Barisan para OB sudah bubar tangkar berpencar sesuai pembagian alokasi pekerjaan mereka. Muna yang baru saja datang tentu saja memilih masuk ke dalam pantry terlebih dahulu untuk meletakan berbagai makanan yang sudah ia siapkan dari rumah.
"Allahuakbaaar tuan Keviiin, ngapain di mari ngagetin Muna aja iih. Loncat-loncat dah ni jantung Muna tuan." Muna emang rada ngegas sejenis dan sama dengan enyak Fatime. Sehingga saat ia terkejut dengan hadirnya Kevin dalam ruangan pantry tersebut ia tidak dapat membendung cerocosannya yang sudah hampir mirip kompor meleduk.
"Biasa aja kali Mun, suara kamu tuh yang hampir bikin kopi ni jatuh." Kevin membela dirinya yang sesungguhnya juga kaget dengan suara Muna yang lebih mirip toa mesjid.
"Tuan ngapain?"
"Ngapain. Ga liat saya bikin kopi sendiri hari ini, kenapa telat? Sibuk habisin uang di kartu kemaren ya?" tuduh Kevin pada Muna.
"Kalo ga ikhlas ga usah di kasih aja. Nih aye balikin. Dan uang yang udah Muna ambil kemarin. Tenang semua akan ada catatan pengeluaran yang sesuai." Muna tidak pernah menganggap Kevin adalah seorang CEO, seolah tidak ada yang ia takuti dari pria nomor satu di perusahaan itu.
"Maaf ya, seorang Kevin pantang untuk menarik kembali sesuatu yang sudah di berikan. Sarapan Mun, ada bawa sarapan apa. Saya lapar."
"Ga ada menu sarapan, adanya menu berat buat makan siang aja. Tapi nasinya Muna ga bawa. Muna masak dulu, tuan mau tunggu?"
"Ribet banget sih, ya sudah saya cari sarapan di luar saja. Kamu punya ponsel ga Mun?"
"Ada nih." Ponsel di tangan Muna segera di raih cepat oleh Kevin. Menekan beberapa angka di sana. Untuk menyimpan nomor kontaknya pada ponsel milik Muna.
"Hubungi saya jika makan siang sudah siap. Oh iya, saya mau makannya di sini. Nanti saya suruh Ferdy atur tempat di sini, supaya ada meja makan buat saya. Ruangan ini cukup besar dan kosong." Muna merasa tidak memiliki hak untuk menjawab semua yang Kevin katakan, sebab itu bukan perintah. Hanya sebagai pernyataan.
Muna meninggalkan ruang pantry dengan posisi sambil menanak nasi pada majig com yang tersedia di ruangan itu. Kemudian melangkah dengan trolly boxnya untk melaksanakan tugas rutinnya area toilet dan ruangan Kevin.
Ketika Muna sudah meyelesaikan semua pekerjaannya, ia tampak sedikit bengong dengan tampilan suasana pantry yang sedikit berubah. Yaitu adanya kursi dan meja yang cukup untuk 6 orang untuk makan di sana. Ya, ruangan itu memang besar dan memang terlihat kosong selama ini.
Di sana masih ada Ferdy ang tampak masih memandang hasil kerja beberapa orang suruhannya sesuai permintaan Kevin.
"Hai Muna sudah selesai kerjaannya?" sapa Ferdy ramah pada Muna yang baru tiba dan mengaggukan kepalanya tanda hormat pada Ferdy.
"Iya pak, baru selesai ini. Ruangan ini di apakan Pak?"
"Biasa bos Kevin mintanya yang mendadak gini. Katanya mau makan di ruangan ini lagi, supaya tidak repot ke lantai 15. Dan dia sepertinya tidak nyaman, jika makan di ruangannya, baunya mungkin tersisa, merusak konsentrasinya katanya." Terang Ferdy pada Muna yang sudah berjalan mendekati meja dimana ia memasak nasi tadi.
"Oh."
"Kok cuma oh?"
"Terus Muna harus bilang woow gitu. " Banyol Muna pada Ferdy yag memang selalu tampak baik dan mudah di ajak bercanda.
"Muna... bawa apaan?" Kepo Ferdy melihat gadis itu yang sedari tadi tidak bisa diam, mondar mandir membawa papper bag berisi kotak kotak.
"Hari ini Muna masak banyak nih pak Ferdy. Kebetulan banget pan, sama ni meja yang baru di taroh di mari. Jadi kami bisa makan dengan nyaman di ruangan ini."
"Emang kamu masak apa hari ini?"
