~Jangan menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya~
Selamat Membaca...
•••••
Selama ulangan bulanan berlangsung, selama itu pula mereka telah keluar dari rumah keluarganya itu dan menempati rumah sewaan baru.
Andara telah mengetahuinya, tapi dia tak dapat pulang karena dia juga dalam masa ulangan, bahkan karena dia sudah kelas dua belas akan sulit untuk meminta ijin pulang. Dia akan mengikuti belajar mandiri pada malam harinya, dan di hari Sabtu dan Minggu kadang-kadang juga ada kelas mandiri lainnya.
Puspa masih bekerja di pabrik dimana dia bekerja sebelumnya. Dia tidak dapat berhenti karena akan sulit untuk mendapat pekerjaan lain.
Nadhira pun masih tidak mengatakan niatnya untuk mengajak ibunya untuk pindah ke kota B karena dia masih menyiapkan sesuatu.
Dan tak lama lagi dia berencana untuk mengatakan niatnya. Karena masa ulangan telah berakhir dan nilai yang di capai nya juga bertujuan untuk memudahkan proses kepindahan sekolahnya.
Tepat hari Sabtu pagi, setelah dia selesai berlari berkeliling di wilayah tempat tinggal barunya Nadhira mengutarakan keinginannya.
"Bu, aku ingin mengatakan sesuatu,"
"Apa itu Ira, ibu akan mendengarkannya," ucap Puspa tanpa menoleh ke arah Nadhira yang saat ini sedang duduk di meja makan, sedangkan Puspa sedang memasak.
"Bu, bagaimana kalau kita pindah ke Kota B?"
"Apa?" Perkataan Nadhira mengejutkan Puspa dan dia langsung menoleh ke arah Nadhira.
"Apa maksudmu Ira? Bagaimana bisa pindah ke Kota B yang mayoritasnya kebanyakan orang kaya. Kita di sini saja sulit hidup apalagi di sana. Dan lagi mau bekerja apa ibu di sana dengan latar belakang pendidikan yang terbatas ini," dia mematikan kompor dan duduk menghadap puteri nya itu.
"Begini bu, di sana kita akan memulai lembaran baru. Mengenai pekerjaan atau pun uang untuk makan ibu tidak perlu khawatir. Aku memiliki teman yang akan membuka usaha di sana dan kami akan bekerja sama untuk itu jadi ibu tidak perlu susah-susah lagi untuk bekerja," jelas Nadhira. Dia tidak bisa mengatakan sebenarnya mengenai dirinya lah yang akan membuka usaha bukan temannya.
"Benarkah? Tapi...," ucapan Puspa langsung di sanggah oleh Nadhira. Dia tidak ingin Puspa menolaknya dan terus meyakinkannya, agar Puspa mau untuk pindah.
Setelah sekian banyak alasan yang di buat Nadhira akhirnya Puspa pun mengalah dan mau pindah ke Kota B. Tapi dengan satu syarat, yaitu dia tetap akan mencari pekerjaan dan mau tak mau Nadhira pun mengiyakannya dari pada Puspa tak mau pindah.
Nadhira telah menyelesaikan perpindahan sekolahnya, sementara Puspa telah mengemasi barang-barang yang akan di bawa.
Sebenarnya tidak banyak barang yang di bawa, hanya beberapa set pakaian dan barang lainnya yang penting. Lagipula mereka tidak pernah mampu membeli yang lain.
Andara telah mengetahui tentang ini dan dia pun meminta ijin untuk pulang, kebetulan ulangan bulanan telah berakhir. Dia pulang untuk membantu mengemasi pakaiannya dan lainnya.
Bibi Mayang, paman Aryo dan Sinta mengantarkan kepergian mereka dengan tangis. Serasa tak rela di tinggalkan oleh orang yang sangat dekat.
"Ara, Ira, ayo cepat! Kita harus cepat pergi le halte bus, karena bus akan segera datang," teriak Puspa kepada kedua anaknya yang masih di dalam rumah. Sedangkan dirinya sedang berpamitan dengan bibi Mayang dan lainnya yang tak rela melepas kepergian mereka.
"Kak, kami akan sering berkunjung kesini, jadi jangan terlalu khawatir," ucap Puspa kepada Mayang.
