"Dia kekasihku dan juga ayah dari anakku."
Kata-kata Dania terus berputar-putar di kepala Nino, meskipun kini mereka telah berpisah. Dania sudah memutuskan untuk pergi setelah membuat Nino sakit kepala karena ulahnya, sedangkan supir Nino yang tidak berdosa hanya bisa tersenyum melihat kegalauan bosnya.
"Dia itu benar-benar!" keluh Nino, sementara tangannya terus memijat pelipisnya yang berdenyut.
"Maaf, Tuan, tapi dari yang saya lihat sepertinya nona Riady tidak benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk menolak anda." Supir Nino mencoba memberikan pendapat.
Nino menatap cangkir kopi di hadapannya. Tak lama sudut bibirnya menarik sebuah senyuman ketika melihat cetakan bibir Dania menempel di sisi cangkir tersebut.
"Pak, tolong pergi ke rumah Ricky dan sampaikan berita baik!"
***
Di rumah besar Sanjaya, Dania baru saja kembali dengan wajah yang begitu bahagia. Ia tidak langsung kembali setelah membuat kekacauan di restoran. Dania justru mampir untuk merayakan keberhasilannya dengan memakan es krim di sebuah pusat perbelanjaan. Ia tidak tahu jika ada sebuah bom yang siap meledak untuknya.
Deta berdeham melihat kedatangan adik kecilnya. "Coba saja jika kau melakukan hal itu sejak dulu, Sayang."
Dania tersipu dan segera duduk di samping Deta. "Kakak, benar! Seharusnya aku melakukan ini sejak lama."
"Apa kau bahagia sekarang?" tanya Deta, kemudian menatap manik mata Dania.
Kepala Dania mengangguk yakin. "Iya, Kak! Aku hanya perlu menunggu."
'Menunggu om pedofil membatalkan pernikahan ini.' Batin Dania senang.
"Tidak perlu menunggu!" Deta mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang, tapi urung ia lakukan karena Dania menahannya. "Sabar, Sayang! Kau begitu tidak sabar ingin mendengar kabar dari kak Nino."
"Kabar apa, Kak?" tanya Dania penasaran.
Deta meletakkan kembali ponselnya dan membelai rambut Dania. "Pernikahan kalian akan di percepat!"
"Tidak mungkin!" sergah Dania.
"Apanya yang tidak mungkin, Sayang? Bukankah kau baru saja bertemu kak Nino dan membicarakan semua ini?" tanya Deta, bingung dengan reaksi Dania yang jauh berbeda.
Dania masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dirinya berpikir saat kembali ke rumah semuanya akan baik-baik saja. Namun, yang terjadi sebaliknya. Kini ia bahkan sudah tidak memiliki waktu lagi untuk menghindari semua musibah ini.
"Kak, aku akan pergi sebentar!" lirih Dania, kemudian kembali keluar tanpa menunggu jawaban dari kakaknya.
'Tidak! Terbuat dari apa sebenarnya hati dan pikiran om pedofil itu?'
***
Gelak tawa terdengar menggelegar di ruang kerja CEO Da Nino Corp saat Ricky datang berkunjung kesana.
"Apa katamu, No? Itu artinya kau mempermainkan perasaan Dania." Ricky meletakkan gelas jusnya ke atas meja.
Nino mencebik. "Tidak seperti itu, Ky! Aku hanya mengikuti permainannya. Dan sungguh, aku tidak sengaja!"
"Jangan main-main, No! Kau ingat bukan bagaimana dulu aku dan Deta berpisah hanya karena aku terlalu takut untuk berkata jujur padanya?" tutur Ricky, kengerian menghinggapi pikirannya ketika mengingat masa lalu.
"Masalahnya berbeda, Ky. Saat itu kalian berdua saling mencintai, tapi kau menyembunyikan banyak hal darinya terlebih semua itu tentang adiknya. Dan aku? Aku tidak berbohong mengenai apapun. Dania sendiri yang membuat kesimpulan seperti itu! Bukankah tidak ada yang bisa mengendalikan pikirannya?Bukan salahku jika pikirannya liar." elak Nino, tak ingin menelan mentah-mentah tuduhan Ricky.
Ricky menghela nafasnya kasar. "Tapi setidaknya, kau bisa mengatakan pada Dania bahwa kau adalah Nino Ferdinan. Dengan begitu, dia tidak akan mengira supirmu itu adalah dirimu. Dan dia tidak akan berbohong sampai sejauh itu."
"Aku tahu! Aku hanya tidak habis pikir kenapa dia bisa berpikir jika aku setua itu?" Nino melihat pantulan wajahnya di layar ponselnya. "Apakah kalian yang sengaja membuatnya berpikir jika aku sudah tua?" tuduhnya balik.
"Kau memang sudah tua, Brothers!" celetuk Ricky, tanpa merasa berdosa.
"Apa!!!" geram Nino, sekali lagi mematut wajahnya di ponsel. "Usia itu bukan ukuran, Ky! Aku sudah merawat tubuh juga wajahku agar terlihat awet muda dan tetap seimbang saat bersanding dengan adik iparmu itu!"
