"Tuh kan... pasti kamu memang naksir dia, di pancing begitu saja sudah mau main pindah saja. Ini juga baru selesai kontrak kerjanya."
"Idemu benar-benar brilliant Fer." Jawab Kevin.
"Tidak semudah itu kawan, sedangkan di perusahaan kita masih banyak pegawai berstatus magang, belum di angkat karena kita harus benar-benar menyeleksi pegawai kita dengan benar sesuai kemampuanya. Bos macam kamu kalau di turutin, bisa hancur perusahaan ini. Kamu enak ga punya tanggungan, lah kami...? ntar anak bini mau di kasih makan apa, kalau jadi gembel di jalanan." Terang Ferdy.
"Ia pa Ustad. Terserah kamu saja. Dah... aku mau tidur, ngantuk." Jawab Kevin menutup sambungan telepon itu.
Ferdy hanya menggendikkan bahunya. Sungguh ia kehilangan sosok seorang Kevin yang ia kenal sejak dulu adalah pribadi yang hangat, cerdas juga baik hati. Sungguh kepahitannya pada sang ayah membuatnya berubah menjadi pribadi yang sedikit bo doh dan acuh dengan apapun. Bahkan kini kantor itu bagai rumah baginya, jarang sekali ia pulany ke rumah, atau pulang ke apartemennya. Entah sampai kapan dan apakah yang dapat menyadarkannya.
Sesuai pesan Kevin, untuk besok Muna harus membawa bekal, maka dengan uang yang di berikan Kevin, Muna pun singgah ke pasar terlebih dahulu, ia tampak sibuk memilih box makanan yang menurutnya lucu dan sesaui kegunannya, untuk ia gunakan meletakan bekal untuk pak bosnya.
Muna mengakui betapa Kevin adalah pria dewasa yang sangat tampan. Namun, minus akhlak. Betapa tidak, di hari pertama bekerja saja ia sudah di suguhkan dengan perbuatannya yang tidak senonoh.
Tetapi prinsip Muna, selama Kevin tidak melecehkannya, ia akan dengan senang hati bekerja di perusahaan itu, sebab gajinya memang lumayan besar bagi seorang Muna yang masih hidup dan tinggal bersama kedua orang tua yang di sayanginya.
Pagi-pagi sekali, selesai menjalankan sholat subuh. Muna sudah tampak sibuk di dapur untuk menyiapkan bekalnya.
"Anak perawan enyak rajin banget niih." celetuk nyak Fatime saat melihat anak gadisnya sudah sibuk di dapur ngalahin kokok ayam jantan.
"Iye nyak... Muna takut kelaparan kaya kemaren. Jadi Muna bawa bekal banyak dah mulai hari ini." Jawab Muna pada nyak.
"Banyak duit loe Mun...? belanjaan loe udah ngalahin emak-emak komplek aje." Teliti enyak, melihat stok bahan makanan yang Muna letakkan di kulkas.
"Entuh... kemaren temem Muna ikut makan bekal Muna. Jadi hari ini, Muna di suruh bawa lagi. Kemaren dia nitip uangnya buat belanja." Bohong Muna.
"Rugi Mun kalo gitu. Dari pada elu di titipin uang, mending lu jualan aja di sono, untungnya pan pasti lebih gede dari pada cuma di titipin macam ini."
"Otak nyak kaga jauh-jauh dari dagang deh. Malas ah nyak. Kerjaan di kantor tuh banyak nyak, kadang ga sempat duduk, udah di panggil lagi kerja di ruangan lainnya."
"Waah... bakal banyak dapat duit lembur dong kalo kerjaannya bertambah Mun."
"Kaga tau ah nyak, ini baru mau 2 hari kerja pan, mana Muna tau duit lembur dan apa-apa gitu."
Muna sudah menyelesaikan pekerjaan dapurnya, kebiasaan Muna memang selalu membersihkan bekas ia memasak, atau semprotan kemarahan enyak yang akan dia terima. Sehingga Muna terlatih dan terdidik menjadi seorang anak yang pembersih dan tuntas dalam melakukan pekerjaannya.
Kali ini, Muna berangkat semakin pagi, masih dengan setelah pakaian rapi, dengan sepatu kanvas merah hati, tas slempang yang isinya dompet, sisir juga kontak lens hitam yang kini harus menjadi asesoris andalannya saat bekerja di perusahaan itu.
Tidak lupa paper bag berisi kotak bekal untuknya dan Kevin ia kaitkan pada leher motornya.
Setelah pamit pada kedua orang tuanya, ia pun berangkat keperusahaan.