"Ya ya itu harus, kalian jangan lupa dengan kami," sahut Mayang dengan anggukan.
Mereka pun pergi dengan diantarkan bibi Mayang, paman Aryo dan Sinta ke halte bus.
Sesampainya di halte bus bertepatan bus datang dan merekapun bergegas naik ke dalam bus.
Mereka melambaikan tangan perpisahan kepada bibi Mayang dan lainnya.
Satu jam lebih akhirnya mereka sampai di halte bus di Kita B. Ketika mereka turun dari bus, pemandangan gedung tinggi berjejer menyambut mereka. Mobil-mobil mewah berlalu lalang di jalan raya.
Mereka bertiga berjalan menuju rumah yang akan mereka sewa, karena sebelumnya Puspa telah mencari-cari rumah sewaan di Kota B dengan harga standar meski itu masih tergolong mahal bagi orang dari Kota D.
Untuk sebulan mereka masih dapat membayar, tapi entah untuk bulan kedua, Puspa juga sudah berusaha mencari pekerjaan untungnya dia mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah rumah makan kecil. Meski gajihnya tak seberapa, namun cukuplah untuk bertahan hidup dan membayar sewa. Begitu dia menabung cukup uang, dia akan berusaha membeli rumah.
Tepat pada hari Senin, Nadhira berangkat ke sekolah bersama Andara.
Sekarang, Nadhira membawa kebutuhan sehari-harinya di punggungnya, meskipun tidak banyak, karena hanya buku, dan alat belajar lainnya.
Ketika dia melihat ke gerbang masuk SMA JAYA, plang raksasa tergantung tinggi di atasnya.
Sekolah Menengah Atas JAYA, Ini adalah nama lengkap sekolah tersebut. Nadhira adalah seorang siswa pindahan dan telah datang di tengah semester akademik, jadi dia pergi untuk melaporkan dirinya sendiri ke kantor kepala sekolah begitu dia tiba di sekolah baru. Andara tidak dapat menemaninya karena dia harus masuk kelas, karena jam telah menunjukkan mulainya pelajaran.
Kepala Sekolah Santoso adalah seorang pria paruh baya dengan usia kurang lebih 45 tahunan ke atas. Dia duduk tegak dan serius seperti tokoh bijaksana.
Nadhira pun mengetuk pintu dan masuk setelah di persilahkan. Nadhira adalah seorang yang berprestasi di kota D, tapi dia bukan orang kaya. Oleh karena itu sikap kepala sikap Kepala Sekolah Santoso terhadap Nadhira terlihat tidak ramah.
Meski Nadhira berpretasi dia tidak menempatkan Nadhira di kelas A, dimana di dalamnya semua anak orang kaya, meskipun ada siswa tak kaya itu karena dia berprestasi di Kota B dan telah di kenal akan hal itu.
Setiap kelas di sekolah ini menamai kelasnya dengan huruf. Misalnya, Kelas A, Kelas B, Kelas C, Kelas D, dan lainnya untuk setiap kelas. Dari kelas dengan huruf tersebut terbagi juga IPS dan IPA. Nadhira di tempatkan di kelas C. Dimana di dalamnya juga terdapat banyak anak dari beberapa pengusaha, tetapi mereka tidak selalu berprestasi di bidang akademi, jadi di tempatkan di kelas sepuluh IPS C.
Siswa yang di letakkan di kelas A dan B semua anak orang kaya dan jenius.
Guru wali kelas sepuluh Kelas C adalah seorang wanita yang baru saja lulus dari perguruan tinggi. Ibu Najwa terlihat sangat muda, mungkin sekitar awal dua puluhan.
Mendapatkan posisi menjadi wali kelas setelah lulus dan masuk ke SMA JAYA, keluarga ibu Najwa pastilah kaya atau berpengaruh.
Dia membawa Nadhira langsung ke kelas. Di SMA JAYA memiliki asrama, tapi tidak di wajibkan untuk tinggal di asrama. Hanya siswa seperti Andara yang tidak memiliki kerabat di Kota B atau tidak tinggal sendiri.
¤
¤
¤
Semoga Suka...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
💀~_~THE DARK QUUEN~_~💀
Oi paman arya apa paman aryo cokk
2021-08-09
0
ifa
lajut
2021-07-24
0