Are you remember me?

Aku menatap lekat, sambil memundurkan badanku. Hingga tanpa sadar, kini badanku sudah terpojokan di tepi ranjang. Nafasku mulai memburu, apalagi dengan hal seperti ini. Dia mulai berjongkok menyejajarkan dirinya denganku.

"Siapa namamu...." ucapnya panjang sambil mengusap kepalaku.

Sungguh aku ketakutan, dengan apa yang aku lihat semalam. Belum lagi saat dia mulai mengusap rambutku, mengambilnya beberapa helai lalu mencium aromanya.

"Hm... Siapa? Aku tak dapat mendengarnya...." ujarnya lagi sambil tersenyum melihat ku.

Seketika aku mengalihkan pandanganku, dengan nafas yang masih memburu juga ketakutan.

"Emelin kan... manis sekali...." ujarnya lagi sambil memegangi wajahku.

Dia menatap ku penuh, dimana terlihat senyuman manis dari wajahnya. Senyuman yang sama saat aku melihatnya di malam itu, juga saat bersama dengan Bila.

"Maafkan saya..." ujarku dengan penuh gemetaran, saat dia tidak kunjung melepaskan wajahku dari dekapan tangannya.

"Hm... Maaf kenapa?" tanyanya dengan wajah yang mengejeknya.

"Ma-maaf... Ma-maafkan saya..." ujarku kembali.

Rasanya aku sudah gila sendiri, meminta maaf berkali-kali dengan orang yang tidak aku kenal. Melihat senyumannya saja sudah membuatku merinding.

"Manis sekali..." ucapnya gemas sambil tersenyum dan memainkan pipiku.

Tak berselang lama, dia mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dengan mata yang tertutup sambil menyatukan ujung hidung kami. Sejujurnya aku bukanlah anak yang memiliki hidung mancung, dimana kami sudah benar-benar dekat saat dia melakukan ini.

Menahan wajahku dengan tangannya, dan memainkan hidungku gemas dengan hidungnya. Aneh, sungguh aneh aku bahkan hanya bisa melihat kelakuannya sambil terus berharap ini segera berakhir.

"Emelin... Katakan sesuatu...." ujarnya setelah bermain-main dengan wajahku.

"Ma-maaf... Maafkan saya...." jawabku dengan mata yang sudah memerah dan nafas yang memburu.

Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, dengan semua ini membuatku tak tenang. Aku harap semuanya akan baik-baik saja tapi... Aku bahkan tak bisa menatap wajahnya. Aku terus menunduk saat dia terus bertanya, atau mengatakan sesuatu. Nafasku semakin lama semakin memburu, orang ini... Siapa dia bahkan aku tidak mengenalnya.

"Emelin...." ujarnya lagi sambil mengangkat wajahku yang tertunduk, lalu mengecup bibirku singkat.

Aku hanya membulatkan mata terkejut, dengan kecupan singkat di bibirku yang pertama. Apakah ini sebuah gurauan atau candaan, melihatnya legam sambil tersenyum puas.

"Maaf... Tapi apakah kebiasaan mu terus diam saja saat orang lain mengajakmu berbicara? Manis... Manis sekali sungguh... Bisakah aku melakukannya lagi...." ujarnya sambil mengusap bibirku.

Mataku mulai sendu, saat dia mengambil kecupan pertama dariku. Mataku mulai memerah, dan tanpa sadar mulai menangis dan terisak sesaat. Aku ketakutan dengan kaki yang masih di rantai, dan pria cabul di depanku. Aku cemas tidak dapat berpikir apa yang harus aku lakukan. Hanya sebuah dekapan yang aku lakukan di bibirku, menahan agar suara tangisanku tidak keluar.

"Eh-! E-Emelin! A-apakah aku membuat kesalahan? Aku hanya menanyakan nama!" ujarnya dengan nada panik sambil mengusap air mataku yang keluar.

"Ma-maaf... Maafkan saya... Saya ingin pulang sekarang... Siapa anda... Ji-jika... jika ada masalah bisa tolong beritahu kepada saya... Agar saya bisa memperbaikinya...." ujarnya dengan sesenggukan mencoba untuk berkata-kata.

Tak ada lagi jawaban darinya. Hanya sebuah tatapan datar yang sudah tak bisa di artikan. Lekukan bibir senyum yang tadi dia tampilkan, kini lenyap seketika.

"Kenapa kamu mau pulang? padahal kamu sudah di rumah...." ujarnya dengan nada yang datar dan tak suka.

Seketika aku melihatnya, terlihat aura tak acuh dari dia. Hanya tatapan merendahkan, juga raut wajah yang tidak suka.

"Ta-tapi... i-ini bu-" perkataan ku terhenti seketika saat dia mulai kecekukku dengan tangannya.

"Eh-!" kataku mencoba melepaskan cengkraman tangannya. Aku tak tau, sangat kuat bahkan aku mulai kehabisan nafas.

Dengan kuat aky memberontak, merasakan sebuah genggamannya tambah kuat.

"Aku bilang kamu sudah di rumah... Paham kan? sayang?" tangannya lagi sambil berbisik di telingaku.

