" Pa, aku permisi ke toilet "
Sebelum Neo melipir ke belakang, Papa Elang cepat mencekal pergelangan tangan Neo.
" Jangan membuat malu Papa, Neo, kau bukan anak remaja yang nervous, tahan saja "
Mama Freya menutup mulutnya agar tidak tertawa.
Suaminya semakin dewasa semakin galak, padahal anak anaknya sudah dewasa juga, bentar lagi mau mantu malah.
Neo menyerah, dengan gayanya yang sok di cool cool-kan biar kelihatan tenang, dia berjalan di belakang Papanya.
Tidak mungkin juga di sebelah Papa Elang, ada Mama Freya yang selalu menggamit lengan Papa Elang.
Om Ali dan Tante Riella berdiri menyambut kedatangan Papa Elang dan Mama Freya, begitu juga gadis cantik yang ada disebelahnya.
Ingin rasanya Neo tidak mau melepas kaca mata hitam yang dipakainya, agar ia bisa menilai seperti apa perempuan yang akan di jodohkan dengan dirinya.
Ngomongnya saja cuma mau diperkenalkan, padahal itu kan cuma bahasa yang diperhalus saja, memangnya Neo gak tahu.
Tahu akhirnya akan dijodohkan, mendingan seperti Bara, cari sendiri, siapa tahu ketemu yang lebih menggemaskan dari Fatimah.
Berbeda jika bertemu dengan tidak sengaja, baru bisa dikatakan mau diperkenalkan, ingin Neo membantah tapi tidak berani.
Dengan gerakan sedikit sok keren lagi, padahal memang keren, Neo melepaskan kaca matanya, pura pura tidak melihat gadis cantik yang juga tengah menatap ke arahnya, padahal ekor matanya sudah gatel kepengen melihat.
" Maaf Bang, terlambat "
Papa Elang menyalami Om Ali dengan sedikit merasa tidak enak hati.
" Gak apa apa, dari Mansion ke sini lebih jauh dari pada kami "
Om Ali menepuk nepuk lengan Papa Elang.
" Dan ini, Bara atau Neo ? "
" Neo Om "
Neo yang menjawab pertanyaan Om Ali sembari menyalami calon mertuanya, eh.
Cie cie, calon mertua.
" Nah, Neo, ini Alika, anak sulung Om, adiknya Jojo tidak bisa ikut, dia ke kampus "
Alika dan Neo saling menatap dalam diam, tidak ada yang mau mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Ekhem.
Papa Elang berdehem pelan.
Neo cepat mengulurkan tangannya ke arah Alika, dan Alika sendiri, tentu saja tidak ingin membuat malu semua orang, dia menyambut uluran tangan Neo perlahan.
Basa basi dan bla bla bla, baik Neo maupun Alika sama sama tidak mendengar dengan seksama, keduanya seperti robot yang sudah di stel untuk selalu tersenyum tanpa menyela pembicaraan para orang tua.
Tawa Mama Freya sudah hampir meledak melihat bibir Neo yang tidak bisa berhenti tersenyum, atau uratnya sudah kaku, entahlah.
" Neo, bibirmu gak pegel begitu terus ? "
Tegur Mama Freya ketika ketiganya sudah berada di dalam mobil untuk kembali ke Mansion.
Papa Elang terkekeh.
" Kan biar Papa dan Mama tidak malu "
Jawabnya ngeles.
" Tapi tidak harus senyum terus, Neo, kau sedang tebar pesona pada Alika ? "
Papa Elang memiringkan kepalanya menatap Neo yang sedang fokus menyetir.
Neo hanya menggaruk garuk kepalanya.
" Kau ajaklah Alika besok mencari cincin pertunangan "
Neo mendadak menginjak pedal rem secara tiba tiba.
" Pa, kenapa harus secepat itu ? Kata Papa kemarin cuma berkenalan, lagi pula aku belum selesai kuliah Pa "
Neo protes.
" Bertunangan dulu sambil kalian saling mengenal lebih dekat, bukan langsung menikah, tadi waktu kami bermusyawarah kau diam saja, berarti setuju "
Papa Elang mendengkus
" Aku...."
Memang aku tadi kemana dan memikirkan apa ?
" Makanya kamu jangan kebanyakan senyum ! "
Papa Freya ikut menyalahkan Neo.
...*****...
