Tring.
Bunyi pesan masuk dari ponsel yang Fatimah lemparkan secara asal di atas ranjang, mengalihkan perhatian Fatimah.
Fatimah yang sedang sedang nonton film horor di komputer lipatnya, menatap sekilas, terlihat sederet angka tanpa nama pada layar ponsel.
Jarinya menekan tombol buka pada ikon berwarna hijau.
[ Hai, belum tidur kan ? Namaku....Aku punya teka teki, jika kamu bisa menjawab namaku, aku akan memberikanmu hadiah ]
Ah, Malaikat penolong.
Gumam Fatimah pelan, sejak dua hari yang lalu, dia diantarkan pulang ke rumah, pria yang hanya nama saja tidak mau memberitahukan, tidak ada menghubungi dirinya sama sekali.
[ Apa ? ]
[ Apa yang kamu lihat pada api yang menyala ? ]
Fatimah berpikir sebentar, lalu menjawab asal.
[ Bara ]
[ Pintar, itu namaku, kelak jika ada takdir, kamu akan tahu arti nama itu ]
[ Maksudnya ]
[ Kamu mau jadi kekasihku ]
Fatimah membulatkan matanya, bagaimana bisa pria itu menanyakan hal yang konyol seperti ini, mereka baru bertemu dua kali.
[ Apa Abang bercanda ? ]
[ Tidak ]
[ Apa Abang jatuh cinta padaku saat pertama kali melihat ku ? ]
C'mon Fatimah, jangan terlalu percaya diri.
[ Tidak ]
[ Kenapa menginginkan aku jadi pacar Abang ? ]
[ Berdasarkan intuisi, jika kamu menerima tawaran ku, baru aku akan jatuh cinta padamu, aku tidak mau seperti orang lain yang jatuh cinta duluan baru menembak untuk jadi kekasihnya, bikin capek perasaan, jatuh cinta harus pada orang yang tepat ]
[ Boleh aku berpikir ]
[ Oke, lima menit ]
Terlihat dari obrolan, jika Bara langsung tidak online
Huh,
Fatimah mengembuskan napas kuat, dia mencoba menimbang nimbang dan menyelami cara berpikir Bara.
Ada benarnya juga, kalau jatuh cinta dulu, kita tidak tahu apakah dia menyukai juga ? Atau jangan jangan dia sudah memiliki kekasih, bahagia belum tentu, patah hati sudah pasti.
[ Bang, aku mau jadi kekasihmu ]
Belum sampai lima menit, Fatimah sudah mengirimkan pesan jawaban bahwa ia setuju jadi kekasih Bara.
[ Oke, sekarang tidurlah ! Aku akan menemui-mu besok di kampus ]
Setelah itu tidak ada lagi saling berbalas pesan.
Tok
tok
tok.
Ketukan halus di pintu membuat jantung Fatimah yang sudah berdebar debar karena ungkapan yang aneh dari pria yang baru ia kenal, semakin berdebar mendengar pintu kamarnya diketuk.
" Baby, kamu sudah tidur ? "
Suara lembut Om Sam terdengar dari balik pintu.
" Sudah "
Om Sam membuka pintu sembari terkekeh.
" Kamu bisa saja, sudah tidur kok bisa menjawab "
Om Sam mendudukkan bokongnya di tepi ranjang, Fatimah yang sedang rebahan dengan posisi telungkup segera duduk.
" Ada apa Pa ? Kelihatannya ada yang mau dibicarakan ? "
Fatimah menatap wajah Papanya yang terlihat sedikit serius.
" Baby, kalau Papa rujuk dengan Mamamu bagaimana ? "
Om Sam langsung ke inti pembicaraan, karena selama dua hari ini, Om Sam sudah menemui kedua orang tua Aisyah, mengutarakan maksud keinginan mereka untuk rujuk, bukan hanya demi Fatimah saja, tetapi untuk kebahagiaan mereka juga.
Kedua orang tua Aisyah menyerahkan keputusan pada Aisyah sendiri, terus bertahan dengan menyandang status janda sangat membuat tidak nyaman dan membikin telinga panas karena omongan tetangga tidak pernah berhenti bergunjing.
Alfian sendiri ketika diberitahukan tentang niat Om Sam, sangat tidak percaya, ia menganggap Om Sam hanya bercanda.
" Kenapa harus menunggu lama baru menyadari bahwa kalian berdua saling mencintai ? Kalian benar benar bodoh, hampir delapan belas tahun kalian terus sendiri ? Apa yang membuat kalian sama sama gengsi ? Sam Sam....Kalian hanya membuang buang waktu dengan sia sia "
Begitulah ucapan Alfian ketika Om Sam mengatakannya kemarin.
