Malam itu, Dania tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia merasa sesuatu seperti menghujam hatinya berkali-kali hingga rasanya Dania tidak ingin hidup lagi untuk hari esok.
Pernikahan yang sejak awal tidak pernah ia inginkan dan selalu di hindari oleh Dania, kini benar-benar terjadi dan itu begitu melukai dirinya. Andai saja, sejak awal Dania tahu bahwa laki-laki yang telah ia beri janji di depan makam kedua orang tuanya adalah Nino, maka tentu kisahnya akan berbeda. Setidaknya itulah pikir Dania. Namun, nasi sudah menjadi bubur dan tak mungkin kembali menjadi beras. Dania hanya bisa menikmatinya walaupun semua itu hambar baginya.
"Aku telah bersusah payah untuk membuka hatiku dan menerima om pedofil itu untuk menjadi suamiku meski dia jauh lebih tua dariku, tapi ternyata dia hanya seorang supir yang di tugaskan untuk mempermainkan aku dan menjadikan aku lelucon untuk tuannya. Selera humor mereka begitu menyedihkan!" gerutu Dania seraya kembali terisak pelan.
Pikiran Dania melayang entah kemana. Ia membayangkan hari-harinya di asrama yang terlewati tanpa memikirkan masa depannya dan hanya memikirkan bagaimana caranya untuk pulang kembali ke keluarganya.
"Kalau aku tahu akan seperti ini, lebih baik aku tetap tinggal di asrama. Biarkan saja om pedofil itu berubah menjadi kakek pedofil. Aku tidak perduli!" umpat Dania kesal.
Karena kemarahan dan ocehannya, akhirnya Dania merasa mengantuk. Tanpa sadar Dania tertidur hingga ia mendengar sesuatu yang memaksanya untuk membuka matanya.
"Saat ini aku hanya bisa mengkhayal tentang dirimu, tapi aku sangat berharap jika kau akan mengerti betapa aku sangat mencintaimu, Moony. Astaga! Aku begitu merindukan kehadiranmu hingga aku pun berhalusinasi bisa menyentuhmu."
Sebuah sentuhan membangunkan Dania. Meskipun kesadarannya belum sepenuhnya kembali, tapi Dania bisa menebak jika yang baru saja menyentuhnya adalah Nino karena aroma parfum dari tubuhnya yang mulai di kenali oleh hidung Dania.
'Apa yang dia inginkan sekarang? Apa yang harus aku lakukan agar dia menjauh dariku.' Batin Dania, masih dengan mata yang terpejam.
Tiba-tiba sebuah ide melintas di pikiran Dania, ia pun menggeliat dan mengerang untuk mengelabui Nino. Benar saja, pria itu segera pergi dan menjauhi Dania. Namun, lagi-lagi pria itu membuat Dania sedikit merasa tidak nyaman.
"Maafkan aku, Moony!"
Nino berlalu meninggalkan Dania tanpa menoleh kembali, sementara Dania hanya menatap punggung Nino yang menghilang di balik pintu.
"Teruslah meminta maaf! Semoga saja hatiku masih memiliki ruang untukmu. Jika itu mungkin!" harap Dania, kemudian beringsut turun dari tempat tidur.
Dengan cekatan Dania merapihkan tempat tidurnya dan juga beberapa hiasan yang menurutnya begitu mengganggu.
Baru saja Dania akan keluar dari kamarnya untuk menghirup udara segar pagi hari, tiba-tiba ponselnya berdering.
"Kakak?" Dania mengerutkan dahinya ketika melihat ternyata Deta yang menghubunginya sepagi ini. "Hallo, Kak!" sapa Dania, setelah panggilannya tersambung.
"Selamat pagi, Sayang! Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak ?" tanya Deta di seberang panggilan.
Dania tersenyum kecut. "Cukup baik, Kak."
"Syukurlah! Dengar, Sayang, lakukan tugasmu dengan baik sebagai seorang istri dan tunjukkan bahwa putri-putri tuan Danang Riady adalah putri yang terdidik juga bertanggungjawab." ucap Deta begitu bersemangat.
'Aku mengerti apa yang coba kakak sampaikan.' Batin Dania. "Baik, Kak!"
Begitu panggilan terputus, Dania rasanya ingin terbang bersama angin hingga terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni hingga ia tak bisa lagi kembali ke tempat ini.
Dania menghela nafasnya yang terasa berat. "Kau hebat, Om pedofil! Kau tahu kelemahan dan kekuatanku. Kalau sudah seperti ini, bagaimana aku akan melawanmu!!!"
***
TING ... TING ... TING ...
Dentingan sendok yang beradu dengan piring sebenarnya begitu mengusik telinga Dania. Ia tidak menyukai keheningan ini, tapi Dania juga sudah bertekad untuk membuat Nino mengerti bahwa ia bukanlah wanita lemah.
"Moony, apa rencanamu hari ini?" tanya Nino, setelah meletakkan sendoknya.
