Walau Muna bekerja dengan sungguh-sungguh namun ada sedikit perasaan dongkol di dalam hatinya.
Teringat akan pesan pria tadi, perihal bola matanya yang tidak hitam. "Apa salahnya dengan warna biji mata yang tidak hitam ini. Sampai di bilangin kaga cocok ama pekerjaan aye...?" Muna bergumam di dalam hatinya.
Muna hanya menarik nafas dalam. Sambil keluar dari toliet di ruang pribadi tersebut. Yang sangat kotor. Banyak plastik plastik putih yang sepertinya di lempar begitu saja di sana. Muna belum sepenuhnya paham apa kegunaannya dan mengapa banyak di situ.
Saat Muna keluar dari ruang pribadi itu, mata Muna tertuju pada pria tadi yang terlihat sedang berebah selonjoran di sofa yang telah Muna bersihkan tadi.
Seolah mengendap Muna melangkah agar tidak mengganggu indra dengar pria tadi. Tetapi, saat Muna hampir berada di dekat pintu keluar, Muna mendengar suara pria itu.
"Hei...kamu. OB siapa namamu tadi." Ucapnya masih dengan posisi rebahannya.
Terpaksa Muna menghentikan jalannya kemudian berdiri menghadap pria itu.
"Muna tuan." Jawab Muna dengan nada rendah.
"Oh...iya Muna. Saya lapar. Carikan sarapan untuk saya. Tapi sebelumnya buatkan saya kopi." Perintahnya.
"Maaf tuan... aye pan hari ini baru pertama kali kerja. Jadi, aye kaga tau di mana cari makanan untuk tuan. Kesini aje aye nyasar. Padahal pan aye di suruh ama bu Cica ke lantai ini buat bersihin toilet umum tuan." Dengan santainya Muna menjawab pria itu.
"Kamu berani melawan perintah saya?" tanya pria itu sembari merubah posisi rebahnya menjadi duduk.
"Maaf tuan. Ya kaga gitu. Aye hanya curhat. Aye bener-bener belum tau seluk beluk ni kantor. Tuan juga...aye belum tau sape?" ujar Muna dengan suara semakin pelan.
"Saya Kevin Sebastian Mahesa. Saya adalah CEO di perusahaan ini, kamu tau CEO? BOS!! Saya bos yang punya perusahaan ini. Jadi, jangan sekali-kali berani melawan perintah saya." Suara itu masih dalam nada tinggi dan terdengar sombong.
"Maaf... Ampun tuan. Aye kaga ngelawan. Tapi beneran. Aye belum paham ni kantor. Kemari aja karena aye tersesat, sumpah deh." Muna terdengar berani dan menganggap pria di hadapannya serti teman baginya..
"Ah...sudah cepat carikan saya makanan dan buatkan kopi hitam kental jangan manis." Pria yang bernama Kevin itu melanjutkan perintahnya.
"Tuan... aye bikin kopinya di mane?" Muna dengan santainya meminta arahan pada lelaki yang mengaku dirinya sebagai bos tadi.
Kevin menghela nafas, seolah bingung dengan wanita bermasker dan bermata tidak hitam itu tampak tidak takut dan tidak hormat padanya. "Wanita ini berani atau polos sih " Batin Kevin.
"Kamu keluar pintu itu lalu belok kanan lurus sampe ujung. Di situ ada pantry. Kamu bisa baca kan? Semua lengkap di sana. Buruan saya sudah lapar!!"
"Tuan...tuan lapar? Aye ada bawa bekal, nasi uduk. Tuan mau...?" tawar Muna dengan polosnya, entah apa Muna tidak sadar jika pria itu adalah orang nomor satu di perusahaan itu. Tapi Muna yang mudah bergaul mengindahkan jabatan itu.
"Nasi uduk...? Bekal...? Mana?" tanya Kevin heran.
"Tuan mau...? Sebentar aye ambilkan." Jawab Muna sambil melangkah mendekati trolly box di ruangan itu. Kemudian merogoh tas yang ia bawa, dan memang Muna sempat membawa bekal, karena Muna belum tau situasi di kantor yang baru di injaknya hari ini.
"Ini tuan, kalo tuan sudah sangat lapar makan ini dulu. Sementara aye buatkan kopi untuk tuan." Muna meletakan box bekalnya lengkap dengan sendok juga botol minumannya. Kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan itu sesuai petunjuk yang Kevin berikan padanya tadi.
