Muna memang seorang anak tunggal dari pasangan Betawi tersebut. Namun, walaupun ia anak tunggal bukan berarti Muna tumbuh menjadi anak yang manja.
Kesibukan orang tuanya sebagai penjual ketoprak, membuatnya sering berada di rumah sendiri. Yang tentu saja tidak berpangku tangan saja di rumah.
Sebab, enyak Fatime termasuk ibu yang lumayan cerewet dalam urusan kebersihan dalam rumah dan pekarangan rumah mereka.
Begitu juga dengan memasak. Enyak pasti akan ribut jika saat mereka pulang berjualan tidak ada makanan yang siap tersaji di meja makan mereka. Walaupun hanya suguhan makanan sederhana.
Karena itu, dengan usia yang tergolong muda. Muna sudah sangat apik dan pandai memasak dan mengurus rumah tangga.
Babe Rojak sempat mengalami kecelakaan beberapa bulan yang lalu, itulah sebabnya tabungan mereka terkuras untuk biaya pengobatan babe. Itulah penyebab utama mengapa Muna harus mengulur waktu untuk melanjutkan studinya.
Muna anak yang periang dan hampir tidak pernah terlihat bersedih. Dimana ada Muna, di situ selalu ada tawa hangat dari teman-teman yang bersamanya.
"Buah ketimun,
Buah kedondong.
Anak babe ngelamun,
Mikirin apa dong." Sapa babe Rojak ketika baru pulang dan mendapati anak gadisnya tengah duduk sendiri melamun di teras rumah mereka, di temani secangkir sirup merah dan beberapa biskuit.
"Eh... nyak Babe dah pulang.
Kuda besi kakinya tiga,
Lepas satu, tersisa roda.
Muna Kaga mikirin apa-apa
Hanya menanti kabar, tentang lowongan kerja." Muna membalas pantun sang babe.
"Peti emas di sambar petir,
Seorang raja memakai batik.
Muna jangan cemas dan jangan khawatir,
Entuh enyak, udah dapat kabar baik." Babe Rojak senyum terkekeh sembari masuk rumah untuk mulai membersihkan diri dan melepas lelah seharian mengais rejeki.
"Beneran Be... Horee. Nyaaak..nyaaak." suara Muna setengah berteriak mencari keberadaan enyaknya yang tadi memang lebih memilih untuk duluan masuk membawa sisa jualan mereka untuk di bersihkan.
"Apaan sih? bacot lue udah kaya petasan tahun baru tau ga Mun. Sini buruan bantuin nyak bebersih sisa jualan aje, di mari." Nyak Fatime justru lebih nyolot dan keras dari suara yang Muna keluarkan tadi.
Muna segera mendekati enyaknya, dan dengan cekatan membersihakan sisa jualan. Memisahkan bahan makanan yang mungkin saja masih bisa di makan. Juga membungkus sisa makanan yang tidak layak di makan oleh manusia. Untuk ia kumpulkan untuk bang Somad yang memiliki peliharaan bebek, yang bisa memakan sisa makan tersebut.
Kini semua pekerjaan sudah beres, mereka juga telah tampak rapi berpakaian gamis untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah, seperti kebiasaan keluarga harmonis tersebut.
Kemudian ketiganya tampak menikmati makan malam mereka. Sayur urap sambal terasi dan fuyunghai (jiah si Muna ala ala chef handal deh, bilang dadar telur saja belagu🤭)
"Mun besok kalau kuliah kamu ambil jurusan apa?" tanya Babae di sela makan mereka.
"Ekonomi Be. Muna mau kerja di kantoran." Jawabnya dengan lantang.
"Tapi kalo babe pandang, Muna lebih cocok memperdalam ilmu tata boga. Masakan Muna selalu enak, artinya Muna berbakat di bidang ini." Lagi babe memberi saran yang tidak di butuhkan oleh Muna.
"Kalau masak mungkin hobby Muna aja be. Tapi kalo impian Muna tuh, mau yang pagi-pagi berangkat kerja di kantoran. Pake baju rapi, pulang sore. Gitu Be." Jawab Muna menyatakan keinginannya.
"Tadi enyak ketemu sama bang Idris. Langganan ketoprak di warung. Katanya kantornya masih membuka lowongan pekerjaan. Tapi hanya sebagai OB. Jika Muna tidak malu bekerja di sana, bisa untuk cari pengalaman." Kali ini nyak berbicara dengan nada yang lempeng.
