Aku menatap Theo dengan sungguh, dimana Theo juga menatapku. Pipiku serasa memerah sekarang, tapi jika di pikir kejadian tadi siang membuatku langsung memalingkan wajah.
"Ya... Ya... Apakah kalian sudah selesai. Lihat air hangat yang kamu minta sudah ada, aku juga ada sedikit pekerjaan kalian nikmatilah waktu berdua kalian" ucap Dergaz tanpa basa basi langsung meninggalkan kami.
Beberapa saat kemudian ada beberapa pelayan yang datang. Jujur, aku sedikit bingung. Masalahnya tadi serasa rumah ini benar-benar kosong dan tak ada orang, tapi darimana pelayan-pelayan ini.
"Baik, taruh di sini dan tinggalkan kami" ucap Theo sembari memberi isyarat untuk pergi.
"Maaf tuan, tapi kalian sama-sama terluka kami bisa membantu kalian membasuh lukanya" ucap salah satu pelayan.
Terlihat pelayan itu sedikit muda dari yang lainya. Wajahnya juga cukup cantik, jika di pikir setiap hari Theo bisa melihat orang cantik makan dia tak memerlukan aku di sini.
"Kamu tuli? Saya bilang tinggalkan kami!" kata Theo dengan nada meninggi.
Pelayan itu akan menjawab kembali, hanya saja dia di tahan oleh seorang pelayan yang lebih tua lalu mulai membawanya.
"Sial, dia bisa saja merubah moodku" kata Theo sambil menekan sesuatu yang ada di ponselnya.
"Kenapa? Dia hanya ingin membantu?" tanyaku justru merasa heran dengan perilaku Theo.
"Bisakah kamu tak sepolos itu Emelin? Dia ingin menggodaku, dasar wanita penghibur" kata Theo dengan umpatan kasar di akhir kalimatnya.
"Ha... Aku sudah mereset kembali pin pintu kamar, jadi tak ada yang asal keluar masuk nanti" kata Theo sambil mengambil tanganku yang terluka.
"Ini akan sedikit perih, jadi tahanlah" lanjut Theo mulai membasuh lukanya.
"Sshh... Ah.... " kataku yang keluar saat benar saja air yang membasuh tanganku ini terasa perih.
"Maaf, aku akan sedikit lebih pelan" ucap Theo kembali, sambil sedikit meniup bekas lukanya.
Aku saat ini melihat Theo seperti pasangan yang sempurna. Dia tampan, kaya, dan perhatian, tapi di sisi lain sifat Theo bisa kadang berubah. Sudah dua kali dia hampir di bunuh oleh sifat absurd Theo, dimana dia tak akan tenang untuk bertahan hidup sekarang.
"Apa yang kamu pikirkan? Apakah masih sakit?" tanya Theo sembari mengusap tanganku dengan perlahan.
"Iya..... "
"Maaf aku bilang akan melakukannya dengan perlahan, tapi masih saja terasa sakit ya? Memang dalam"
Aku hanya bisa meringis saat Theo terus membasuhnya. Beberapa saat kemudian Theo mengeluarkan anti septik, dan mulai mengoleskannya. Ini terasa lebih dingin, meskipun hanya sebentar di selingi dengan rasa perih kembali.
"Selesai... " kata Theo setelah menyelimuti tanganku dengan perban.
Beberapa saat kemudian Theo beralih ke kakiku, dimana itu juga keadaan yang sama. Dia terlihat tanpa beban saat mengusapkannya, padahal luka itu adalah perbuatan dia.
"Apa yang terjadi tadi malam, pasti sangat buruk bukan?"
"Em... Iya"
"Kenapa? Tak ada jawaban lain?"
"Iya, bukankah itu suatu jawaban?"
"Kamu terlihat lebih pendiam sekarang Emelin, itu membuatku takut"
'Kamulah yang bisa tiba-tiba marah dan berubah hanya dengan salah kata saja' jawabanku batin tak berani untuk bilang langsung.
"Emelin.... " panggil Theo panjang sembari memindahkan wajahnya dekat dengan wajahku.
"Kamu di beri mulut untuk berbicara, atau lebih baik di gunakan untuk hal lain saja?" tanya Theo bersiap untuk menciumku.
Dan benar saja, dia langsung mencium ku tanpa adanya aba-aba lain. Sebuah pagutan yang dia lakukan, dengan lidah yang mulai menjalar liar.
"Bukalah mulut mu dengan benar, aku akan mencium mu di sana hingga aku puas" kata Theo kembali di sela-sela ciuman panasnya.
"Theo, bukankah kamu sedang terluka, aku takut itu akan terbuka" kataku terbata karena nafas memburu yang aku coba untuk aku atur.
