~Sejauh-jauhnya jarak antara rumah keluarga satu dengan yang lainnya, tetap saja ikatan darah lebih kental daripada air~
Selamat Membaca...
•••••
Bu Puspa dan bibi Mayang tahu bahwa itu hanya alasan saudara pertama mereka, tapi mereka tak dapat melakukan apa pun. Itu terserah pada sang pemilik hak.
"Memang sudah begitu ada nya! Lalu bagaimana dengan saudara kedua kita?" Tanya bibi Mayang lagi.
"Dia mengatakan kalau dia baru saja membeli rumah baru, dan tidak memiliki uang lagi," jawab bu Puspa.
"Ini semua adalah salah ku yang tidak mampu menjaga Nadhira dengan baik selama bersama ku, jika saja Nadhira tidak bangun, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri," lanjut bu Puspa berkata dengan sedih dan juga putus asa. Pasalnya sepengetahuannya atau kata dokter Nadhira saat ini
dalam keadaan koma entah kapan bisa bangunnya.
Beralih kepada Maya yang sekarang berada di dalam tubuh Nadhira yang dia ketahui namanya dari ingatan pemilik tubuh.
Meskipun pada saat ini Maya tidak berada di dalam tubuh Maya yang dulu lagi, akan tetapi dia masih memiliki kemampuan hebatnya bersama nya.
Dengan demikian dia dapat mendengar suara-suara dari luar dengan jelas tidak peduli seberapa kecil nya suara itu. Dan pembicaraan yang tak sengaja di dengar nya itu membuat Maya merasa sangat tersentuh dan hangat di hatinya. Entah itu bawaan dari tubuh ini atau memang perasaan Maya yang menghangat.
Ketika dia bangun pagi ini, dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah sakit dan yang membuatnya tak percaya dia berada di tubuh yang bukan miliknya.
Serangkaian ingatan memasuki kepalanya membuatnya mengetahui bahwa dirinya sekarang tidak lah lagi berada di dalam tubuhnya. Dan untuk jiwa pemilik tubuh dia tidak tahu kemana.
Dan saking fokusnya mencerna apa yang terjadi pada dirinya, dia sampai lupa untuk memberitahukan kalau dirinya sudah sadar meski bukan anak dari wanita paruh baya yang bernama Puspa itu atau ibu nya Nadhira.
Saat ingin beranjak dari duduk di atas ranjang pasien. Terdengar suara langkah yang cepat berjalan ke arah pintu, dan kemudian terlihat pintu kamar di dorong dan terbuka menampakkan dua wanita paruh baya dengan usia yang kemungkinan hampir sama masuk ke dalam kamar pasien itu.
Mereka berdua memakai pakaian yang sama. Mungkin mereka bekerja di tempat yang sama,pikir Maya. Dan meskipun pakaian mereka terlihat usang akan tetapi pakaian itu bersih dan juga rapi.
Wajah mereka yang kusam dan memiliki lumayan banyak keriput sangat jelas tercetak di wajah mereka.
Mungkin karena pekerjaan mereka yang hanya cukup untuk makan sehari membuat mereka tidak bisa merawat tubuh serta wajah mereka.
"Ibu.. Bibi.." Maya memanggil kedua wanita itu dengan kaku. Dia merasa aneh setelah mengucapkan itu, karena dia sudah sangat lama dan tidak terbiasa dengan panggilan itu semenjak dia tak lagi memiliki orang tua. Tapi demi memerankan dirinya sekarang yang sebagai anak dari wanita paruh baya bernama Puspa itu, dia mencoba sebisa nya.
Dalam ingatan Nadhira, Maya mengetahui bahwa bu Puspa sangat menyayangi Nadhira.
Saat kedua wanita paruh baya itu melihat sosok yang mereka kenali sedang akan beranjak dari ranjang pasien mereka mematung di tempat.
Pasalnya yang dia ingat dokter mengatakan puteri nya itu koma dan entah kapan akan bangun karena terjadi penyumbatan di aliran darah di otaknya membuatnya harus di operasi, tapi sekarang? Puteri nya dengan sangat sehat dan senyuman nya akan beranjak dari ranjang pasien?
Terlepas dari itu semua, tak menutup sekarang dia sangat bahagia, senang, terlihat dari raut wajah kedua wanita setengah baya tersebut saat melihat orang yang sangat di khawatirkan telah sadar dan duduk di ranjang pasien dengan tersenyum.
"Na-Nadhira? Kau sudah bangun nak?" Meskipun sangat terkejut, Puspa segera menghampiri ranjang pasien di mana Nadhira berada, dia langsung menangis dan memeluk Nadhira dengan lembut.
"Nadhira akhir nya kamu sadar," bibi Mayang bergegas menghampiri Nadhira juga setelah sadar dari keterkejutannya.
Setelah di rasa cukup, Puspa melepaskan pelukannya dari puteri nya dan memandang sendu puteri nya tersebut.
"Bu, Bibi aku sudah tidak apa-apa lagi," ucap Maya yang sekarang adalah Nadhira kepada wanita paruh baya tersebut.
(Nama Maya akan di ganti dengan Nadhira di bab-bab selanjutnya)
"Jadi tidak memerlukan operasi yang kalian bicarakan barusan di luar kamar," ucap Nadhira berusaha membuat kedua wanita paruh baya itu tenang, meski tidak dapat membuat tatapan sedih di wajah mereka menghilang.
"Bagus...bagus, ibu merasa sangat lega ketika melihat kau sudah bangun," Puspa tidak dapat menyembunyikan rasa bahagia nya. Sambil menggenggam tangan Nadhira dia berusaha menahan tangis harunya.