" Demi apa kalian rujuk ? Demi aku ? Tidak perlu ! Aku tidak membutuhkan seorang perempuan yang bernama Ibu "
Fatimah langsung menelungkupkan kembali tubuhnya.
" Waktu tidak dapat di putar kembali, dimana dia ketika aku masih bayi ? Ketika hanya Asi yang menjadi sumber makanan untuk tubuhku yang tidak berdaya ? Dimana dia ketika malam malam sepiku hanya berselimutkan selimut hangat dan Box yang dingin ? Dimana dia ? Walaupun ada Tante Dinda, dia hanya Tanteku, bukan ibuku.
Aku tidak ubahnya seperti seorang yatim ketika itu, pernahkah dia memikirkan itu ? "
Fatimah menangis.
Om Sam mengusap wajahnya dengan telapak tangannya.
" Sayang, karena kami saling mencintai "
Om Sam berucap pelan, kerongkongannya terasa tercekat, dia tahu jika tidak mudah untuk mendapatkan maaf dari Fatimah.
Fatimah kembali duduk.
" Cinta ? Kemana cinta itu ketika kalian berdua memutuskan untuk bercerai ? Kenapa baru sekarang mengatas namakan cinta.
Kalau Papa ingin rujuk, silahkan ! Aku tidak akan menghalanginya, aku tahu Papa membutuhkan seorang wanita untuk berada di sisi Papa, tapi aku tidak membutuhkan seorang ibu, dan aku akan kembali kerumah Om Al, aku tidak mau serumah dengan wanita yang telah mengabaikan aku selama tujuh belas tahun lebih dahulu "
Setelah mengatakan keberatannya, Fatimah meninggalkan Om Sam di dalam kamarnya.
Fatimah berjalan cepat menuju kamar mbak Poni, Art yang selama enam tahun ini menemani Fatimah ketika Om Sam selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya.
...******...
" Ada apa sih Bang "
Julie membiarkan rambutnya sedikit acak acakan menuruni anak tangga.
Setelah selesai video call dengan adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku SMU, lalu bergantian dengan Bapak dan ibunya, ada pesan masuk dari Alan, memintanya untuk keluar dari kamar.
Alan menatap Julie dengan lucu, memakai piyama bergambar Dora Emon berwarna biru muda, ditambah dengan rambut yang sudah berantakan dan bibir yang maju lima senti kedepan, membuat Alan kangen sama Alana yang masih remaja, baru kelas tiga SMP.
Jarak antara Alan dan Alana cukup jauh, tujuh tahun, membuat Alan begitu menyayangi adiknya, makanya Alan tidak berani berpacaran, cukup tebar pesona saja dimana mana.
Ada yang mendekati, akan Alan layani baik baik, tapi tentu saja dia tidak menerima cinta yang mereka tawarkan.
" Duduklah di sini ! Abang belum mengantuk karena banyak yang mau Abang ketik, terserah kamu mau tidur, main Hp, yang penting temani Abang "
Julie mendelikan kedua matanya.
" Bang itu bukan bagian dari kontrak yang aku tanda tangani "
Julie sudah berbalik naik ke atas tangga.
" Juliette, jangan membicarakan kontrak, kita kan satu rumah, harus saling mendukung "
ckk, alasan.
Julie mendengkus jengkel.
" Aku ngantuk bang "
" Tidur saja disofa !
Eh sebelum tidur, buatkan kopi dong ! Gak perlu pakai gula, cukup dengan tersenyum ketika meletakkan kopinya di depan Abang "
Uhuk uhuk uhuk.
Neo yang baru membuka pintu kamarnya terbatuk batuk mendengarkan ucapan Alan.
Julie memutar bola matanya jengah, lalu berjalan ke dapur tanpa menggubris omongan Alan.
" Jul, sekalian dong ! Tapi aku pakai gula, kopiku tidak berpengaruh dengan senyummu "
Teriak Neo yang sudah duduk di dekat Alan.
Kenapa mereka sungguh menyebalkan sih
Julie menggerutu kesal sembari menghidupkan api kompor.
...******...
...🌻🌻🌻🌻🌻🌻...
...******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Junnie Huang
😂😂😂😂😂
2024-08-16
0
Mmh dew
❤💚💙💜🧡💛
2024-07-26
0
Just Rara
ya wajarlah ya si fatimah marah,kmn ibunya selama 18 tahun,saat dia butuh kasih sayang seorang ibu,ibunya gak ada disampingnya
2022-02-24
0