Dengan suasana hati yang mendadak berloncatan antara kesenangan dan kebingungan, akhirnya Muna membalas chat yang Kevin kirim padanya.
"Iye udah dari tadi tuan."
"Tuan...?"
"Iye maaf. Abang."
"Ntar kalau ketemu masih panggil tuan, Muna abang hukum."
"Ampun bang🙏"
"Tadi di marahin ga karena pulang telat?"
"Kagak sih, hanya di bilangin. Lain kali ijinnya lebih cepet. Karena babe kagak biasa liat Muna pulang terlambat."
"Kalo gitu, besok pas berangkat langsung ijin sama babenya Muna. Bilang kalau besok pulangnya terlambat lagi."
"Adeeedeeh... emang besok acara apa lagi bang?"
"Ya... belum ada rencana sih. Paling Muna abang ajak ke apartemen lagi."
"Ngapain? Minta buatin apa lagi?"
"Mau buat anak Mun sama kamu...😁"
"Eeet dah. Serem banget. Kagak bisa bang. Muna kagak ngarti cara ngadonnye."
"Besok abang ajarin."
"😭"
"Bercanda Mun. Pokoknya besok langsung bilangin ijin gitu aja, oke."
"🙄"
"Udah malem Mun, Tidur gih. Terima kasih untuk Macaroninya tadi ya."
"Iye sama-sama bang. Met malam."
Muna gadis lepas remaja yang beranjak dewasa, memiliki usia muda belia tentu saja ia kini telah memasuki masa puber.
Memilih untuk bekerja akibat belum ada biaya untuk kuliah, memaksanya bertemu dengan banyak orang dengan usia dan karakter berbeda. Tentu saja membuat Muna memiliki khasanah pertemanan yang heterogen.
Muna juga masih memiliki mata dan selera yang baik dalam menilai makhluk lawan janisnya.
Tak terkecuali Kevin. Yang diam-diam sangat Muna kagumi dari segi fisik, namun tidak dengan akhlaknya.
Keseringan Muna melihat kelakuan Kevin di awal masa bekerjanya, tentu saja menorehkan nilai jelek untuk seorang Kevin. Yang di perhatikan Muna akhir-akhir ini pelan-pelan berubah. Terutama dalam urusan bermesum ria di kantornya.
Muna sudah hampir tidak menemukan plastik bekas balon-balonan yang biasa ia temukan dalam kamar pribadi Kevin di kantor. Muna juga lebih sering melihat Kevin semakin serius dalam bekerja dan selalu disiplin mengatur pola makannya. Walau terkadang Muna agak ribet memenuhi pesanan makanan yang Kevin mau.
Keesokkan harinya, sesuai pesan Kevin. Muna pamit langsung ijin pada babe. Jika hari ini ia mungkin akan pulang malam seperti kemarin. Dan Babe memberikan ijin juga kepercayaan pada anak gadisnya, yang ia sadari tidak pantas untuk di kekang.
Sampai di kantor, seperti biasa. Muna segera menanak nasi, sambil memandang kagum pada isian lemari pendingin yang kemaren ia dan Kevin beli.
Dari daging sapi, ayam, kepiting sampai ikan, semua ada di dalamnya. Jangan tanya aneka jung food pun tampak lengkap.
Monik dan Vera terlebih dahulu hadir di sana. Memandang kagum pada pemandangan di dalam lemari tersebut.
"Wow..., semoga kita ga di over over tempat kerja ya Nik. Sumpah, aku tuh betah banget kerja di posko ini. Seolah kita tuh dapat pembagian kerja di tempat VIP." Vera meraba dan mengecek isi keseluruhan lemari tersebut.
"Iya looh. Mungkin karena ini lantainya pak Kevin ya. Jadi serasa di surga." Kekeh Monik membenarkan perkataan Vera tadi.
"Tapi, apa kita boleh menikmati semua ini. Jangan-jangan pas ketahuan, potong gaji kitanya. Merana deh." Ucapan Vera di angguki oleh Monik.
"Mungkin boleh-boleh aja, asal jangan kebablasan. Ya dikit-dikitlah, biar kaga ketahuan. Kita makan seperlunya saja. Dan jangan sampai di bawa pulang. Kali..." Celetuk Muna yang sesungguhnya juga tidak mengerti dengan semua fasilitas dan stok makanan yang makin lengkap di posko mereka.
"Eh, Mun. Koco udah bilang ke kamu belum...?" tanya Monik mengarah pada Muna.
"Bilang apa?" Muna mendelik ke arah Monik.
"Ih... Koco cemen banget sih." Vera menimpali.
"Itu... katanya besok kalo Wisuda dia mau ngajak kamu. Buat pasangan foto gandeng, secara kalian kan sama-sama jomblo Mun."
"Ha...ha... kalian ada-ada saja." Tawa Muna kecut.