Sesaat setelah itu dia mulai melepaskan tanganku. Nafas tersengal aku lakukan, dengan mata yang memerah akibat menahannya. Genggaman apa itu, bahkan nafasku harus mulai ku atur ulang.

Terbatuk sesaat, sambil melihatnya berdiri dan keluar kamar. Aneh juga menyebalkan, bahkan aku tidak bisa berbuat apapun. Sungguh menjijikkan saat aku tak tau kesalahanku apa, tapi di paksa untuk tinggal.

Aku mulai melihat ke arah cermin yang ada di kamar ini. Melihat sebuah bekas cengkraman tangannya. Jujur aku tambah menggelidik ngeri saat melihat bekas tanganya, melingkar dan lebam.

"Orang aneh...." gumam ku perlahan.

Aku mulai duduk di tepi ranjang, sambil memenangkan pikiranku. Melihat keadaan sekitar yang mulai kacau, dengan orang gila yang berada yang aku temui tadi. Jangan lupakan kakiku juga di borgol, membuatku lebih berpikir keras akan hal itu.

"Apa-apaan ini... Kapan semua ini terjadi, perasaan... Baru saja kemarin semuanya baik-baik saja..." kataku dengan diriku sendi.

Aku hanya bisa menangis sambil mengacak kuat rambutku. Dengan teriakan yang aku lakukan tanda aku frustasi dengan keadaan yang aku alami sekarang.

"Kenapa?" ujar Seseorang yang tiba-tiba datang.

Ternyata orang itu adalah laki-laki tadi yang pergi. Dia datang kembali dengan membawa nampan berisi makanan, dan sebuah kotak di salah satu tangannya.

"Tidak apa-apa... apakah ini sakit?" tanya dia kembali sambil mengusap bekas lebam cengkraman nya tadi.

"Haruskah aku jawab? Haruskah? Aku tidak mengenal mu... Sungguh... Jika ada masalah bisa tolong bicarakan denganku, tapi aku mohon... Aku tak mau di sini..." kataku sambil menatapnya kuat.

Dia hanya menaruh nampan di atas nakas, lalu membuka kotaknya dimana berisi obat-obatan di sana. Saat aku masih sibuk berbicara, dia hanya diam sambil mengusapkan salep lalu lalu melilitkan perban di leherku.

"Permisi... Apakah kamu mendengarkan aku?" tanyaku sambil menahan tangannya yang masih sibuk melilitkan perban.

"Pfftt... Apakah kamu melihat wajahmu sendiri? Kesal bukan orang yang diajak bicara diam saja, jadi... Saat aku berbicara atau bertanya lebih baik kamu menjawabnya..." ujarnya justru menahan daguku dengan salah satu jarinya.

"Theo... Theo Walcott... Ingat nama saya ya? Jangan sampai lupa, tak perlu bertanya yang lainya... Hanya perlu diam dan Ingat nama saya... Jadilah perempuan yang penurut, karena saya lebih suka perempuan yang diam tanpa harus banyak bicara...." lanjutnya lagi sambil duduk di sebelahku.

Aneh, sungguh orang yang aneh. Bahkan aku tidak bisa menjawab apapun saat dia berkata-kata.

"E-Emelin...." ujarnya sambil tiba-tiba memeluk tubuhku dari samping.

Rasanya seolah meremang, dia Theo memelukku dengan sangat kuat dan membenamkan wajahnya beberapa saat kemudian. Nafasnya mulai teratur, dengan sesekali terasa dia mencium aromanya.

"Ah-! A-"

"Sssttt... Diamlah... Miss you... Are you remember me?" gumam Theo sambil menambah pelukannya.