'Kau pikir apa? Hah! Aku sudah tidak memiliki rencana masa depan sejak kau masuk ke dalam hidupku.' Umpat Dania dalam hati.
Dania tetap bungkam dan hanya menatap lekat wajah Nino yang tampan.
Nino menarik nafasnya panjang. "Kalau begitu, kau bisa ikut denganku ke kantor. Setelah itu, kita akan pergi menemui kakakmu."
'Kakak? Tidak! Aku belum siap bersandiwara di depan kakak.' Batin Dania cemas. "Tidak!" jawab Dania akhirnya, terdesak keadaan.
Sudut bibir Nino menarik sebuah senyuman. "Bagaimana jika kita berjalan-jalan? Atau shopping?"
Mata sipit Dania membulat sempurna, tapi ia tidak ingin menunjukkan pada Nino bahwa ia begitu ingin melakukan hal itu.
Dania hanya berdeham, kemudian membereskan piringnya dan juga piring Nino yang telah kosong.
Kembali Nino tersenyum. "Aku artikan itu sebagai persetujuanmu, Moony. Ingat! Dua jam lagi aku akan menjemputmu."
Setelah mengatakan hal itu, Nino langsung berdiri dan pergi ke kantornya.
"Dasar om pedofil tidak tahu malu!"
***
Ruang kerja CEO Da Nino Corp sedikit sibuk pagi ini karena ulah Nino. Ia memerintahkan sekretarisnya untuk melakukan rescehdule jadwalnya untuk beberapa hari ke depan.
"Sudah selesai?" tanya Nino tidak sabaran.
"Sedikit lagi, Tuan," jawab Liza tenang.
Nino mulai gusar ketika melirik jam di tangannya. "Aku tidak punya banyak waktu, Liza. Cepat! Apakah ada berkas yang harus aku tanda tangani lagi?"
Liza menoleh sesaat dan tersenyum kaku. "Sabar sebentar, Tuan! Setelah ini anda bisa bersenang-senang dengan nyonya."
"Kau mengejekku, Liza?" sergah Nino dengan wajah memberengut.
Liza menggelengkan kepalanya. "Saya tidak berani, Tuan."
"Kau tidak berani saja masih bisa mengejek, apalagi jika kau berani." Nino mendengus sebal.
"Siapa yang berani mengejek pengantin baru di sini?" lontar seseorang yang belum terlihat wujudnya.
Nino mengernyit, kemudian mencebik. "Ricky!"
"Ya, aku! Siapa lagi?" Ricky tertawa bahagia.
Wajah Nino yang kusut membuat Ricky langsung mengerti dan meminta Liza untuk keluar. "Liza, tolong buatkan aku jus seperti biasa!"
"Baik, Tuan," jawab Liza seraya meninggalkan ruangan.
Ricky menjatuhkan tubuhnya di sofa dan menatap Nino penuh curiga. "Sesuatu telah terjadi?"
"Terjadi sesuatu akan lebih baik." Nino menatap nanar ke luar jendela kantornya.
Tangan Ricky memijat pelipisnya. "Aku sudah puluhan tahun mengenalmu, tapi terkadang aku masih sulit memahami bahasamu itu."
Nino menoleh dan terkekeh. "Itu bahasa kalbu!"
"Dulu kau mengatakan itu bahasa musisi. Buktinya walaupun kau sudah pensiun, tapi kau tetap memakai bahasa yang sulit aku mengerti!" keluh Ricky dengan kepala bersandar ke sofa.
"Ky ...," Nino menghampiri Ricky yang menatapnya bingung. "Apakah sebuah ikatan bisa begitu menyakitkan?" tanyanya.
Ricky menatap wajah Nino yang begitu serius. "Tentu saja! Jika ikatannya terlalu kuat."
"Jika seperti itu, maka aku harus mengendurkan ikatan yang terlalu mengekang ini ...."
Hah?
Hallo semuanya 🤗
Bantu share cerita ini ke teman-teman yang belum kenal Da Nino 'ya supaya semakin banyak yang kenal mereka berdua 🙏😘
Jangan lupa di tap jempolnya 👍🏻dan tinggalkan jejak 👣👣 kalian di kolom komentar 👇🏻sertakan votenya juga 'ya 😍 untuk author amburadul kesayangan kalian ini 😘
I ❤ U readers kesayangan kuhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Noona Han
Wkwkwk lucu si dania sama om pedofil 😅😂 pdahal katanya nino masih keg 10th lalu tp dania melupakan itu,ais memang mungkin gak kepikiran buat nikah sama om nino ya 🤣🤣 harusnya agak2 inget biar gk sakit dania,, sakit y nino dilupakn smpe mikir supirnya itu nino
2021-07-23
1
Rinine Gendut
jngan dibuat berpisah y kakak ...om Nino ma moony....tetap semangat untuk berkarya...bintang 5 selalu tukmu Thor
2021-07-16
1
🍭ͪ ͩ𝐀𝐢𝐬𝐲𝐚𝐡👙B⃠ikini
lanjud up lagi dunk....akak😁😁😁.
cemungut...
2021-07-16
2