Tengah hari Fatimah seperti biasa, duduk di bangku di bawah pohon, dekat dengan gedung fakultasnya, selain suka duduk di bawah pohon, dia juga sedang menunggu Bara yang sudah berjanji akan menemuinya hari ini.
Mengingat perdebatan, ah tidak, lebih tepatnya keberatan, tidak juga, entahlah.
Setelah berbicara dengan Papanya malam tadi, Fatimah masih mogok bicara, dari sarapan sampai Papanya mengantarkan di depan gerbang kampus, Fatimah tidak merespon apapun ucapan yang keluar dari mulut Papanya.
" Menyesal telah bersedia jadi kekasihku ? "
Fatimah menoleh ke samping, entah sejak kapan Bara sudah duduk di sebelahnya.
" Tidak "
" Kenapa murung ? "
" Aku sedang marahan dengan Papa "
" Dilarang pacaran ? "
" Enggak "
Bara tidak lagi bertanya, mood Fatimah terlihat sedang tidak baik.
" Kamu ingin melakukan apa agar perasaanmu menjadi lebih baik ? "
Bara menatap wajah Fatimah sekilas, lalu kembali menatap ke depan, tepatnya menatap lalu lalang mahasiswa dan mahasiswi dengan segala macam urusannya.
" Pacaran dengan Abang, kan kita baru jadian "
Fatimah menahan tawanya, Bara menaikkan alisnya sebelah.
" Oke, kamu mau kemana ? "
" Kemana saja terserah "
" Kalau aku bawa ke kantor urusan agama, mau gak ? "
Eh, bang Bara ternyata bisa bercanda.
" Siapa takut ? Eh jangan ! Aku belum genap delapan belas tahun "
Fatimah cepat meralat ucapkannya sendiri.
" Temani aku ke toko buku, aku mau mencari bahan untuk skripsi "
Fatimah mengangguk.
Bara dan Fatimah berjalan beriringan menuju tempat parkir, tidak ada yang namanya saling menggenggam tangan seperti pasangan yang baru jadian pada umumnya, karena mereka memutuskan untuk berpacaran juga bukan karena sudah saling jatuh cinta, baru berusaha untuk saling jatuh cinta.
" Bang, apakah keputusan kita rujuk tanpa disaksikan oleh Fatimah ini sudah benar ? "
Aisyah dan Om Sam yang hendak menjemput Fatimah di kampus, sekalian memberitahukan jika pagi tadi keduanya sudah menikah kembali di rumah orang tua Aisyah jadi urung melihat Fatimah yang duduk di temani seorang laki-laki.
Om Sam hanya di temani oleh Saka dan Yasmin, karena cuma syukuran kecil kecilan.
" Jika kita sudah tinggal bersama, Abang yakin, pelan pelan dia akan memaafkan dirimu, Aish, kamu ibunya, kamu istri Abang, dia hanya marah sesaat, itu tandanya dia perduli "
Om Sam menggenggam telapak tangan Aisyah dan membawanya kembali ke area parkir, terlihat jika Fatimah sudah naik di belakang boncengan motor yang dikemudikan oleh pria yang bersamanya tadi.
" Apa Fatimah sudah memiliki kekasih ? "
" Sepertinya belum "
Om masih bisa melihat melalui ekor matanya jika bayangan Fatimah yang dibonceng sepeda motor mulai menghilang di ujung gerbang kampus.
" Tapi pria itu ? "
" Mungkin temannya, kita pulang, ini hari pengantin kita, kamu juga perlu mengenal rumah, sekalian...."
Om Sam tidak melanjutkan ucapannya, dia hanya langsung masuk ke dalam kursi kemudi, Aisyah juga melakukan hal yang sama, duduk di kursi penumpang.
Jantung Aisyah berdetak kencang, dia bukan lagi perempuan yang masih mentah yang tidak tahu kemana arah pembicaraan yang suaminya ucapkan barusan, bagaimanapun dia pernah menjadi istri Om Sam, tatapan mata dan bahasa tubuhnya, Aisyah sudah hapal.
Sesampainya di rumah, Om Sam memperkenalkan Aisyah pada mbak Poni, Art yang selama ini menemani Fatimah, lalu tanpa perlu lagi berbasa basi karena Fatimah juga belum sampai ke rumah, Om Sam menarik Aisyah masuk ke kamar.
" Kamu gugup ? "
Aisyah tersenyum tipis.