Terpopuler

Comments

ダンティ 妹

ダンティ 妹

nect

2021-09-25

1

vivian

vivian

waaaa makasih jill dah up

2021-07-31

3

lihat semua
Episodes
1 Seorang penguntit
2 Mencari kunci
3 Are you remember me?
4 Seorang psychopath biasa
5 Hanya ada satu pilihan
6 Pilihan untuk kebebasan
7 Tempat yang berbeda
8 Sebuah senyuman perpisahan
9 Menunjukkan Sisi Lain
10 Perencanaan Untuk Kabur
11 Berdua di Tepi Danau
12 Hubungan Emelin Dengan Theo
13 Keluarga Theo Walcott
14 Awal Petemuan Theo dan Emelin
15 Pagi Ini Hanya Mereka Berdua
16 Bisakah Aku Pulang?
17 Taman Bermain
18 Kembali Seperti Dulu
19 Hukuman Untuk Theo
20 Hanya Dengan Berpagutan
21 Pasangan Yang Normal
22 Keributan Pagi Hari
23 Posisi Theo Yang Sebenarnya
24 Baby Raffyn Walcott
25 Tawaran Welmia Untuk Pergi
26 Sosok Dalam Diri Emelin
27 Kedatangan Dara
28 Tangisan Seorang Emeline
29 Mimpi Aneh Emelin
30 Laki-laki Itu Sebenarnya....
31 Flashback Cerita Theo
32 Kembalinya Sifat Theo Sebenarnya
33 Pertemuan Raffyn Dan Darrel
34 Pertengkaran Anak-Anak
35 Rencana Bocah TK
36 Dua Sisi Berbeda
37 Kamu Yang Membuatku Pergi, Theo
38 Kedatangan Welmia
39 Perasaan Darrel
40 Rencana Terbesar Theo
41 Awal Salju Di Tahun Ini
42 Kehidupan Baru Mereka Bertiga
43 [S2] Apakah Dia Calon Ayah?
44 [S2] Mama Emeline Adalah Mama Rara
45 [S2] Sikap Dave yang Berbeda
46 [S2] Perjanjian Pernikahan
47 [S2] Rahasia Masa Lalu Emeline
48 [S2] Perhatian Tuan Dave
49 [S2] Dia Sudah Melanjutkan Kehidupannya
50 [S2] Kebetulan Yang Mengejutkan
51 [S2] Layaknya Wanita Penghibur
52 [S2] Rencana Diana
53 [S2] Wajah Dave Yang Sebenarnya
54 [S2] Bayangan Akan Theo
55 [S2] Tragedi Tak Terduga
56 [S2] Beginilah Cara Kita Bertahan Hidup
57 [S2] Sama Tapi Berbeda
58 [S2] Kamu Mengetahui Semuanya
59 [S2] Siapa Kamu Sebenarnya?
60 [S2] Kebetulan Atau Keberuntungan
61 [S2] Tubuh Yang Rapuh
62 [S2] Rencana Sempurna Tuan Dave
63 [S2] Putri Kecil Ayah
64 [S2] Alasan Yang Sederhana
65 [S2] Perjanjian Apa?
66 [S2] Penerus Yang Sempurna
67 [S2] Hanya Seorang Bidak
68 [S2] Kenapa Kamu Tak Sadar?
69 [S2] Pelajaran Khusus Tuan Dave
70 [S2] Kemapuan Yang Tak Sama
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Seorang penguntit
2
Mencari kunci
3
Are you remember me?
4
Seorang psychopath biasa
5
Hanya ada satu pilihan
6
Pilihan untuk kebebasan
7
Tempat yang berbeda
8
Sebuah senyuman perpisahan
9
Menunjukkan Sisi Lain
10
Perencanaan Untuk Kabur
11
Berdua di Tepi Danau
12
Hubungan Emelin Dengan Theo
13
Keluarga Theo Walcott
14
Awal Petemuan Theo dan Emelin
15
Pagi Ini Hanya Mereka Berdua
16
Bisakah Aku Pulang?
17
Taman Bermain
18
Kembali Seperti Dulu
19
Hukuman Untuk Theo
20
Hanya Dengan Berpagutan
21
Pasangan Yang Normal
22
Keributan Pagi Hari
23
Posisi Theo Yang Sebenarnya
24
Baby Raffyn Walcott
25
Tawaran Welmia Untuk Pergi
26
Sosok Dalam Diri Emelin
27
Kedatangan Dara
28
Tangisan Seorang Emeline
29
Mimpi Aneh Emelin
30
Laki-laki Itu Sebenarnya....
31
Flashback Cerita Theo
32
Kembalinya Sifat Theo Sebenarnya
33
Pertemuan Raffyn Dan Darrel
34
Pertengkaran Anak-Anak
35
Rencana Bocah TK
36
Dua Sisi Berbeda
37
Kamu Yang Membuatku Pergi, Theo
38
Kedatangan Welmia
39
Perasaan Darrel
40
Rencana Terbesar Theo
41
Awal Salju Di Tahun Ini
42
Kehidupan Baru Mereka Bertiga
43
[S2] Apakah Dia Calon Ayah?
44
[S2] Mama Emeline Adalah Mama Rara
45
[S2] Sikap Dave yang Berbeda
46
[S2] Perjanjian Pernikahan
47
[S2] Rahasia Masa Lalu Emeline
48
[S2] Perhatian Tuan Dave
49
[S2] Dia Sudah Melanjutkan Kehidupannya
50
[S2] Kebetulan Yang Mengejutkan
51
[S2] Layaknya Wanita Penghibur
52
[S2] Rencana Diana
53
[S2] Wajah Dave Yang Sebenarnya
54
[S2] Bayangan Akan Theo
55
[S2] Tragedi Tak Terduga
56
[S2] Beginilah Cara Kita Bertahan Hidup
57
[S2] Sama Tapi Berbeda
58
[S2] Kamu Mengetahui Semuanya
59
[S2] Siapa Kamu Sebenarnya?
60
[S2] Kebetulan Atau Keberuntungan
61
[S2] Tubuh Yang Rapuh
62
[S2] Rencana Sempurna Tuan Dave
63
[S2] Putri Kecil Ayah
64
[S2] Alasan Yang Sederhana
65
[S2] Perjanjian Apa?
66
[S2] Penerus Yang Sempurna
67
[S2] Hanya Seorang Bidak
68
[S2] Kenapa Kamu Tak Sadar?
69
[S2] Pelajaran Khusus Tuan Dave
70
[S2] Kemapuan Yang Tak Sama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!