"Ini menu kesukaan Muna pak, semur jengkol. Bapak pernah makannya tidak? Ayo di cicipin, nasi Muna juga banyak nih. Buruan, nih Muna siapin piringnya." Tawar Muna yang sudah menyiapkan beberapa piring di atas meja tesebut.
Tak lupa ia pun menghubungi Kevin sesuai pesan Kevin tadi pagi.
"Tuan Kevin, makan siang sudah siap. Di sini juga sudah ada pak Ferdy, tuan." Telpon Muna akrab. Namun tidak di jawab oleh Kevin. Sambungan telepon pun di putuskan oleh Kevin dengan cepat.
Ferdy hanya memandang sekilas pada Muna yang menurutnya memang sangat memperhatikan Kevin. Walau Ferdy tidak mendapati sinyal apa-apa akan arti perhatian itu. Sepertinya Muna tulus bekerja dengan baik semaksimal mungkin saja. Tapi, jauh dalam lubuk hati Ferdy, ia telah sangat rindu akan sepupunya yang sesungguhnya ialah pria yang hangat dan baik hati. "Semoga Muna membawa kebaikan untuk Kevin, tidak peduli dia hanya seorang OB. Toh status hanya manusia membuatnya seolah bersekat."
Kevin masuk dan segera mencuci tanganya, melihat heran dengan hidangan di meja tersebut.
"Apa menu hari ini, Mun?" tanya Kevin pada Muna.
"Vin... buruan cicip. Sumpah enak Vin. Baunya juga ga ada, pinter nih Muna masaknya." Puji Ferdy yang sudah terlebih dahulu menikmati semur jengkol buatan Muna.
Membuat Kevin penasaran dan segera mengambil sendok dan langsung mencicipi masakan tersebut. Tanpa ekspresi.
"Kamu ga sekalian makan bareng Mun?" tanya Ferdy yang melihat Muna hanya berdiri seolah menunggu tanggapan dari Kevin tentang masakannya.
"Tidak pak, Muna nanti saja bareng teman yang lain. Aye permisi keluar sebentar ya. Ada yang tertinggal di kerjakan tadi." Bohongnya pada kedua bos yang menikmati makan siang di ruang pantry dalam suasana baru tersebut.
Muna hanya duduk berjongkok di depan pantry, sambil kembali asyik membaca pada benda pipih miliknya.
"Dorr, ngapain kamu jongkok di sini Mun. Makan siang udah siap belom?" tanya Monik di iringi Vera, Koco juga Jali.
Muna mendongakkan kepalanya kearah mereka semua. Sambil meletakan telunjuk kanannya, ke depan bibirnya.
"Stt... di dalam pak Ferdy dan tuan Kevin lagi makan siang. Kita berdoa saja. Semoga tu lauk ada sisanye, buat kita makan siang ini." Suara Muna sangat pelan hampir tak terdengar.
"Big boss makan di pantry...? Masa?" Monik menatap Muna tak percaya. Sebab yang ada dalam pikirannya adalah, seperti mereka makan biasanya. Yang hanya menggelar tikar di lantai agar bisa menikmati makan siang brsama, di dalam ruangan itu.
"Iya, mereka sekarang sedang makan.Tadi pas kita tinggal kerja markas kita sudah di sulap jadi ruang makan istimewa. Jadi, setelah ini kita bisa makan di atas meja. Kaga perlu gelar tikar kaya biasanya lagi." Jawab Muna masih dengan suara berbisik-bisik. Mereka berlima yang saling mengaitkan tangan di bahu satu sama lain, membentuk lingkaran. Mereka sudah depert saudara.
"Muna, menu makan siangnya luar biasa. Enak sekali Mun, kapan-kapan masakin lagi buat saya bawa kerumah ya Mun, kali aja istri saya suka." Suara Ferdy mengejutkan kelima orang OB di luar ruangan itu.
"Eh... i...iya pak. Nanti Muna masakin lagi yang lebih banyak. Jawab Muna, sambil menatap heran dengan ekspresi datar wajah Kevin yang melintasi mereka selesai makan siang tersebut. Cuek.
Bersambung...
Si Kevin masih so' jual mahal ya gaes.
Mirip ga sama readerkuh yang masih ragu-ragu mengarahkan jempolnya ke cerita Muna ini??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Kamiem sag
Kevin kan lagi jaga gaya
2024-03-07
1
Tintin Suasih
syukaaaa...serasa jd si muna nih thoor..👍👍😀😀
2022-05-12
1
Nonik Susilawati
Lanjut
2022-04-16
1