Tatapan Ricky tidak bisa lepas dari sahabatnya yang selalu ia sebut konyol tersebut. Bukannya Ricky menutup matanya, ia hanya berpura-pura tidak tahu jika Nino telah berusaha keras selama sepuluh tahun ini. Tidak hanya tentang materinya yang kini berlimpah atas permintaan Deta, tapi juga tentang penampilannya yang tetap terlihat tampan di usianya kini. Melihat semua perjuangan sahabatnya itu, sebenarnya Ricky juga merasa kecewa atas penolakan Dania yang berlebihan. Namun, ia juga tidak bisa memaksa jika pada akhirnya Dania tetap menolak semua perjodohan ini daripada ia harus melihat kedua orang yang ia sayangi menderita hanya karena belenggu perjodohan ini.
"Hei, kenapa melamun?" gertak Nino seraya mengibaskan tangannya di hadapan wajah Ricky.
"Hah?" lontar Ricky, setelah kesadarannya kembali. "Aku tidak melamun! Hanya saja ... Aku berpikir seandainya bukan dengan Dania, dengan siapa kau akan menikah, No?" tanyanya iseng.
Nino menutup laptopnya dan berdiri bersandar ke dinding yang langsung membuat tatapannya menyapu seluruh ruangan kantornya. "Ky ...."
"Iya?" Ricky memutar kursinya dan menatap Nino.
"Sudah berapa lama kita saling mengenal?" tanya Nino, tanpa melihat ke arah Ricky.
Ricky mengerutkan dahinya. "Entahlah! Aku lupa. Mungkin dua puluh atau tiga puluh tahun."
"Sudah sangat lama bukan?" tanya Nino lagi, dan kali ini Ricky hanya mengangguk. "Seharusnya, kau tidak perlu menanyakan pertanyaan itu padaku!" lirihnya.
Pandangan Ricky tertunduk karena perasaan bersalah yang menggelayuti hatinya.
"Maaf, No! Aku akan membantumu meyakinkan Dania atas pernikahan ini. Aku janji!"
***
Rasa sepi yang memenuhi hati, tak bisa terisi hanya karena ramainya situasi. Sama halnya dengan Dania yang tetap merasa sendiri, meskipun kursi disisinya terisi.
"Dania ...," Tangan lembut seseorang menyentuh punggung tangan Dania.
Dania menoleh dengan matanya yang sembab. "Kak Shan, apakah keputusan Dania salah?"
Shanum menatap nanar wajah Dania yang memerah. "Tidak ada yang salah, Dania, hanya saja kau harus berusaha menerima semua ini."
"Kenapa harus Dania yang menerima? Kenapa bukan om pedofil saja yang mencoba mengerti jika Dania tidak ingin menikah dengannya?" gerutu Dania, di sela tangisnya yang tak terbendung.
"Kakak tahu Dania marah, tapi Dania juga harus mengerti jika tuan Ferdinan sudah banyak berkorban untuk menunggu Dania." Shanum menggenggam tangan Dania lebih erat. "Belajarlah dari kakakmu Dito! Dia juga menolakku dengan keras dulu, tapi sekarang? Kau bisa lihat bagaimana dia tidak bisa kehilangan diriku walau hanya sekejap."
Tangan Dania segera menghapus air matanya dan menatap Shanum tak percaya. Sementara, Shanum hanya terkekeh melihat keraguan di mata Dania.
"Kak Dito menolak Kakak? Aku tidak percaya." Dania mencebik dan tertawa sinis.
"Tanyakan saja pada kakakmu yang garang itu!" titah Shanum seraya menunjuk ke arah Dito yang baru datang dengan wajah masamnya.
"Kakak!" teriak Dania seraya berdiri hendak menghampiri Dito, tentu saja hal itu langsung menarik wajah garang Dito untuk menatapnya.
"Ada apa, Dania?" tanya Dito malas, kemudian duduk di tempat yang sebelumnya di duduki Dania. "Shan, kenapa keluar tidak memberitahuku?" tanyanya pada Shanum.
"Maaf, Sayang, Dania sedang sedih jadi aku membawanya keluar untuk mencari udara segar." Shanum mencium pipi Dito yang justru tidak bereaksi sedikitpun.
Dania membelalakan matanya melihat sikap Shanum. "Astaga!!! Kak Shan?"
Shanum tertawa geli. "Sudahlah! Anggap saja aku sedang mencium boneka besar."
"Kau sangat sabar, Kak Shan! Seharusnya kau mencari pria yang lebih hangat di bandingkan kakakku ini." Dania memaksa untuk duduk di antara Dito dan Shanum sehingga Dito terpaksa mengalah. "Coba lihat kakakku! Dia kaku dan juga sangat tidak sensitif." ejeknya.
"Tapi aku mencintainya." ungkap Shanum tanpa ragu.
"Kenapa?" tanya Dania, binar penasaran nampak jelas di mata sipitnya.
Shanum dan Dito saling berpandangan walaupun Dania ada di antara mereka.
"Karena dia terus berlari dariku ...."
"Karena dia tidak pernah lelah mengejarku ...."
Hallo semuanya 🤗
Jangan lupa di tap jempolnya 👍🏻dan tinggalkan jejak 👣👣 kalian di kolom komentar 👇🏻sertakan votenya juga 'ya 😍 untuk author amburadul kesayangan kalian ini 😘
I ❤ U readers kesayangan kuhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rinine Gendut
senengnya bang Nino...akhirnya dipercepat pernikahannya
2021-07-04
0
Tutiks
lanjut lagi up nya
2021-07-04
0
NURUL LAILI MUFIDAH
aduhhh bang nino sabar sekali cintamu pasti terbalas
2021-07-04
1