Atmosfir udara yang sangat aneh cukup di rasakan Nino ketika ia berhadapan dengan supirnya sendiri yang juga terlihat salah tingkah karena ulah Dania.
Beberapa saat sebelumnya ...
"Maksudmu, Nona?" tanya Nino bingung, tak tahu kemana arah pembicaraan Dania.
"Kau tampan!" sahut Dania, tentu saja itu bukan jawaban dari pertanyaan Nino.
'Ternyata kau menyadarinya juga, Moony.' Batin Nino. "Lalu, Nona?" tanya Nino, berlagak cuek dan dingin.
Sorot mata Dania berpindah menatap restoran di seberang jalan. "Di dalam sana ada pria tua yang mencoba untuk menikah dengan wanita muda dan cantik seperti aku, dan aku ingin agar kau membantuku untuk membuat pria tua itu menyadari posisinya."
'Posisiku? Apa maksudnya?' Nino mengerutkan dahinya karena ucapan Dania. "Apa yang harus saya lakukan, Nona?" tanya Nino lagi, karena ia juga ingin tahu apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Dania.
"Pertama." Dania mengacungkan jari telunjuknya ke udara. "Berhenti memanggilku nona!"
"Baik!"
"Kedua." Kali ini jari tengah Dania ikut terangkat. "Kau harus ikut denganku menemui pria tua itu!"
"Hanya itu?" tanya Nino, dengan kernyitan yang jelas menaruh curiga pada Dania.
Dania menggelengkan kepalanya, kemudian menaikkan jari manisnya. "Dan yang terakhir, kau tidak boleh mengatakan apapun selama kita berada disana! Cukup duduk diam dan bersikap baik!"
"Baik! Jangan memanggilmu nona, ikut denganmu menemui calon suamimu, dan tidak boleh mengatakan apapun. Itu sangat mudah, tapi apa yang akan aku dapatkan? Tidakkah semua itu seharusnya berbayar?" Kali ini Nino yang mencoba mengambil keuntungan.
Dania memutar kedua bola matanya dengan malas. "Mintalah apapun! Dan, siapa yang mengatakan kalau pria tua itu calon suamiku?"
"Kau." Nino mengarahkan telunjuknya ke wajah Dania. "Bukankah kau yang mengatakan bahwa pria tua itu ingin menikahimu?"
Rasanya Nino ingin marah sekaligus tertawa mendengar celaan untuk dirinya, bahkan ia ikut menggunakan celaan itu dengan mulutnya sendiri.
'Astaga, Nino Ferdinan! Setidaknya katakan bahwa dirimu cukup tampan.' Keluh Nino, mulai jengah dengan situasi yang menjebak seperti ini.
"Benar!" sahut Dania seraya menatap jauh ke depan. "Tapi ... Aku tidak ingin menikahinya." lanjutnya.
Nino merasa seperti sebuah belati baru saja merobek-robek hatinya. Namun, Nino tahu ini semua akan terjadi dan ia sudah harus siap dengan semua kenyataan yang ada.
"Kenapa?" tanya Nino, ragu sebenarnya, tapi rasa penasaran lebih menguasai pikirannya kini.
Mulut Dania sudah terbuka, sepertinya ia sudah akan mengatakan alasannya terus menolak Nino. Namun, entah mengapa bibir itu kembali tertutup dan justru menyeringai.
"Ada apa?" tanya Nino bingung, ketika Dania menatapnya dengan aneh.
"Aku hanya berpikir, untuk apa aku memberitahu semua masalahku padamu sementara aku tidak mengenal siapa dirimu?" tutur Dania seraya menopang kakinya.
Nino ikut tersenyum, tapi sangat tipis. "Jangan mengenalku atau kau akan menyesal!"
"Sungguh?" tanya Dania dengan sebelah alis yang terangkat.
Kepala Nino mengangguk sebelum ia berdiri dan mengulurkan tangannya. "Ayo, selesaikan masalahmu agar aku juga bisa minta apapun darimu."
Dania benar-benar tidak tahu jika pria yang ia mintai tolong hari itu adalah om pedofil yang sangat ingin di tolak olehnya.
Keduanya pun berjalan menuju restoran yang sudah di tentukan Nino sebelumnya. Disana masih ada supir Nino yang terlihat sangat lega karena kedatangan bosnya, tapi wajahnya kembali murung ketika melihat tangan Nino yang mengisyaratkan ia untuk tetap di tempatnya.
"Hallo, Om! Kau masih ingat aku?" sapa Dania sinis.
Jelas, supir Nino itu tidak tahu harus menjawab apa dan hanya tersenyum kikuk.
