Mama Quina dan Mama Freya sudah berada di ruang tamu, bertepatan dengan Neo dan Alan keluar dari dalam kamar, tidak terlihat Bara.
" Ma-mama "
Alan dan Neo kompak berucap gagap.
Julie yang berada di belakang kedua Mama muda meringis.
" Dia siapa ? "
Mama Quina memutar bola matanya, memberikan isyarat ke belakang punggungnya.
" Oh, dia calon pacarku "
Alan berbisik ke telinga Mama Quina agar Julie tidak mendengar, Mama Quina melotot.
" Juliette, terimakasih sudah memasakkan sarapan, mau Kuliah kan ? Hati hati dijalan jalan ya "
Alan membimbing Julie keluar dari ruang tamu dan membawanya ke teras.
" Jangan pulang dulu sebelum Abang beritahu, main-lah ketempat yang jauh hari ini sepulang dari kampus, ibu ratu ada di rumah, nanti malam Abang akan menceritakan semua padamu, oke ! "
Julie tidak memberikan komentar apapun, gegas dia pergi supaya tidak terlambat sampai ke kampus.
" Yakin itu calon pacarmu ? "
Mama Quina, Mama Freya dan Neo sudah duduk di kursi makan.
Neo yang sedang meminum air putih, tersedak, uhuk.
Ini sandiwara atau dia benar-benar naksir ? Ah gak mungkin, dia kan baru dua malam disini.
" Iya Ma, kenapa ? Dia kan cantik, imut kaya' Mama, dan menggemaskan, begitu kan kata Papa ? "
Alan merengkuh bahu Mama Quina.
Mama Quina memukul bahu Alan pelan.
" Papamu tidak pernah merayu Mama seperti itu, kata kata itu biasanya Mama dengar dari Opa untuk Oma, apa kamu pernah mendengar Opa masih sering berkata begitu pada Oma Shi ? "
Kedua alis mata Mama Quina menyatu membentuk kerutan yang dalam di dahi .
Alan tergelak.
Mendadak Mama Quina cemburu kepada Oma Sushi, beruntung sekali Oma Shi berjodoh dengan Opa Yonan, sudah sepuh masih juga selalu berkata manis, beda dengan suaminya, tetap lembut dan perhatian sih, tapi rayuannya tidak semanis gula.
Coba Papa Wahyu belajar merayu dari bang Zai, beuh.
" Terus, ngapain dia pagi pagi kesini ? Kan baru mantan pacar ? Ingat Lan, kalian tidak boleh membawa perempuan masuk ke dalam rumah "
Mama Quina ingat lagi dengan Julie.
" Mama, dia kemari karena aku ingin minta di buatkan sarapan, masakannya lumayan enak "
Ucap Alan penuh percaya diri.
" Mana sarapannya ? "
Gantian Mama Freya yang bertanya.
" Nih "
Alan membuka tudung saji dengan percaya diri, lalu ke empat pasang mata melotot menatap isi tudung saji.
Hanya ada tiga gelas susu dan lima butir telur rebus.
" Cuma ini, dan kamu bilang masakannya lumayan enak ? "
Neo nyengir.
" Juliette....Anak siapa sih dia ? "
Alan menggeram dengan gigi rapat.
Mama Quina dan Mama Freya menatap Alan dan Neo secara bergantian.
" Ma, sudah dari tadi ? "
Bara baru ikut bergabung di meja makan, kedua bola matanya berputar mencari keberadaan Julie.
Mungkin sudah berangkat ke kampus.
" Mencari siapa ? Perempuan yang bernama Juliette ? Benarkah dia calon pacar Alan ? Dan kenapa dia ada disini pagi pagi "
Gantian Mama Freya yang bertanya.
Bara melihat sekilas pada Alan dan Neo yang memberikan kedipan mata cepat, agar kebohongan mereka tidak diketahui.
" Gak jelas Ma "
Jawab Bara ikut duduk, dengan tenang mulai mengupas telur rebus yang ada di piring, perutnya benar benar lapar gara gara malam tadi sebelum tidur berolah raga terlebih dahulu.
Alan dan Neo melotot, bagaimana bisa Bara tidak ikut mendukung sandiwara mereka, bukankah mereka bertiga juga yang menjebak Julie berada di rumah ini karena iklan tipu tipu itu.
" Maksud kamu apa Bar ? Jadi dia siapa ? "
Mama Quina memperhatikan gerak gerik Bara.
" Terlalu banyak gadis gadis yang menjadi korban PHP- nya dan Julie, eh siapa Lan, kau memanggilnya Juliette ya ? Entah korban yang keberapa "
Bara memotong satu butir telur menjadi dua bagian, dan memasukkannya ke dalam mulut.