Suasana masih sangat sepi, waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Muna tidak pernah berpikir tentang bidang atau divisi apa yang ia bersihkan. Baginya yang penting semua ruangan itu harus bersih sebelum penghuninya datang. Muna juga tidak memikirkan akan pembagian ruangan yang mana yang ia kerjakan, baginya mengerjakan semuanya adalah hal yang menyenangkan.
Muna tidak peduli dengan jadwal dan nama-nama yang tertera di jadwal itu, pokoknya, semua ia libas, tujuaannya agar semuanya cepat bersih dan segera bersantai ria dengan sesama OB.
Semua toilet di lantai 37 sudah wangi bersih dan keset. Waktunya untuk membersihkan ruangan Kevin. Muna teringat pesan Kevin, agar mulai hari ini ia wajib membuatkan kopi untuk Kevin.
Maka, dengan bersenandung ceria Muna pun mendorong trolly boxnya menuju ruangan Kevin si pak bos.
Sepi namun tidak terkunci.
Dengan segera Muna meletakan secangkir Kopi di atas meja Kevin, dan meletakan kotak makanan di atas meja kerjanya.
Kemudian melanjutkan pekerjaannya membersihkan meja yang kelihatan berantakan. Menyapu dan mengepel lantai di sana, sampai benar benar tidak ada debu yang menempel di area tersebut.
Semua sudah Muna lakukan dalam sekejap kurang lebih 30 menit, kini tiba saatnya Muna membersihkan ruang pribadi Kevin yang ada di belakang kursi kerjanya.
Braaaak...
Byuuur
Gayung berisi air dan pewangi itu jatuh dan tertumpah dengan sukses dari tangan Muna, saat ia melihat adegan tidak senonoh. Membuat lagi lagi matanya ternoda.
Muna segera berbalik, tak tahan melihat pergulatan dua insan yang sudah di penuh naf su. Tanpa ada sehelai kainpun menutupi kedua tubuh polos yang sedang bercinta di atas ranjang besar itu.
"Mun... pengaman. Ambilkan pengamanku. Ternyata di sini juga sudah habis." Perintah Kevin, yang menyadari ada Muna di depan pintu ruang pribadinya.
"Ii... iya pak Bos." Jawab Muna segera mengambil pengaman yang di maksud. Lalu memberikannya pada Kevin, dalam keadaan sudah terbuka.
Muna tidak bisa langsung meninggalkan ruangan itu, sebab ia juga harus mengeringkan tumpahan air pewangi yang menggenang di depan pintu ruangan itu.
Maka dengan cueknya Muna membelakangi adegan lak nat itu agar tetap bisa bekerja.
"Sayang... sampai kapan kita bermain dengan pengaman ini terus. Aku sudah sangat siap melahirkan anak dari mu sayang. Percayalah kamu satu-satunya lelaki yang membuat ku jatuh cinta." ujar wanita yang berada di bawah tubuh Kevin.
"Jika kamu mencintaiku, itu urusanmu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menyiram rahimmu dengan bibit unggulku ini." ucap Kevin kembali menggenjot aktivitas yang tertunda karena terjeda untuk memasang pengaman tadi.
"Tapi sayang... aaacchh... mmmpph aaah Keviiiin dahsyat. Aku benar benar candu akan belaian dan hentakan-hentakanmu ini sayang. Aaahhh mengapa kamu selalu luar biasa sayang... mmbleeeph." Rintih wanita itu terdengar sangat menikmati permainan Kevin.
Muna sesekali melirik melihat aksi kedua manusia di ruangan itu. Aliran darah Muna naik turun tak karuan, melihat adegan itu secara langsung. Sungguh nampak di mata Muna, betapa wanita di bawah Kevin itu, penuh n@f_ su dan sangat menikmati semua yang Kevin lakukan padanya, bahkan berkali-kali kepala Kevin dia tarik dan ia tahan dibagian tengkuk, demi untuk merapatkan bibir mereka.
Kevin berdiri sambil terkekeh melihat wanita yang telah di gagahinya itu, nampak kelelahan meladeni aksinya, yang entah sejak kapan mereka lakukan di dalam ruangan pribadi Kevin itu.
Kevin merogoh saku celana yang ia gantung di dinding. Kemudian melempar 3 ikat uang merah.
"Nih... yang terakhir. Aku bosan dengan permainanmu yang begitu-begitu saja. Kamu sudah longgar!!!" Jawab Kevin sambil masuk ke dalam kamar mandi di ruangannya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Jumli
habis manis ampasnya di buang.
pepatah ini sangat cocok😬
2024-03-08
0
Kamiem sag
sabar ya Mun tutuo matamu biar gak katarak😀😂
2024-03-07
0
Ida Lailamajenun
yah longgar klu dah dicoblos trus 🤣🤣 kapan tobat nya pak bos nih
2023-08-08
0