Bibi Mayang tersadar dan berkata. "Oh ya, aku akan memanggil dokter terlebih dahulu," kemudian dia pergi keluar untuk memanggil dokter.
Tidak lama kemudian dokter laki-laki masuk ke dalam ruangan itu bersama seorang perawat perempuan. Di belakangnya di susul oleh bibi Mayang.
Dokter itu sangat terkejut dengan kenyataan bahwa Nadhira sudah bangun, itu sungguh keajaiban, dia tidak pernah mendapati hal seperti ini selama dia menjadi dokter.
Tapi mengingat gadis remaja ini awalnya koma, jadi dia masih perlu memeriksa lebih lanjut dan menyeluruh agar tidak terjadi hal-hal yang tak di harapkan ke depannya.
Oleh karena itu, dokter segera mengatur untuk pemeriksaan Nadhira secara menyeluruh.
Tersisa bibi Mayang, Puspa dan Nadhira sendiri di dalam kamar pasien.
Lagi-lagi bibi Mayang baru ingat bahwa Nadhira baru bangun dari koma nya, jadi kemungkinan besar dia akan merasa lapar.
"Aku akan membeli makanan untuk mu Nadhira. Kau pasti lapar bukan," ucap bibi Mayang kemudian di angguki oleh Nadhira.
Dia pun keluar untuk membeli makanan, sementara Puspa tetap berada di samping Nadhira untuk menjaga nya.
"Bu, ibu istirahat ya! Ira lihat ibu sangat kelelahan," ucap Nadhira berusaha selembut mungkin. Pasalnya dia tak terbiasa akan hal itu.
"Tidak apa! Ibu tidak lelah kok, kan ibu sudah ijin istirahat dari pabrik ibu bekerja," ucap Puspa dengan senyum hangat, menghangatkan hati Nadhira yang sekarang jiwanya adalah Maya.
"Ibu...Ira gak mau kalau ibu sakit. Itu kan istirahat dari tempat ibu bekerja, tapi Ira tahu ibu tidak istirahat karena selalu menjaga Ira selama Ira sakit," Nadhira berusaha keras agar Puspa mau istirahat. Sangat jelas tercetak di wajahnya kalau dia lelah, tapi dia berusaha menutupinya dengan selalu menampilkan wajahnya cerah, tapi sepandai-pandainya menutupi kelelahan pasti akan kelihatan juga.
Seseorang membuka pintu dan muncullah bibi Mayang. "Benar kata Nadhira Puspa! Kau istirahatlah. Jangan saat Nadhira sembuh kau yang selanjutnya sakit, tidak lucu kan jadinya," dia juga menyarankan Puspa istirahat sambil menaruh beberapa kantung kresek di tangan nya ke atas meja samping ranjang pasien Nadhira.
Puspa pun mau tak mau dengan paksaan kedua perempuan yang di sayangi nya akhirnya mau untuk beristirahat.
¤¤¤¤¤
Keesokan paginya Nadhira bangun lebih awal tepatnya hari masih menunjukkan jam 5 pagi.
Tidak ada ibu maupun bibinya saat ini, karena mereka kembali ke rumah mereka untuk mengambil keperluan Nadhira maupun keperluan mereka sendiri dan untuk bibi Mayang dia bersiap untuk pergi bekerja.
Dia turun dari ranjang dan keluar dari kamar dimana dia dirawat.
Meski masih merasa lemah pada bagian kaki, Nadhira pun berhasil mendapati lift dan masuk ke dalam sana, tapi saat dia akan benar-benar masuk seseorang menabraknya dan membuatnya jatuh terduduk di keramik keras.
"Ugh, sial! Sakit," gumam Nadhira merasakan sakit yang teramat di bokongnya.
Nadhira mendongak mencari tahu siapa yang menabraknya dan lagi tidak membantunya untuk sekedar berdiri.
Seorang pria, menggunakan pakaian hitam, topi, masker serta kacamata. Laki-laki itu menatap tajam Nadhira dan langsung berbalik meninggalkan Nadhira tanpa meminta maaf, maupun membantu berdiri.
Laki-laki itu tampak seperti penguntit bagi Nadhira. Mata Nadhira menatap siluet yang tak asing dimatanya, itu adalah sebuah pistol. Dia merasa curiga dan jiwa ke kepoan nya meronta-ronta minta dipuaskan.
Dan jika laki-laki itu benar-benar melakukan sesuatu yang mengancam seseorang, dia tidak akan tinggal diam.
Meski dulu dia seorang agen pembunuh berdarah dingin, akan tetapi dia membunuh seseorang yang memang pantas di bunuh bukan membunuh sembarangan.
Nadhira takut kalau ada seseorang yang tidak bersalah terluka dan dia pun langsung mengikuti laki-laki tersebut dengan keahlian bersembunyi nya yang sangat hebat bagi seorang agen pembunuh nomor satu yang di cari.
Mengapa dia merupakan seseorang yang dianggap jahat oleh para pemerintah? Itu karena dia membunuh orang yang bersalah tapi hanya dia sendiri yang tahu orang yang di bunuh nya itu bersalah tidak dengan orang lain yang menganggap dia membunuh karena hanya kesenangan.
¤
¤
¤
Semoga Suka...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Dede Mila
Kay pernah baca... tapi yg ada audio suaranya... cuma blom Ampe tamat. mudah mudahan yg ini Ampe tamat.../Determined//Determined//Determined/
2024-05-15
0
Nf@. Conan 😎
ini nggak nyontek novel Gu Ning kan thor kok bsa mirip bedanya dy pnya saudara, bkannya anak tnggal d awal
2024-05-14
1
Itoh
ceritanya mirip sma novel rencarnation of the businesswomen at school cma beda nma tokohnya aja
2024-02-20
0