Kevin menahan tawanya sendiri melihat ekspersi wajah kelima OB di hadapannya. Ia menyadari betapa bawahannya tersebut segan padanya.
"Muna, ikut ke ruangan saya." Muna mendongakkan wajahnya ke arah suara yang memberi perintahnya tersebut. Mengangguk kecil serta melangkahkan kakinya mengikuti tubuh yang sejak mengakhiri ucapannya tadi berlalu meninggalkan mereka.
Sementara Vera dan Monik memberi isyarat agar Muna tetap selalu semangat untuk menghadapi bos mereka itu.
"Siap tuan Kevin." Muna melangkah tidak dengan tangan kosong, melainkan selalu membawa serta peralatan tempurnya. Ia tau pasti Kevin memintanya untuk membersihkan bekas makannya tadi siang.
Tanpa di perintah, setelah ia memasuki ruangan itu. Muna segera meraup piring bekas makan di sana yang bersih tanpa sisa. "Ya Alloh ini tadi yang makan orang apa setan yak. Sampe bersih ga bersisa kayak gini. Perasaan tuh makanan cukup buat lima orang. lah ini, tandas. Luar biasa. Doyan atau bener lapar ...?" Muna bergumam panjang dalam hatinya. Mana berani ia mengeluarkan suaraa hatinya bisa-bisa ia langsung di pecat oleh bos galak di depannya itu.
Kevin duduk di kursi kerjanya, niat hati ingin menyelesaikan memeriksa berkas yang akan di tandatanginya. Tetapi syaraf otaknya selah mengajak matanya untuk tidak berhenti memperhatikan Muna yang sedang asyik bekerja.
"Cekatan sekali gadis ini bekerja. Seketika ruanga ini bersih dan wangi. Apa aku harus mencoba ide dari Ferdy untuk mulai membuka hati untuk gadis yang sepertinya baik ini. Tapi... dia hanya OB. Dan..." Belum selesai Kevin bermonolog dalam hatinya ia dii buyarkan oleh suara Muna yang mohon pamit padanya.
"Maaf tuan, sudah selesai. Aye permisi." Suara itu penuh hormat lagi ramah.
"Belum. Kamu belum boleh meninggalkan ruangan saya. Masih ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan padamu." Ucap Kevin.
Muna berdiri sejajar di dekat pintu keluar menghadap meja kerja Kevin. Dengan perasaan yang bekecambuk tiak karuan, tidak mengerti hal apa lagi yang akan di tanyakan oleh tuan galak di depaannya tersebut.
"Ada apa tuan?" tanya Muna sebab lumayan lama ia berdiri, Kevin belum ga melemparkan pertanyaan padanya, hanya sibuk menggulirkan layar pipih di tangannya.
"Sudah berapa lama saya makan masakkan buatanmu?" Suara itu terdengar tegas.
"Lebih dari sebulan tuan. Sama dengan lamanya aye kerja di mari."
"Apa kamu ingat dengan semua menu yang pernah kamu buat selama itu?"
Muna mengeryit kedua alisnya, demi mendengar pertanyaan yang aginya aneh tersebut.
"Kenapa bingung?
Apa kamu ingat sudah berapa uang yang pernah saya berikan padamu untuk menyiapkan makanan itu?" Pertanyaan Kevin kini lebih mendetail dan menjurus pada urusan keuangan.
"Oh. Uang yang tuan berikan. Sebentar." Muna menjawab ambil mendekati trolly box alat tempurnya. Disana selalu ada tas selempang yang sengaja selau letakkan di sana.
Kevin mengikuti saja arah tubuh itu bergerak, yang memang tidak keluar dari dalam ruangannya.
Muna kembali meletakkan tasnya pada tempat semula. Setelah di tangannya sudah memegang sebuah kertas berukuran kecil namun panjang, lebih mirip sebuah kertas kerpean anak-anak yang besok mauu ulangan harian.
"Permisi tuan, ini semua catatan pemasukan dan pengeluaran sejak pertama tuan kasih uang sama Muna. Seratus ribu pan, buat ganti makan siang Muna. Karena bekal Muna tuan embat. " Muna melupakan rasa hormatnya.
Kertas panjang itu sudah berpindah tangan. Giliran Kevin yang mengeryit bingung dengan rincian keuangan yang begitu detail di buat oleh Muna.
Tidak ada dalam bayangan Kevin jika anak baru lulus SMA ini mampu menulis secermat ini. Yang membuat Kevin malu adalah justru uang yang ia serahkan tidak sesuai dengan yang di gunakan. Dengan kata lain. Muna yang nombok.