"Boleh aku duduk disini?" tanya Dania, kemudian duduk di hadapan supirnya Nino yang ia anggap adalah Nino.
"Silahkan! Silahkan!" jawab supir Nino gugup.
Melihat supirnya yang tidak pandai berakting, atau mungkin sebenarnya kurang persiapan karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Nino segera mengambil langkah cepat agar semua tetap dalam kendalinya.
"Nona, aku tidak bisa berlama-lama menemanimu bersandiwara." Nino berbisik di sisi Dania yang memintanya untuk duduk.
Dania mendengus kesal. "Baiklah! Tunggu sebentar!"
"Baik!" jawab Nino cepat.
"Aku langsung saja, Om!" Dania menegakkan tubuhnya dan menatap sinis pria tua di hadapannya. "Aku tidak tahu kenapa kedua kakak dan kakak iparku sangat mendukungmu untuk menikahiku, tapi kau harus tahu jika aku tidak menginginkan pernikahan konyol ini! Kenapa? Karena aku sudah mencintai pria lain yang lebih tampan dan tentu saja lebih muda darimu."
Dania mengatakan semua itu hanya dengan satu helaan nafas. Bahkan, ia juga tak ragu untuk langsung merangkul lengan Nino yang kekar.
"Sa- Saya ...," Supir Nino terbata karena tidak tahu harus mengatakan apa pada calon istri bosnya itu.
"Apa? Kau masih tidak ingin membatalkan pernikahan ini?" geram Dania, tangannya mulai mengepal kuat.
"Bu- Bukan seperti itu. Saya hanya -"
"Hanya tidak punya harga diri!" sahut Dania, tidak sabar menunggu.
Bukan hanya Nino, tapi supirnya pun ikut terkejut mendengar ucapan Dania.
'Lidahmu sangat tajam, Moony!' Batin Nino.
"Nona!!!" bentak supir Nino, ia tak sengaja melakukannya akibat rasa hormatnya yang begitu besar kepada Nino. "Pernikahan ini tidak akan pernah di batalkan karena Nino Ferdinan sangat mencintai anda!"
"Aku tidak mencintainya!" sergah Dania, mulai frustasi dengan kegagalan rencananya.
"Tidak masalah, Nona! Selama pernikahan tetap terjadi." Supir Nino sudah akan melangkah untuk meninggalkan Nino dan juga Dania, tapi Dania tidak kehabisan akal.
"Tunggu!" teriak Dania seraya menahan tangan supirnya Nino. "Bagaimana jika aku katakan bahwa aku tengah mengandung anak dari pria lain?"
Flashback off ...
"Kau sudah dengar apa yang aku katakan bukan, Om?" tanya Dania penuh penekanan.
Mata sipit Dania masih menatap tajam wajah pucat pasi supir Nino.
"Nona, saya ragu jika anda benar-benar hamil," ucap supir Nino. Matanya bergantian menatap Dania dan juga Nino yang tak kalah terkejut dengan ucapan Dania.
Dania berdecak. "Mana mungkin aku berbohong!"
"Kalau begitu, siapa ayah dari bayi yang anda kandung, Nona?" tanya supir Nino, begitu melihat kebimbangan di mata bosnya.
'Siapa? Siapa? Tidak mungkin aku mengatakan kak Gibran! Dia bahkan tidak jelas rimbanya.' Batin Dania gamang.
"Nona?" tegur supir Nino, ketika melihat Dania yang tampak bimbang.
Helaan nafas terasa begitu berat ketika Dania menatap Nino yang ia pikir adalah pria asing yang tidak akan pernah ia temui lagi setelah semua masalah ini selesai.
"Maafkan aku!" bisik Dania, sebelum menguatkan tekadnya dan kembali meraih tangan Nino. "Kau ingin tahu siapa orang yang telah mendahuluimu dan ayah dari anakku? Pria ini adalah orangnya. Dia kekasihku dan juga ayah dari anakku."
"Apa???"
Hallo semuanya 🤗
Jangan lupa di tap jempolnya 👍🏻dan tinggalkan jejak 👣👣 kalian di kolom komentar 👇🏻sertakan votenya juga 'ya 😍 untuk author amburadul kesayangan kalian ini 😘
I ❤ U readers kesayangan kuhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Jeiny Lahe
dania.....😁😁😁 memang itu yg akan terjadi🤣🤣🤣
2022-10-28
0
Lisnar Nova
asli ngakak sendiri karena ulah Dania 🤣🤣🤣🤣
2021-12-27
0
naning
😂😂😂😂 Dania Dania lucu banget sih kamu
2021-10-19
0