Alunan musik sendu dan romantis di sebuah restoran ternama mulai mengiringi langkah Dania yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Nino. Degup jantungnya berpacu begitu cepat hingga telinganya sendiri bisa mendengar pacuan di dadanya itu.
Ketika akan sampai di sebuah meja, Dania melihat seorang pria setengah baya yang tengah duduk seorang diri seperti tengah menanti seseorang.
"Tolong katakan padaku jika pria itu bukanlah om pedofil!" gumam Dania, mulai merasakan kengerian jika harus hidup dengan pria tua membosankan seperti itu.
Maju mundur langkah kaki Dania karena keraguan yang seolah menyergapnya. Walaupun Deta sudah meyakinkan dirinya, tapi kekhawatiran Dania semakin bertambah ketika ia melihat sendiri bagaimana wujud nyata om pedofil saat ini.
"Ternyata ... Selama sepuluh tahun ini telah banyak yang berubah." Dania tak bisa mengedipkan matanya melihat sosok yang di pikirnya adalah Nino.
Cukup lama Dania menatap pria itu hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari restoran tersebut.
"Sekarang aku memiliki alasan untuk menolak om pedofil! Setidaknya aku sudah bertemu dengannya, walaupun dia tidak menyadarinya ...."
***
TUT ... TUT ... TUT ... KLIK!
Rasanya Dania ingin sekali membanting ponselnya karena tak juga menghubungkan dirinya dengan seseorang yang ia rindukan.
"Dimana sebenarnya dirimu, Kak?" lirih Dania seraya melihat potret Gibran di ponselnya. "Aku ingin bicara padamu. Aku ingin mengatakan bahwa aku akan segera memutuskan perjodohan ini dan kembali kepadamu. Seharusnya saat ini kita sedang makan es krim untuk merayakannya, tapi apa yang terjadi? Sejak aku kembali ke negara ini, kau seolah sudah tidak peduli padaku. Apakah yang di katakan pangeran benar? Jika kau menjagaku hanya karena dia membayarmu untuk melakukan pekerjaan itu?" ocehnya.
Tak terasa air mata Dania mulai meluncur bebas dari matanya. Ia bahkan tidak peduli jika ada yang menatapnya karena baginya lebih baik menangis daripada ia harus mengamuk di tengah keramaian seperti ini.
"Tissue?" ucap seseorang, di barengi sekotak tissue yang mendarat di pangkuan Dania.
Sebelum tahu siapa yang menawarkan tissue, Dania lebih memilih untuk menghapus air matanya dengan tangannya sendiri.
Ketika Dania menoleh, ia melihat seorang pria yang nampak tidak asing baginya. "Kau?"
Pria itu tersenyum. "Iya, ini aku!"
"Tunggu sebentar! Aku harus mencari dirimu dalam ingatanku." Dania memejamkan matanya dengan dahi yang berkerut cukup dalam. "Ah, iya, aku ingat! Kau pria yang mencoba menolongku di perusahaan om pedofil waktu itu bukan?" tanyanya.
'Hah! Akulah om pedofilmu, Moony.' Batin Nino pasrah.
Andai saja Nino bisa, ingin rasanya ia mengaku bahwa ia adalah Nino Ferdinan. Om pedofil yang sangat di benci Dania, bahkan tanpa melihatnya. Namun, Nino seolah memiliki firasat lain tentang masalah ini.
"Benar, Nona! Aku memang orang itu." Nino tersenyum kaku. "Apa yang kau lakukan disini? Menangis sendirian?" tanyanya penasaran.
"Menurutmu, apa aku harus menangis beramai-ramai?" sungut Dania.
Bukannya marah, Nino justru tertawa mendengar kemarahan dalam ucapan Dania. "Setidaknya, kau bisa mengajakku untuk ikut serta menangis bersamamu. Bukankah suara yang di timbulkan juga akan bervariasi?"
"Kau pikir tangisan itu instrumen musik!" ketus Dania, kali ini sedikit di bumbui tawa.
"Bisa jadi!" sahut Nino, kemudian tertawa hingga matanya tak terlihat.
Meskipun awalnya enggan, tapi entah mengapa Dania juga akhirnya ikut tertawa dan melupakan kesedihannya.
Beberapa saat sebelumnya ...
