Empat tahun yang lalu.
Selepas sholat subuh, Oma Clara yang sudah berusia kepala enam, dan belum melepaskan mukenanya terbatuk batuk, sementara Opa Tyo yang juga sudah sepuh, hanya bisa mengusap usap punggung istrinya pelan.
" Mas, peluk aku, rasanya dingin sekali ! "
Tanpa banyak bicara, Opa Tyo memeluk Oma Clara.
" Mas, terimakasih atas banyak tahun yang sudah kita lalui bersama "
Ujarnya lemah.
Opa Tyo tahu jika Istrinya akan pergi meninggalkan dirinya, Oma Clara sudah terlalu banyak meninggalkan kesan kesan belakangan hari ini, setiap selepas sholat selalu minta di peluk.
Sering menatap Opa Tyo berlama lama.
Kalau Opa Tyo bertanya, Mama Clara hanya menggelengkan kepalanya lalu berkata.
" Walaupun kita sama sama sudah tua, Mas selalu tampan di mataku "
Dan banyak kata manis lain yang terucap dari bibir Oma Clara.
" Kita panggil Elang ya, Non, biar dia membawamu ke rumah sakit "
" Enggak Mas, aku hanya ingin berada di pelukanmu saja "
Sepuluh menit Opa Tyo menuntun Oma Clara kembali kepada pemilik kehidupan yang abadi, Oma Clara pergi dengan tetap berada dalam pelukan Opa Tyo seperti keinginannya dulu.
Opa Tyo menangis seperti anak kecil, menciumi seluruh wajah perempuan yang teramat dicintainya yang sudah tidak lagi bernyawa.
Papa Elang yang setiap pagi selalu ke kamar Opa Tyo selepas sholat subuh manatap seakan tidak percaya di depan pintu.
Pemandangan yang tidak pernah dia lupakan seumur hidupnya.
Opa Tyo yang menangis sedih, Oma Clara berbaring di pangkuannya, menutup mata untuk selamanya.
" Lang, Mama sudah pergi "
Ujar Opa Tyo dengan mata yang terus basah, air matanya terus mengalir di kedua pipinya yang keriput.
Mata tua itu benar benar, terlihat berduka.
" Innalilahi wainnailaihirorrojiun "
Papa Elang jatuh terduduk di lantai dengan tangis yang sama, tangis duka, cinta pertamanya sudah pergi, cinta sejati seorang putra pada ibunya yang terkasih.
Berita duka itu, hanya beberapa detik sudah menyebar ke seluruh Mansion.
Kepergian Oma Clara yang mendahului semua penghuni di Mansion, membuat suasana Mansion yang penuh kehangatan berubah menjadi suram.
Setelah Oma Clara dikebumikan, Opa Tyo tidak lagi mau keluar dari kamarnya, dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengingat ingat kenangan bersama istri tercinta.
Setelah kepergian Oma Clara, Bara dan Neo secara bergantian menemani Opa Tyo didalam kamarnya, walaupun kedua cucunya mengajaknya berbicara, Opa Tyo lebih banyak diam dan mendengarkan saja dengan telinga tuanya.
Seminggu setelah kepergian Oma Clara, Opa Tyo yang merasakan hatinya begitu sepi, tidak menunggu lama menyusul Oma Clara menuju ke alam keabadian, Opa Tyo menghembuskan napas terakhirnya diatas pangkuan Papa Elang.
Jika kepergian Oma Clara di Talkin-kan oleh Opa Tyo, saat Opa Tyo kembali ke dimensi kehidupan selanjutnya, Papa Elang yang menuntun menyebut ke Esa-an Alloh sebagai penutup hidupnya yang tidak pernah aneh aneh.
Papa Tyo pergi di kelilingi oleh Adik, menantu dan sahabat sahabatnya.
Kepergian kedua orang tuanya yang hanya berjarak seminggu membuat Papa Elang lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar Opa Tyo dan Oma Clara.
Papa Benua lebih terpukul lagi, dia yang selalu manja dengan Oma Clara, walaupun usianya juga sudah dewasa masih sering meletakkan kepalanya di atas pangkuan Mama Clara jika datang berkunjung bersama Mama Rania dan putranya, kepergian Oma Clara membuat Papa Benua lebih memilih tidur di kamar Opa Tyo dan Oma Clara selama beberapa hari, menghirup sisa sisa aroma kedua orang tuanya yang masih tertinggal di kamar itu.
