'Masalahnya, aku takut waktu akan kembali mempermainkan mereka seperti dulu saat waktu menguji cinta kita berdua ....'
Kekhawatiran Ricky bukanlah tanpa alasan, mengingat betapa dulu lamanya waktu memisahkan dirinya dan Deta hanya karena satu kebohongan kecil yang ia anggap remeh. Dan kini, Nino mencoba melakukan hal yang sama kepada Dania dengan membohongi gadis itu dan membiarkan supirnya menjadi dirinya lagi.
"No, tidak bisakah kau temui Dania sebagai dirimu sendiri?" tanya Ricky cemas.
"Tenang, Brothers! Semuanya akan baik-baik saja. Justru dengan seperti ini, aku jadi lebih mudah mengetahui apa yang di inginkan Dania sebenarnya." ucap Nino santai di seberang telepon.
"Terserah kau saja! Tapi ingat, aku sudah mencoba memperingatkan dirimu. Dania itu adiknya Deta, bukan tidak mungkin mereka memiliki pemikiran dan sudut pandang yang sama." ucap Ricky pasrah.
"Ya, aku tahu! Tapi kau juga harus tahu bahwa di dalam kepala kita yang satu, terkadang terdapat dua pemikiran yang berbeda."
CEKIIITTT ...
Suara ban berdecit begitu memekakkan telinga karena Ricky menginjak rem mobilnya secara paksa. Ingatannya terus kembali kepada percakapannya dengan Nino pagi ini.
"Sepertinya aku harus memastikan sendiri pertemuan Dania dengan Nino palsu," gumam Ricky seraya memutar kemudi mobilnya ke arah berlawanan.
Tak perlu memakan waktu lama, Ricky sudah sampai di Da Nino Corp. Ia langsung melesat ke ruang kerja Nino seperti biasa. Namun, ketika sampai di sana, Ricky hanya mendapati Liza yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
"Liza, dimana Nino?" tanya Ricky panik.
Liza segera berdiri dan membungkuk. "Tuan Ferdinan belum datang, Tuan."
"Belum datang? Kemana dia?" tanya Ricky lagi, kali ini ia bahkan mencoba menghubungi Nino. "Sial! Kenapa dia tidak menjawab teleponnya?" gerutunya.
"Maaf, Tuan, tadi tuan Ferdinan sudah mengabari jika akan datang terlambat. Anda di minta menunggu atau boleh pergi jika bosan." Liza menunjukkan sebuah ruangan yang bersebelahan dengan ruang kerja Nino.
Ricky mendengus kesal. "Jadi, dia sudah tahu jika aku akan datang? Baiklah, aku akan pergi saja. Dia pikir aku ini pengangguran yang tidak ada pekerjaan!"
***
Sementara, di tempat berbeda Nino sedang tersenyum memperhatikan sikap supirnya yang salah tingkah di hadapan Dania.
"Maaf, Moony! Selama kau belum bisa menerima diriku apa adanya, maka kau akan terus berhadapan dengan supirku." gumam Nino, tatapannya tak lepas dari sosok Dania yang terlihat sedikit berbeda.
Dari kejauhan, Nino bisa mendengar jelas percakapan antara Dania dan supirnya karena Nino telah memasang alat penyadap di bawah meja.
"Om, kenapa tidak membatalkan pernikahan ini?"
"Kenapa harus di batalkan?"
"Aku hamil, Om."
"Itulah alasan saya. Karena Anda hamil, jadi pernikahan harus di percepat."
"Tapi anak ini bukan anakmu, Om!"
Hening.
Nino mengubah posisi duduknya, tapi tetap terlihat tampan dan berkharisma. "Jangan kalah berdebat dengannya, Pak Toto! Atau aku akan memotong gajihmu."
Terdengar suara dehaman yang keluar dari mulut pak Toto. Kentara sekali, jika dirinya ingin menghilangkan kegelisahan dan perasaan tidak enak yang ada di hatinya.
"Saya tahu! Tapi saya ingin mengambil tanggung jawab itu karena saya tidak yakin ayah anak anda akan bertanggungjawab atas perbuatannya."
"Dia akan bertanggungjawab! Dia pria yang baik."
"Jika dia pria yang baik, Nona, dia tidak akan menyentuh anda sebelum pernikahan."
Hening.
Nino bisa melihat Dania yang mengambil tissue untuk menghapus air matanya.
"Kenapa kau menangis, Moony? Apakah semua ini melukaimu? Awas kau, Pak Toto!" gumam Nino dengan tangan terkepal.
"Aku ... Sebenarnya, aku tidak hamil, Om."
Tubuh Nino yang sebelumnya menegang karena marah, kini membeku karena rasa terkejut yang menyerangnya secara tiba-tiba.