Nino baru saja mendapatkan telepon dari Ricky jika Dania ingin bertemu dengannya, tapi saat itu Nino tidak bisa langsung menemui Dania karena ada urusan bisnis. Merasa harus ada yang menyambut Dania, Nino pun memutuskan supirnya untuk menggantikan dirinya menyambut Dania agar wanita itu tidak merasa di acuhkan.
Namun, ketika Nino sampai di restoran yang telah di tentukan Ricky, ia melihat Dania berlalu keluar dengan tergesa-gesa. Untuk memastikan segalanya berjalan dengan baik, Nino menghubungi supirnya.
"Maaf, Tuan, tapi nona muda Riady belum datang sampai sekarang."
Mendapatkan jawaban seperti itu membuat Nino mengerti satu hal.
"Aku rasa Moony telah salah berpikir," ucap Nino seraya tersenyum geli.
Bergegas Nino menyusul Dania yang berjalan ke arah taman yang tidak jauh dari restoran tersebut.
Sesampainya di taman, Nino mengedarkan pandangannya dan menangkap sosok Dania yang tengah menangis seorang diri. Hati Nino terasa sesak karena teringat kejadian sepuluh tahun yang lalu, saat dimana Dania mengetahui tentang siapa dirinya.
"Kenapa semua ini terulang lagi, Moony?" lirih Nino pilu seraya mengepalkan tangannya. "Apa yang harus aku lakukan kali ini? Haruskah aku menawarkan balon padamu seperti dulu? Tidak! Kau sudah dewasa sekarang, bahkan saat itu pun kau menolaknya."
Ketika pikirannya berkecamuk, Nino teringat sesuatu dan segera berlari ke arah mobilnya untuk mengambil sesuatu.
"Ini dia!" seru Nino, mengambil sekotak tissue yang ia beli sebelumnya. "Lakukan tugasmu dengan baik, Tissue! Hapus air mata Moony untuk selamanya."
Flashback off ...
"Siapa namamu, Tuan?" tanya Dania, setelah ia mampu mengontrol emosinya.
Nino nampak ragu dan juga bingung. "Namaku?"
Dania mengangguk, kemudian mengulurkan tangannya. "Iya! Perkenalkan, namaku Dania Riady."
Meski ragu, Nino pun menyambut uluran tangan Dania. "Kau bisa memanggilku apapun, Nona."
"Sungguh? Kau tidak akan keberatan?" tanya Dania memastikan.
"Selama itu baik dan membuatmu bahagia, aku tidak ada masalah." Nino kembali tersenyum ketika menatap wajah Dania.
Dania membalas senyuman Nino. "Kau sangat baik, Tuan. Andai saja om pedofil itu adalah dirimu."
Mendengar keinginan Dania membangkitkan kembali kepercayaan diri Nino. Ia sudah siap untuk mengakui pada Dania bahwa dirinya adalah Nino Ferdinan si om pedofil.
"Aku -" Belum sempat Nino berucap, Dania sudah mengatakan hal yang kembali mengurungkan niat Nino untuk berkata jujur.
"Tapi itu tidak mungkin! Usianya sekarang sudah memasuki kepala empat, sedangkan kau terlihat masih begitu bugar. Sudah tentu kau bukan om pedofil!" lontar Dania, sekaligus mematahkan harapan Nino.
'Jadi itu yang kau pikirkan tentang aku? Baiklah, akan aku buktikan bahwa aku pantas berada di sisimu, Moony.' Batin Nino. "Aku juga sudah tua, Nona." goda Nino.
"Aku tidak percaya! Kau terlihat seperti berusia sama denganku." Dania memicingkan matanya. "Benar! Sepertinya aku memiliki cara yang akan membuat om pedofil mundur. Jika aku tidak bisa menolak, maka biarkan dia yang akan menolak perjodohan ini!?" harapnya.
"Maksudmu, Nona?"
Hallo semuanya 🤗
Jangan lupa di tap jempolnya 👍🏻 dan tinggalkan jejak 👣👣 kalian di kolom komentar 👇🏻sertakan votenya juga 'ya 😍 untuk author amburadul kesayangan kalian ini 😘
I ❤ U readers kesayangan kuhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
naning
hehehe jd lucu deh critanya
2021-10-19
0
⚞ል☈⚟ MymooN
ditunggu up nya
2021-06-29
2
Ananda Andin Angraini
Dia memang Om pedofil Dania... jgn bilang cara barumu itt dengan menggunakan Nino.. 🤔
Lanjut Kakak.... semangat.... semangat... semangat... jaga kesehatan ya... 😘
2021-06-29
2