"Beneran nyak... Alhamdullilaah. Kapan Muna boleh mulai bekerja nyak?" Muna kegirangan.
"Muna... kamu tau kerjaan OB itu apaan?" tanya enyak yang heran melihat tingkah anak gadisnya yang begitu polosnya menerima tawaran kerja tersebut tanpa beban.
"Iya Muna tau. Itu pan, yang kerjanya bebersih di kantor, nyapu, ngepel, nyuci yang kayak pembokat kan nyak. Tenang anak enyak kaga bakalan bikin malu, kalo cuma kerja kayak gituan."
"Nyak percaya akan kemampuan elu Mun. Sebab, Nyak udah sering kasih elu pelatihan di rumah ini pan." ucap Nyak Fatime bangga pada dirinya.
"Entuh bukan pelatihan nyak... tapi siksaan hidup. Wkwkwk..." Muna meledek ujaran nyaknya tadi.
"Segala siksaan. Itu tuh bekal buat hidup Muna. Mau di mana saja dan kapan saja, itu pekerjaan wajib yang ntar tunggu di dalam lobang kubur aje, baru ga di lakuin. Mangkanya nyak kagak pernah bosan dan lelah ingetin elu, untuk disiplin dalam menjaga kebersihan rumah dan lainnya. Nah.. besok pas udah jadi OB sangat berguna pan." Nyak Fatime terus saja membela dirinya, yang bahkan terkesan kejam jika korek api saja geser dari tempat yang seharusnya bertengger.
"Iye enyak Muna yang baik hati dan tidak sombong. Jasamu tiada tara, berkat enyak Muna menjadi pandai dalam segala hal. Terima kasih nyakku sayang." Muna tidak ingin terus berdebat dengan makhluk wanita cerewet yang sangat amat di hormati dan di sayanginya tersebut.
Babe, tersenyum haru melihat dua wanita kesayangannya itu tiba-tiba terlihat akur dan saling mesra.
Sesekali terlihat babe mengusap matanyanya yang secara tidak sadar mengembun akibat air yang sedikit tergenang di pelupuk matanya.
Kicauan burung tetangga terdengar riuh rendah, yang beradu di antara beberapa sangkar yang lebih dari 10 itu. Membuat suasana pagi Muna lebih sempurna, di tambah lagi sembulan matahari yang tampak naik perlahan dengan malu malu. Seolah ingin menyapa Muna, memberikan kehangatan pada sepotong hati Muna yang berkobar untuk memulai aktivitas paginya, bersiap menuju perusahaan Mahesa yang di infokan oleh bang Idris.
Bang Idris adalah tetangga orang tua Muna sebelum pindah ke komplek ini. Yang secara tidak sengaja bertemu kembali saat membeli ketoprak yang berjualan tidak jauh dari area perusahaan Group Mahesa tempat Idris bekerja.
Kemarin, tepatnya dua minggu setelah Muna mengutarakan keinginannya untuk bekerja, maka babe dan nyak nya pun memberanikan diri membuka mulut untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijazah yang anak mereka miliki.
Berat bagi kedua orang itu untuk merelakan putri semata wayang mereka harus ikut bekerja banting tulang demi mengumpulkan pundi-pundi untuk persiapan kuliahhnya.
Tetapi, mereka tidak punya pilihan. Kecuali menengadahkan tangan, meminta serta memohon pada yang maha kuasa, untuk selalu melindungi Muna di mana saja. Agar terhindar dari marabahaya, celaka atau pula fitnah yang sangat kejam. Cukuplah baginya memilki kedua orang tua yang tidak kaya, namun jangan lah lagi kiranya kesialan hidup menimpa anak gadis kesayangan merekaa tersebut.
Muna mencium hormat punggung tangan babe dan nyak. Saat telah siap berangkat ketempat kerja. Berbekal nota dari bang Idris juga membawa sebuah bekal dalam ransum, Muna pun berangkat dengan motor Scoppy merahnya. Dengan bersiul-siul karena suasana hatinya benar- benar bahagia.
Bersambung...
...KOMEN, LIKE & VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Kamiem sag
senang dgn keakraban keluarga kecil babe Rojak
2024-03-07
0
aku mampir kak.. ninggalin jejak dulu nanti lanjut baca lagi🌹
2024-03-03
0
Sahabat Senja
aku baru pertama kali baca cerita ada unsur Betawinya 😆😆. Seruuu
2024-02-21
1