"Beneran Mun, aku belum sempat terus bilang ke kamu. 2 bulan lagi aku wisuda dan kalian yang banyak bantu aku kemarin selama KKN. Mau ajak mak Vera atau jenk Monik ya ga mungkin lah secara status mereka sulit untuk di ajak ke acara itu, jadi aku boleh ngajak kamu ya Mun." Tiba-tiba Koco sudah muncul di antara mereka yang ngobrol di pantry.
"Acaranya di mana Co Koco...? Di kampus bukan?"
"Ya tidak lah Mun." Jawab Koco dengan sedikit senyum.
"Yah... padahal Muna maunya ke kampus Co. Muna pengen banget liat kampus.
"Kalo kamu mau ke kampus. Sore ini, pulang kerja gimana kalo kita jalan-jalan, liat kampus ku Mun." Tawar Koco pada Muna.
"Hah...beneran Co Koco. Mau... Muna mau banget."
"Atau kalo mau pas aku seminar juga Muna boleh dampingi. Kali gugup ku nanti berkurang pas ujian."
"I...iya. Iya. Aye mau banget Co. Awas ya kalo bo'ong." Centil Muna yang selalu antusias dan penasaran dengan tempat itu.
Kemudian mereka pun terpisah karena tuntutan pekerjaan yang memang tidak pada pembagian yang sama.
Muna segera memasuki ruangan Kevin yang sedari tadi tampak sepi bagai tak berpenghuni. Muna celingukan di dalam, namun tetap fokus dengan pekerjaannya.
Pelan-pelan Muna masuk ke kamar pribadi Kevin, senyum Muna terkembang. Saat melihat tatanan tumpukan bantal dan segala isinya, masih tampak rapi seperti saat terakhir Muna membersihkan tempat itu.
Sampai pekerjaan Muna selesai, ia tidak bertemu Kevin sama sekali. Muna ingin menanyakan keberadaaan Kevin di mana, tetapi malu. Menyadari ia bukan siapa-siapanya Kevin.
Muna melangkah gontai keluar dari ruangan itu, masuk pantry kemudian bingung sendiri menatap deretan alat masak di sana. Berpikir sejenak akan makan apa mereka siang ini. Sedangkan waktu sudah menunjukan hampir jam 12 siang tidak mungkin bagi Muna untuk mengolahh masakan untuk makan siang mereka, sebab kini ia pun merasa lapar.
"Muna... ada masak apa hari ini?" tanya Koco yang tiba-tiba sudah muncul di ruangan itu.
"Ga ada masak Co. Muna ga ada ide mau masak apa, juga rasanya hari ini Muna ga semangat untuk masak." Jawab Muna jujur.
"Gimana kalau kita ngebakso aja Mun di luar, ini kita sudah masuk jam istrirahat kan. Sekalian ada yang mau aku omongin sama kamu." Ujar Koco yang sduah tampak melepas atribut OBnya, sebab mereka akan keluar kantor.
"Bukannya dari tadi Co Koco udah ngomong sama Muna?" Heran Muna pada Koco yang tampak serius.
"Iya sih, tapi topiknya bukan ini. Yuk, buruan. Nanti keburu waktu habis." Tarik Koco pada tangan Muna untuk mengajaknya pergi dari ruangan itu.
Kini mereka sudah terlihat duduk manis menunggu pesanan bakso mereka yang sudah di pesan.
"Mun, jadi pacarku ya." Koco mengucapkan kalimat itu tanpa kata pengantar apalagi pembukaan.
"Ih...Co Koco becandanya ga gitu juga kali Co." Sergah Muna yang benar-benar terkejut dengan kalimat yang barusan Koco lontarkan padanya.
"Serius Mun. Kita mulai dari nol ya. Aku memang belum sukses Mun. Tapi aku yakin, jika memiliki pasangan penuh semangat sepertimu aku yakin akan cepat sukses. Terima ya Mun...?" Pintanya.
"Co... sumpah deh Co. Kalo cuma butuh semangat kita ga usah jadi pacar juga kali Co." Tolak Muna.
"Kenapa Mun? Kamu ga mau sama aku, karena aku miskin? Kamu udah punya pacar Mun?" Koco terdengar memaksa untuk mendapatkan kata iya dari seorang Muna.
"Co...kalian semua udah Muna anggap kaya sodara Co. Jadi ga usah lah kita pacar-pacaran. Ih Koco norak banget sih loe"
Bersambung...
Ya ellaah Koco main tembak aja niih😚
Reader yuks tembak otor pake jempolnya boleeh 🙏🙏🙏
Readerkuh yang baik hati...
Jika cerita ini menarik bantu share yaak...
Biar makin semangat
Lope lopeh deh buat kleen semua
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Jumli
aku kok takut ya.
nanti pekerjaan koco bisa saja terancam😬
2024-03-08
1
Kamiem sag
Koco gercep juga
2024-03-07
1
Fy Setiya
kocoo ngjak dri nol, 😆😆😆🤭jmn now co maunya lngsung instan Kaya Kevin 🤭🤭
2022-06-19
1