Bara, Neo, Alan dan Laura tepat di tahun yang sama, sama sama baru menyelesaikan pendidikan SMU-nya, setelah masa berkabung sudah lewat ketiga anak Lelaki yang beranjak dewasa itu memilih keluar dari Mansion.
Mereka menempuh pendidikan di kota yang berbeda, tapi tidak dengan Laura.
...******...
Bara menatap lalu lalang mahasiswa dari tempatnya berdiri saat ini.
Anak tangga lantai dua, dia baru bertemu dengan dosen pembimbingnya.
Pikirannya sedikit kalut karena judul skripsinya ada saja yang salah alias selalu mengalami penolakan.
Berbeda dengan Neo dan Alan, keduanya sedang dalam mengumpulkan bahan bahan skripsi, judul yang mereka ajukan langsung di ACC, untung saja ada Julie yang mengurus semua keadaan rumah, kalau tidak semakin ruwet pemikiran Bara.
Bagaimana gak bertambah pusing, Bara tipe pria yang serba rapi dan teratur, bertolak belakang dengan Neo yang sedikit malas, entah tabiat siapa yang ditirunya.
Kalau keadaan rumah rapi, pakaian kotor juga tidak berserakan, piring kotor juga sudah dicuci, pikiran Bara juga ikut jernih.
" Bang, boleh pinjam uang gak ? Seratus ribu saja buat ongkos pulang "
Bara terjengkit kaget.
Menatap perempuan yang tiba tiba berdiri di hadapannya, dan apa katanya tadi ? Pinjam uang ? Apa gak salah dengar ?
" Bang, jangan bengong ! Besok aku kembalikan, Papa sedang ada Rapat dengan kliennya, jadi gak mungkin jemput aku, dompet aku ternyata ketinggalan di kamar, kalau Abang enggak percaya, nih kartu mahasiswi aku ! "
Ujarnya panjang sembari menyodorkan kartu mahasiswi pada Bara.
Bara mengambil dan membacanya, Fatimah, mahasiswi jurusan Advertising.
Hari gini masih ada yang memberikan nama Fatimah ? Nama Putri Rasulullah, orang tuanya hebat, berani memberi nama anaknya Fatimah.
Bara memberikan uang yang diminta oleh gadis itu sekalian mengembalikan kartu mahasiswi- nya.
" Makasih ya bang, besok aku kembalikan, nama Abang siapa ? Biar gampang aku mencari Abang " Tanyanya dengan memiringkan kepalanya menatap Bara yang mengenakan kaca mata hitam.
Persis seperti Papanya, suka mengenakan kaca mata hitam.
" Tidak perlu, untukmu saja ! "
Sahut Bara sembari berlalu dari hadapan gadis yang bernama Fatimah itu.
Fatimah.
Anak Om Sam ( 📒 Om Sam ) , anak yang teramat sangat Om Sam sayangi dengan sepenuh hati, hingga sampai Fatimah berusia delapan belas tahun, Om Sam belum menikah lagi.
Karena cintanya sudah habis seluruhnya diberikan untuk Fatimah, hanya disisakan sedikit untuk dirinya sendiri.
Fatimah hanya melongo menatap satu lembar uang yang dipinjamnya, dan saat ini sudah ada di telapak tangannya.
Melihat bayangan malaikat penolongnya sudah berlalu dengan sepeda motornya, Fatimah juga buru buru memesan taksi, dia ingin sampai ke rumah, ingin segera makan masakan mbak Poni, Art yang menemaninya selama enam tahun belakangan ini selain Papanya.
...******...
...🌻🌻🌻🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Safitri Agus
dulu waktu baca part ini asli nangis aku dgn kepergian pasangan ini, Tyo Tiger dan nona Clara,😭😭😭
2024-09-03
0
Magda Nuraini Nursyirwan
penggemarmu Thor,sedih dengan om Tyo mama Clara 😭😭😭😭😭 ngikutin lg novel ini,rasa haru masih menyelinap sedih,Elang yg setype papanya 💝
2024-04-03
0
dyul
Ih.... sedih aku, mama Clara n om Tio itu pasangan ter sweet... mewek aku😭
2023-03-15
0