" Aish, kita kan sudah pernah menikah, Abang tahu kamu seperti apa, begitu juga sebaliknya, kita sama sama sepakat tidak mengungkit hal hal yang sudah berlalu, kecuali melunakkan hati Fatimah agar dia mau memaafkan kita, fokus kita hanya ingin bahagia bersama bukan ? "
Om Sam mengambil kedua telapak tangan Aisyah.
" Kamu cinta sama Abang kan ? "
Om Sam bertanya lembut.
Aisyah menganggukan kepalanya.
" Abang juga cinta padamu, Aish, makanya Abang menangis ketika menjatuhkan talak padamu dulu, tapi sudahlah, itu ujian untuk cinta kita "
ckk, Om Sam bicaranya seperti remaja, Bara saja tidak seperti itu.
" Mau mandi dulu atau sekalian saja nanti ? "
Aaaa, Om Sam walaupun sudah hampir kepala enam tapi tetap keren, Mak othornya jadi deg deg'kan, lho.
Om Sam dan Aisyah tidak perlu menunggu malam, usia yang sama sama matang tidak lagi membuat keduanya pakai acara malu malu lagi, tapi hari ini sungguh sangat berbeda jika dibandingkan dengan ketika mereka melakukannya sebagai hal awal sebab akibat kehadiran Fatimah.
Hari ini, ranjang Om Sam tidak lagi dingin, dan mereka melakukannya dengan cinta walaupun harus melewati masa masa kesunyian yang tidak sebentar.
Mbak Poni hanya diam menatap pintu kamar Om Sam yang tertutup rapat, dia tidak tahu bagaimana jika Fatimah pulang nanti mendapati Papanya sudah rujuk dengan ibunya.
...******...
Berdua berjalan melewati rak rak buku yang ya... Hanya membaca judulnya saja Fatimah sudah malas, hingga kedua mata Fatimah membulat dengan sempurna ketika berdiri di hadapannya sosok yang sama seperti Bara, hanya.....
Fatimah melirik sekilas ke arah Bara yang membolak balikkan halaman dengan wajah yang sedikit menunduk yang berada disebelahnya, sementara pria yang ada di hadapannya menatap datar pada Fatimah karena terus menatapnya.
" Bang "
Fatimah memanggil pelan.
Bara mendongakkan kepalanya, manik matanya juga menatap saudara kembarnya yang juga tengah menatap dirinya dan Fatimah bergantian.
" Dia saudara kembar-ku, Neo "
" Oh, pantas, tadi aku kira han-tu "
Fatimah berucap lemah.
Neo melotot,
Setampan ini dikatakan hantu ? ckk
Neo tidak perlu bertanya siapa gadis yang bersama dengan Bara, dia sudah bisa menebak, Bara tidak pernah dekat dengan perempuan lain selain gadis gadis yang ada dilingkungan keluarga, dan ketiganya tetap tinggal di Mansion, jangan bermimpi bisa tinggal di luar seperti para pria pria di keluarga mereka.
" Pantesan tadi waktu aku ngajak bareng ke sini kau menolak, rupanya.... "
Neo mempermainkan senyumnya.
Bara diam saja.
" Sudah lama kita tidak saling mengobrol dari hati ke hati gara gara kita sama sama sibuk, okeh, aku tunggu di rumah ! "
Neo menepuk pundak Bara pelan sembari berbisik.
" Cantik "
Ujarnya usil.
Bara melotot, Neo terkekeh sembari berlalu menuruni anak tangga menuju meja kasir dengan bersiul pelan, buku yang dibutuhkannya sudah ia dapatkan.
" Abang gak cerita kalau punya kembaran "
" Kita kan baru jadian "
Fatimah terkekeh.
" Siapa lagi yang kembar ? "
Fatimah mensejajari langkah kaki Bara yang terus membaca judul demi judul buku yang di pajang tersusun rapi di rak rak buku yang bertingkat.
" Mama "
" Adik ? "
" Kami cuma berdua "
Fatimah ber O saja, dan mulai mengingat ingat apa yang membedakan Bara dengan kembarannya tadi.
" Bang, abang dengan...."
" Perbedaan kami terletak pada bentuk senyuman, aku lebih mirip ke Papa, kalau Neo ke Mama "
Potong Bara sebelum Fatimah menyelesaikan ucapannya.
...*****...
...🌻🌻🌻🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Mmh dew
❤💛💚💙💜
2024-07-26
0
dyul
yang aku suka dari tulisan Riena gak fulgar, pacarannya yg wajar.... suka banget, knp aku ketinggalan cerita kalian semua
2023-03-15
1
Just Rara
bara udah punya pacar,yg bakalan dijodohin sm anak ali si neo dong 😁😁
2022-02-24
0