Dia ini ikut bersandiwara atau mengejek sih ?
" Alan, jangan mempermainkan perempuan ! Kamu tidak ingin jika adikmu Alana dipermainkan oleh pria lain kan ? "
Mama Quina melotot judes.
" Tidak kekasih hatiku, cinta pertama ku, kali ini tidak main main "
Alan terbatuk batuk oleh salivanya sendiri.
Gantian Bara dan Neo yang melotot.
Total betul kebohongannya atau betul betul tidak bohong ?
Neo berusaha. mengingat ingat, apakah ada tingkah manis Alan yang berlebihan pada Julie.
Bara tidak perduli, mau Alan serius atau bermain main, baginya sama saja, karena Alan selalu manis terhadap semua perempuan.
...*****...
Om Sam mengantar Fatimah ke kampus seperti biasa sekalian berangkat ke kantor.
Setelah Fatimah menamatkan pendidikan sekolah dasarnya, tepatnya enam tahun yang lalu Om Sam memilih tinggal di rumah yang terpisah, karena Fatimah sudah beranjak remaja, Malika juga sudah remaja.
Begitu juga dengan Saka, Saka dua tahun lebih cepat meninggalkan rumah kediaman Papanya karena Keluarga Yasmin dari Kuala lumpur yang sering berkunjung, membuat rumah terlalu ramai, dan akan berdampak kurang baik dikarenakan dari latar belakang dan negara yang berbeda, tinggal berpisah untuk menghindari konflik.
Ruangan pribadi Saka dan Om Sam, tetap dibiarkan kosong, jaga jaga jika berkumpul dan menginap di rumah kediaman Alfian.
Sepanjang perjalanan ke kampus, Om Sam terus memikirkan ucapan Fatimah yang mengatakan jika Aisyah masih belum menikah.
Kenapa, mengapa, pertanyaan itu terus berseliweran di kepala Om Sam.
Hampir delapan belas tahun Om Sam tidak pernah bertemu atau sekedar Aisyah.
" Baby, jika Mama-mu ingin bertemu dan mungkin meminta maaf, apakah kamu mau menemuinya dan memberikan maaf ? "
Pertanyaan Papanya membuat gerakan tangan Fatimah yang hendak meraih handle pintu karena mereka sudah berada di depan kampus menjadi terhenti.
" Untuk apa meminta maaf ? "
" Untuk, mengabaikan mu, mungkin "
Om Sam juga tidak tahu untuk apa.
Fatimah mengembuskan napas pelan.
" Aku akan memaafkan Mama jika alasannya bisa aku terima kenapa dia sama sekali tidak pernah mengunjungiku "
" Jika Papa yang bersalah ? "
Fatimah tidak bisa menatap manik mata Papanya yang selalu berlindung di balik kaca mata hitamnya.
" Bagiku, apapun kesalahan Papa, semua sudah Papa bayar lunas karena sudah menyayangi aku tanpa membaginya dengan orang lain, sementara dia ?
Apa yang pernah aku lakukan sehingga dia sama sekali tidak memperdulikanku, pernahkah dia memberikan ASI-nya padaku ? Aku besar dan tumbuh dari produk susu formula, dan Alloh sangat baik padaku, aku tidak kehilangan belaian kasih sayang seorang ibu, semua itu aku dapat dari Tante Dinda, satu yang akan aku tanyakan padanya jika bertemu "
" Apa "
Suara Om Sam tercekat di tenggorokan.
" Apa salahku padanya "
Fatimah keluar dari mobil Papanya dengan wajah menahan tangis.
Om Sam melepaskan kaca mata hitamnya setelah Fatimah menutup pintu mobil, matanya memanas, hatinya ikut nyeri, bukan hanya Aisyah yang bersalah, tetapi dirinya juga, mereka berdua terlalu egois dan tidak memikirkan bagaimana batin Fatimah yang sebenarnya.
Walaupun Dinda menyayangi Fatimah seperti putrinya sendiri, tetapi kekosongan hati Fatimah akan sosok seorang ibu yang melahirkannya tetap tidak akan ada yang bisa menggantinya.
Om Sam berbalik arah, tidak ke kantor tetapi ke tempat, dimana untuk pertama kalinya dia bertemu dengan perempuan yang menjadi sebab Fatimah terlahir ke dunia ini.
...******...
...🌻🌻🌻🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Magda Nuraini Nursyirwan
teringat papa Tyo dan mama Clara tersayang💝😭
2024-04-03
0
Just Rara
untung aku udah baca cerita om sam,jadi tau alurnya,klu gak bingung juga bacanya😁
2022-02-23
0
Murni Agani
ngakak gue😂🤣
2022-02-22
0