"Apa yang membuatmu mengakuinya, Moony?" lirih Nino, masih berbisik sendiri.
"Saya sudah tahu, Nona, tapi saya tidak menyangka anda akan mengakuinya secepat ini."
Nino melihat Dania menegakkan kepalanya dan menatap pak Toto. "Andai aku yang ada disana, Moony."
"Om pria yang baik! Itu sebabnya aku tidak ingin memulai hubungan atas dasar kebohongan."
DEG ...
Hati Nino seperti terserang ribuan butir es batu yang seketika membuatnya membeku. Untuk beberapa saat, Nino merasa dunianya berhenti berputar. Ia seolah berada di pusat bumi yang membuatnya seperti tidak berpijak.
"Moony ...," Bibir Nino bergerak perlahan.
"Tuan? Tuan? Tuan!!!"
Tubuh Nino berguncang hebat karena ulah pak Toto. Tentu saja ia langsung tersentak dan menatap wajah supirnya itu dengan kebingungan.
"Pak Toto?" Nino masih bingung dan mulai melihat sekeliling. "Dimana dia?" tanyanya kemudian.
"Nona Dania sudah pergi, Tuan," jawab pak Toto seraya menunjuk ke arah pintu.
Nino segera berdiri dan berlari ke arah pak Toto menunjuk tanpa mendengarkan penjelasan supirnya yang malang itu.
"Tuan, seharusnya anda mendengarkan saya dulu ...." gumam pak Toto.
Di lobby restoran, Nino baru saja akan melangkah. Namun, sesuatu menahan langkah kakinya sehingga ia pun mengurungkan niatnya.
Secepat kilat Nino kembali ke dalam dan menarik lengan pak Toto yang terlihat pasrah dengan kelakuan bosnya.
"Apa yang kau lakukan padanya, Pak Toto?" tanya Nino penuh emosi.
Pak Toto menundukkan kepalanya. "Seperti yang anda minta, Tuan."
"Tapi aku tidak memintamu membuatnya menangis!" sergah Nino kesal.
Pandangan pak Toto naik, jelas raut wajahnya menampakkan kebingungan. "Menangis?"
"Iya!" sahut Nino cepat. "Sekarang, apa yang harus aku lakukan?"
"Tapi, Tuan, saat meninggalkan tempat ini nona Dania terlihat -"
Nino mengibaskan tangannya. "Ah, sudahlah! sekarang aku hanya bisa berharap pada takdir."
***
Di seberang jalan, Dania melihat lalu lalang kendaraan yang silih berganti memenuhi jalanan ibukota. Kenangan Dania berputar kembali pada masa saat ayahnya masih hidup.
Kenangan Dania ...
"Papa!!!" teriak Dania kecil seraya berlari ke arah ayahnya yang sedang berjualan di tepi jalan.
Pak Danang Riady segera menghampiri putri kecilnya. "Dania? Kenapa kemari?"
"Dania ingin bermain, tapi kakak sedang tidak ada. Yang ada hanya kak Dito." Wajah Dania kecil berubah muram.
Pak Danang tersenyum kecut. "Kalau begitu, mainlah bersama kak Dito."
Dania kecil menggelengkan kepalanya. "Tidak! Kak Dito jahat!"
Sapuan lembut tangan pak Danang terasa nyaman di kepala Dania. "Jangan berkata seperti itu, Dania! Kak Dito tidak jahat, hanya saja Dania perlu bersabar untuk memahami kak Dito."
"Dania tidak mengerti, Pa," ucap Dania dengan mata sipitnya yang menatap bingung sang ayah.
Tangan pak Danang menggandeng tangan kecil putri bungsunya. "Dengar, Dania! Terkadang kita perlu melihat sesuatu ataupun masalah dari sudut pandang orang lain. Karena apa? Karena bisa jadi dari sudut kita memandang, semuanya tidak begitu jelas terlihat."
Flashback off ...
"Papa benar!" Air mata Dania membasahi pipinya tanpa terasa. "Saat ini Dania sedang mencoba melakukan apa yang pernah papa ajarkan. Semoga pilihan hidup yang Dania ambil tidak salah. Dania rindu, Papa ...."
Hallo semuanya 🤗
Jangan lupa di tap jempolnya 👍🏻dan tinggalkan jejak 👣👣 kalian di kolom komentar 👇🏻sertakan votenya juga 'ya 😍 untuk author amburadul kesayangan kalian ini 😘
I ❤ U readers kesayangan kuhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rinine Gendut
tetap semangat Thor...jaga kshtan..biar bisa up
2021-07-07
2
tikamari
aku masih setia menunggu cerita dania dan nino... keren ceritanya othor...
2021-07-07
1