"Kenapa kamu buat catatan begini? Kamu mau nagih saya di akhir bulan?" Tuduh Kevin yang sesungguhnya salah tingkah karena ia yang telahh memakan gajih Muna.
"Kaga tuan. Muna iseng saja. Dan ingin melatih diri Muna dalam membuat suatu catatan keuangan. Muna selalu begitu. Pengeluaran dan pemasukan keperluan Muna juga selalu Muna buat begitu. Muna sangat ingin menjadi pegawai kantoran yang ngurus-ngurus hitungan duit tuan." Ucapnya sambil menunduk.
"Kalau dilihat dari catatan ini, berarti saya dong yang ngutang sama kamu." Kevin benar telah meneliti semua dengan cepat dan cermat.
"Itu hanya catatan tuan, sumpe deh... kaga maksud pengen nagih tuan. Catatan belanja bersama teman OB selama ini, juga ada Muna tulis di buku lain, tuan mau lihat?" tawar Muna yang memang tulus dan tidak dii buat-buat.
"Tidak... tidak. Buat apa aku ikut campur urusan kalian." Jawab Kevin yang telah terlihat merogoh kantong celananya. Mengabil dompet dan ternyata tidak mendapati uang tunai didalamnya.
"Sini, ambil ini." Menyodorkan sebuah kartu sakti yang isinya pasti lah sangat fantastis. "Pinnya, 30 tiga kali. Saya ga mau keutang sama kamu. Dan gunakan semau kamu isi di dalamnya. Kalo perlu beli perlengkapan masak yang kebih lengkap lagi taro di pantry. Kali aja kamu bisa bikin kue atau apa gitu ngisi waktu luang, jika kerjaanmu udah selesai." Entah Kevin merasa percaya begitu saja meyerahkan kartu ATMnya pada Muna begitu saja.
"Kaga berani tuan. Itu isinya pasti banyak pan?" tanya Muna dengan polosnya.
"Ya iyalah banyak, kamu ga tau betapa gajih saya sebagai CEO?" Kevin sengaja menyombongkan dirinya.
"Uang tunai saja kalo ada. Kalo kaga ada. Biarin besok besok aja, tunggu tuan udah ambil uang. Tapi, kalo itu tuan kasih ke aye. Nanti jajan tuan pegimane?"
Dalam hati Kevin kegelian sendiri melihat keluguan gadis cantik bertampang bule di depannya. Rupanya gadis ini tidak begitu menyadari betapa kaya rayanya pria yang sedang bicara dengannya.
"Ni...kamu bisa liat sendiri. Saya masih punya banyak kartu model begituan. Dan yang untuk kamu, itu isinya yang paling sedikit."
"Buju busyeeet dah. Itu ada isinya semua atau cuma pajangan tuan." Muna leceplosan hingga menganggap Kevin setara Jali, Koco, Vera dab Monik teman sejawatnya.
"Ya adalah masa buat hiasan dompet doank. Sana buruan ambil dan bawa. Jangan lupa, lunasi hutang saya sama kamu. Lalu belanja buat makanan besok. Sekarang juga kamu boleh keluar dan boleh langsung pulang."
"Tapi tuan ini belum jam 2 siang. Belum waktunya pulang." Bantah Muna.
"Masih ada kerjaan? Segera selesaikan. Kalau beres. Pulang, ini perintah." Kevin sudah berjalan dan mengipas ngipaskan tangannya seolah mengusir Muna dari dalam ruangannya tersebut.
Kevin menatap punggung gadis itu dengan segala pikiran angkuh yang mulai goyah. "Apakah Muna gadis yang berbeda dari wanita-wanita yang hanya mengejar hartaku saja? Tapi, ah dia mungkin hanya karena masih muda. Belum tau kejamnya dunia dan segala lika liku dan kerasnya hidup. Sehingga ia tidak terlihat maruk dan matre. Tapi... mari kita lihat, seberapa kuat ia mengisap isi ATM yang kuberikan padanya tadi. Jejak penarikan uang itu tentu akan membuktikan seberapa matrenya dia." Gumam Kevin licik.
Bersambung...
#Yang ga nolak di kasih ATM sama CEO, mana jempolnya😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Jumli
oh, kirain benaran baik.
ternyata karena untuk percobaan🙄
2024-03-08
1
Kamiem sag
sabar ya Mun punya bos sombong
2024-03-07
0
Ida Lailamajenun
ente kasih black card aja pasti kluar nya gak jauh dari 200rb klu muna yg pegang atm nya 😂😂
2023-08-08
0