Sini... masuk. Cepat...!!" Perintah suara itu kembali.
"Tidak ... tidak berani tuan. Permisi...," jawab Muna yang sudah hampir berlari meninggalkan depan ruangan itu.
"Hei... ini perintah. Cepat masuk lah... TOLONG...!!!" Ujar suara itu lagi.
Dengan terpaksa Muna masuk dengan kepala yang tertunduk, karena tidak ingin melihat pemandangan mesum di depannya.
"Sini.. cepat mendekatlah..., dan berjalanlah ke arah meja itu." Perintah pria itu dengan nada datar.
Terpaksa Muna mendongakkan kepalanya untuk melihat arah yang pria itu tunjukkan.
Dengan menutup matanya dengan tangan dan jari agak renggang Muna berjalan melewati dua pasangan gila itu. Yang dari sela-sela jari masih Muna lihat mereka tampak beraktivitas. Kemudian menghentikan aksinya, saat menyadari kini Muna sudah berdiri di dekat meja yang ia maksudkan tadi.
"Pengaman... ambilkan pengamanku di laci itu..., cepatlah." Peritahnya pada Muna. Membuat Muna bingung dengan yang pria itu perintahkan.
"Pengaman apa tuan...?" Muna mendadak bingung.
"Buruan buka laci itu, ambil plastik putih itu ... buruan!!!" Bentaknya dengan wajah memerah seolah menahan sesuatu.
Segera Muna mengikuti perintah pria itu, menemukan yang mungkin saja benar seperti yang pria itu perintahkan padanya. kemudian bergegas ingin memberikan pada pria itu, sehingga Muna berjalan mendekati kedua pasangan yang tidak punya urat malu itu lagi.
"Upsh..." seketika pria itu berdiri dan mengangkat pinggang wanita yang sedari tadi di atasnya.
"AAAAAArrrrggh...." Muna berteriak histris tatkala matanya terbelalak melihat adegan yang hanya pernah ia lihat di layar kaca pada film unyil. 🙄
Seketika, Muna menutup matanya dengan kedua tanganya. Rapat. Kali ini dengan jari yang rapat. Namun tetap berdiri mematung di hadapan keduanya.
Tampak raut wajah kesal pada wajah cantik wanita yang sepertinya tidak puas itu.
Sementara si pria tampak telah menarik celana panjangnya yang tadi kedodoran sampai pada lututnya.
"Kamu...!!! bersihkan itu." Ujarnya menunjuk cairan putih kental yang baru saja tercecer di sekitar lantai dan meja di depan sofa tempat mereka bermain tadi.
"Sayaaaang..." Pekik wanita itu manja mengikuti pria yang berjalan menuju ruangan belakang kursinya itu.
"Aku mau mandi. Kamu pulang saja. Nanti aku transfer uangnya." Jawabnya dengan ketus dan mengunci dirinya dalam ruangan itu.
Wajah wanita itu sangat keki, sambil memungut pakaian yang berserakan, dan memasangnya kembali.
"Ini semua gara-gara kamu, jadi ga pool deh permainannya...!!" ujar wanita itu mendengus kesal pada Muna.
Muna hanya menggendikkan bahunya, tidak paham dengan apa yang di katakan wanita itu. Namun, Muna yang memang berniat untuk bekerja lebih memilih keluar untuk menarik trolly box alat tempurnya, untuk segera membersihkan ruangan itu, sesuai perintah pria yang belum ia kennal itu.
Ruangan itu telah tampak bersih serta wangi dan sangat segar. Muna pun ingin segera meninggalkan ruangan tersebut. Tetapi, langkahnya terhenti saat pintu ruangan di belkang kursi tadi terbuka, bersamaan denga suara yang sepertinya mengarah padanya.
"Hei... kamu. OB...!!!"
Muna segera membalikkan tubuhnya, sambil memunduk.
"Iya Tuan." Jawab Muna pelan ada rasa sedikit takut menatap pria yang bahkan telah ia pelototi dalam keadaan tubuh yang tidak wajar.
"Siapa namamu...?"
"Muna tuan."
"Kamu OB baru...?"
"Iya Tuan, ini hari pertama aye kerja. Maaf tuan... maaf jangan pecat aye tuan... tolong. Aye perlu pekerjaan ini tuan."
"Siapa yang mau pecat kamu... tuh bersihkan toilet dikamar pribadi saya." Perintahnya.
Kata itu membuat mata Muna berbinar-binar menatap kearah pria itu.
"O... o... oh. Iya Siap tuan." Jawab Muna yang langsung melangkah menuju ruang yang pria itu maksudkan.
"Tunggu. Satu lagi. Kalo hanya jadi OB kamu tidak perlu menggunakan kontak lens yang tidak hitam. Tidak cocok dengan profesiamu. PAHAM...!!!" Hardik pria yang Muna sendiri tidak tau siapa.
"Paham tuan, permisi." Ucap Muna penuh hormat dan mulai mengerjakan tugasnya membersihkan toilet di ruang khusus tersebut. Dengan sungguh-sungguh, walaupun kejadian tadi sungguh di luar dugaan Muna.
Bersambung...
...LIKE, KOMEN & VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Jumli
agak ngeri kalau seandainya aku jadi si muna'🙄
2024-03-08
0
Kamiem sag
serem ya Mun
2024-03-07
0
Ida Lailamajenun
asli tuh pak bos bukan palsu mata nya muna
2023-08-07
1