"Tak apa. Emelin, aku ingin lidahmu juga bergerak seperti ini setelahnya" ucap Theo langsung melakukan pagutan kembali.
Pagutan yang dalam, dan mulai cepat. Seperti yang di katakan Theo, lidahku juga mulai bekerja. Serasa dia juga ikut bergerak, mengikuti lidah Theo yang tengah menjamah seluruh bagian mulutku.
Sesekali Theo kembali melepaskan pagutannya, tapi kembali melakukan dengan tempo yang lebih cepat dari sebelumnya.
Jujur, nafasku lama kelamaan mulai tersenggal. Beberapa kali aku harus menjambak Theo karena dia tak mau melepaskan pagutannya. Tapi semakin lama justru permainan Theo semakin liar, dengan sebuah ciuman yang mulai menjamah bagian leherku.
Bukan hanya ciuman ringan, tapi sebuah ciuman yang benar-benar meninggalkan tanda di sana.
"Theo... He-Hentikan.... "
"Aku tak dapat menghentikannya" kata Theo terus melakukan aksinya.
Memang Theo tak melakukan apa-apa ke bagian tubuh yang lain. Hanya menjilati bagian telinga, tengkuk, dan leher. Tapi entah kenapa itu bisa membuatku ingin melakukannya.
Aku perlahan mengusap kepala Theo, dengan sesekali menjambak agar Theo mau berhenti. Percuma, bahkan tangan Theo mulai menjamah bagian tubuh yang lain sekarang.
"Theo aku ing-"
Ucapanku terhenti, saat sebuah bunyi yang cukup nyaring keluar dari perutku. Sial, saat itu Theo juga menghentikan aktivitas nya, dan menatapku dengan penuh tatapan nakal.
"Pffttt... Apa itu, kamu lapar Emelin?" tanya Theo dengan kekehan tawa yang dia lakukan.
".... Itulah yang ingin aku katakan" ucapku dengan nada malu sembari memalingkan wajah.
Memang bukan itu hal yang ingin aku katakan, hanya sebuah sanggahan bahwa aku benar-benar menikmati permainan Theo barusan.
"Tunggulah, aku akan ke bawah dan meminta seseorang untuk mengambilkan makanan" ucap Theo sembari beranjak dari ranjang.
"Theo" tahanku saat Theo benar-benar akan pergi.
"Ada apa?"
"Tak ada, bukankah kamu terluka juga? Kamu bisa meminta mereka untuk kemari"
"He? Apakah sekarang nyonya Wallcot mulai takut untuk di tinggal seorang Theo Walcott?" kata Theo dengan nada guraunya.
"Lupakan! Aku hanya tak ingin lukamu terbuka juga, itu bagian yang cukup berbahaya" kataku dengan palingan wajah kembali dan melepas tanganku.
"Tak masalah, lagipula aku tak akan mati hanya luka seperti ini" ucap Theo dengan memeluk kepalaku, dan mulai mengecup ujungnya.
Tak berselang lama Theo keluar kamar, dengan benar pin yang mulai aku perhatikan.
"Apa-apaan, jika luka seperti itu tak bisa membuatnya meninggal, lalu luka seperti apa yang bisa menyakitinya?" tanyaku pada diriku sendiri.
.
.
.
.
.
...––––AUTHOR–––––...
Hallo semuanya, makasih yang udah mampir dan terus favorit buku ini di rak kalian. Jujur beberapa hari ini othor rada insek dengan karya othor sendiri, gak banyak perkembangan seperti yang karya othor sebelumnya. Mungkin cerita nya yang ngebosenin, atau memang feelnya yang gak dapat othor sadar itu. Niatnya othor mau berhenti, dan lanjut yang baru tapi rasanya gak enak ninggalin karya gantung tanpa kepastian. Tentunya gak mau buat kecewa, apalagi kalian yang selalu jadi support sistem othor meskipun hanya satu dua orang othor udh makasih bngtt karena kalian masih bertahan di karya receh othor. Pokoknya! Pokoknya buat kalian author mau ucapin banyak-banyak makasih, udh nunggu atau yang gak sengaja nunggu. Terus like, komen, kritik, saran, dengan bahasa yang sopan ya? karena dengan like, komen kalian buat author lebih semangat lagi buat lanjutin meski gak teratur juga.
. SEE YOU NEXT PART
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Fitriani
tetap semangat Thor aku selalu semangat membaca nya
2022-04-26
2
ダンティ 妹
aku akan mendukung mu thor lanjutkan saja cerita mu sesuai hatimu
2021-12-19
5