" Gimana ? Pasti cantik kan ! Gak mungkin Papa memilihkan calon istri untukmu yang sedang sedang saja "
Berondong Bara ketika Neo menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.
" Ya sudah, kau saja yang menggantikan posisiku, biar aku ...."
" Neo, jangan sampai aku berpikir jika kau menyukai Fatimah juga, kau hanya melihatnya cuma sebentar "
Bara mendadak gusar
" Kita terlahir dari rahim yang sama, dan di waktu yang sama, kalau kita menyukai orang yang sama, apa yang aneh "
Neo cepat cepat menutup mukanya dengan bantal sebelum ada bantal atau sandal rumah yang melayang ke arah wajahnya.
" Neeeeoooo....."
Bara menggeram, wajahnya sudah memerah.
Neo menyingkirkan bantal dari wajahnya, lalu berdecih.
" Pecemburu kali kau, aku cuma bercanda, Alika tidak kalah cantiknya dengan Fatimah-mu itu, yang membuat aku kesal, kenapa Papa terlalu terburu buru agar kami segera bertunangan, mana besok aku disuruh mengajak dirinya memesan cincin, aku jadi kepengen bunuh diri "
Neo mendramatisir keadaan.
" Gayamu mau bunuh diri, kurang keren "
Bara mencibir.
" Jadi apa ? "
" Nikahi saja langsung, kau kan juga belum punya pacar, tidak ada yang memberatkan.
Ayo siap siap, kau mau ikut kembali ke sana atau masih mau tinggal disini ? Sudah dua malam kita meninggalkan Alan dan Julie hanya berdua saja disana "
" Ah iya, aku sampai lupa, jangan sampai ketika kita sampai, Julie sudah melahirkan "
Bara melotot, Neo terkekeh.
...*****...
" Bang, Bang Bara dan Bang Neo kenapa belum pulang juga ? "
Julie menatap pintu pagar yang basah karena terus menerus di guyur oleh hujan gerimis sejak satu jam yang lalu.
" Kenapa ? Kamu merindukan mereka ? Kan ada Abang disini "
Julie berdecak.
" Aku cuma bertanya, terlalu lama kita cuma berdua, membuat aku kuatir "
Julie menghembuskan tubuhnya di sofa, bersebelahan dengan Alan yang sedang sibuk mengetik pada komputer lipatnya.
" Kuatir kenapa ? "
" Jatuh cinta pada Abang "
Julie berucap cuek tanpa melihat Alan yang melongo.
Alan kalah telak.
" Kenapa ? Gak lucu ya ? Pantas saja Abang tidak tertawa "
Dengan tenang, Julie semakin merosotkan tubuhnya ke sofa, tiduran santai dengan meletakkan kepalanya di tangan sofa.
Alan menjadi panas dingin, perkataan Julie yang barusan membuat Alan kehilangan konsentrasinya.
" Juliette "
" Hemm "
Julie cuma menggeram tanpa melihat ke arah Alan yang terus menatapnya.
" Kenapa takut jatuh cinta pada Abang, Abang kan cakep "
" Cekep sih cakep tapi tukang gombalin, kaya' Bapak.
Ah, mendadak aku rindu padanya "
Julie terus saja berbicara tentang Bapaknya yang cakep tapi lembut, romantis dan tukang ngegombalin Ibuknya.
Jari jemari tangannya terus bergerak di atas layar ponselnya, sepertinya dia sedang melihat galeri foto, bibirnya tersenyum manis terkadang tertawa kecil.
Alan terus menatap Julie dengan menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa, mengamati tiap jengkal raut wajah Julie, mencoba menyimpannya dalam hatinya, jika lukisan itu bertahan, Alan bisa mengambil kesimpulan apa arti Julie pada dirinya.
Jika kebanyakan orang akan bosan bertemu dengan orang yang itu itu saja, tidak dengan Alan, dia justru berharap Bara dan Neo sedikit lama beranda di Mansion, kalau perlu keduanya di pasung saja, biar tidak kembali.
...******...
...🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Safitri Agus
😂😂😂
2024-09-04
0
Mmh dew
❤🧡💛💚💙💜
2024-07-26
0
Qaisaa Nazarudin
Malika kan? ceweknya Reino kalo gak salah ya,Aduh apa reaksi nya Reino kalo tau yg di jodohkan ke Neo adalah Malika,,
2023-04-02
0