Kevin tampak terkesima dengan box bekal yang lengkap dengan botol minuman itu. Ia tersenyum kecil melihat pemandangan di depannya tersebut. Sebab kotak nasi seperti itu hanya pernah ia lihat saat ibunya masih ada, sebelum penyakit kanker merenggut nyawa wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
Ibunya sosok penyayang juga penyabar. Sampai ayahnya membawa wanita kedua kerumah mereka pun, beliau tetap tabah menjalani hidupnya, tampak tetap dengan lembut melayani suaminya Diendra Mahesa.
Kevin membuka kotak nasi itu, dan mulai menyuap nasi itu kedalam mulutnya. Kevin mulai mengunyahnya, tampak berpikir lalu kembali melanjutkan suapan kedua, ketiga dan seterusnya. "Enak." Satu kata yang mampu Kevin ucapkan.
Tok...
Tok...
Tok..
"Permisi tuan." Suara Muna memasuki ruangan itu dengan secangkir kopi pesanan Kevin. Dan mata Muna terpokus pada nasi di hadapan Kevin yang sudah sisa setengah itu.
"Wah... Sepertinya tuan benar-benar lapar." Ucap Muna yang terang-terangan itu.
"Kan saya sudah bilang tadi, saya lapar. Tapi..., nasi bekal kamu enak juga." Kevin menjawab seadanya sambil terus menghabiskan makanannya.
"Syukur dah kalo tuan demen."
"Kalau bekalmu saya yang makan, nanti siang kamu makannya apa?" tanya Kevin seolah perhatian, padahal ia sangat terkenal angkuh, dingin juga kejam pada semua orang di kantornya.
"Ga papa tuan, ntar aye bisa cari makan di luar." Jawab Muna dengan santainya.
Kevin merogoh dompet dan mengeluarkan selembar uang merah lalu meletakannya di atas box nasi yang sudah tandas itu.
"Nih..., beresin. Itu uang untuk kamu siang nanti cari makan." Ujar Kevin yang kemudian berdiri membawa cangkir kopinya ke arah meja kerjanya.
"Banyak bener tuan. Ini, bisa buat aye makan siang lima kali, makasih ya tuan. Semoga tuan murah rejeki, panjang umur, sehat selamat dan semua hajat terkabul, Amin." Muna tidak bisa menutupi rasa senangnya melihat uang seratus ribu yang Kevin berikan untuknya, di hari pertamanya bekerja.
Kevin menatap lucu pada wanita polos di depannya itu. Yang sepertinya tidak takut dan sungkan padanya.
"Uang ini aye terima ya tuan. Tapi ini, kaga ngurangin gajih aye ntar kan tuan?" tanya Muna mulai meragu, takut gajihnya akan berkurang.
"Tidak. Itu tips dari saya. Karena sudah makan bekal mu." Jawab Kevin yang kemudian menyesap kopi kental tidak manis sesuai pesanannya. "Pas." Batinnya.
"Terima kasih ya tuan. Aye permisi melanjutkan pekerjaan lagi." Muna kembali menarik trolly box alat tempurnya dan meninggalkan ruangan CEO tersebut
"Hei...Muna." Panggil Kevin lagi. Membuat langkah Muna terhenti dan menoleh ke arah Kevin.
"Iya tuan...?" tanyanya.
"Kopi buatan mu pas. Besok buatkan lagi. Letakan di meja ini. Dan, jangan lupa besok jangan pakai lensa biru itu. Pakai warna asli matamu saja." Ujar Kevin dengan senyum smriknya.
"Iya... Baik tuan." Ujar Muna sambil bingung dengan perkataan itu. Dan kini telah benar-benar berada di luar ruangan CEO, melangkah menuju toilet umum yang di maksudkan Cica. Kini Muna bepapasan dengan dua orang yang tampaknya akan masuk menuju ruang CEO tadi.
Muna mulai beraktivitas, membersihkan 6 ruang kotak tempat wanita dan pria membuang hajatnya.
Sambil bekerja, Muna terus saja berpikir tentang bola matanya. "Mungkin aye belum tau peraturan di perusahaan ini. Yang biji matanya kaga item, kaga boleh kerja di mari. Ntar aye beli kontak lens hitam saja." Batin Muna.
Bersambung...
...LIKE, KOMEN & VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Jumli
hahahaha 🤣
beneran mau ganti dong warna matanya 😭
2024-03-08
0
Kamiem sag
yaelah Muna ... bilangja loh ntu biji mata lu asli
2024-03-07
0
Ida Lailamajenun
ketuker gak pas muna lahir yak Ama anak bule 😂😂
2023-08-07
0