Aku mulai menerjapkan mataku, melihat keadaan sekitar di mana aku berada di tempat yang sama sebelumnya. Aku mulai melihat sekitar, sangat sepi seperti biasanya. Beberapa saat kemudian aku mulai tersadar, bekas luka di tanganku mulai banyak yang di perban.
"Ah-! Nyonya... Anda sudah bangun sekarang, apakah saya membangunkan anda? Saya membawakan sup, juga beberapa buah sekarang" ujar seseorang wanita setengah baya yang masuk sambil membawa nampan berisi makanan.
Sejujurnya aku sedikit terkejut saat pintu kamarku bisa di buka. Bahkan itu tak di kunci sama sekali.
Seketika aku menyibakkan selimut yang melilit tubuhku sekarang, kemudian langsung beranjak dari ranjang.
"Akh-!" teriakku saat dengungan keras mulai menyeruak masuk ke seluruh kepalaku.
"Nyonya!" teriak wanita separuh baya itu, sambil membantuku untuk berdiri.
"Pergilah! Dasar kamu pastinya salah satu dari mereka!" teriak ku merasa tak suka.
"Jangan mencoba untuk mendekatiku dengan senyuman dan perhatian palsu seperti itu, sungguh aku sudah muak melihatnya" lanjut ku sambil sedikit berdecak tak suka.
Tak ada jawaban dari wanita paruh baya itu. Hanya sedikit senyuman simpul yang tercipta olehnya. Tak berselang lama, dia meraih tanganku dan mulai mengusap di bagian perban nya.
"Theo... Sudah benar-benar kelewatan untuk menyakiti seseorang, maafkan atas tindakannya" ucap wanita paruh baya itu, sambil sedikit membantuku berdiri dan kembali duduk di tepi ranjang.
"Ah! satu hal lagi, tuan memintaku untuk merawat mu mulai dari sekarang" ucap wanita itu kembali sambil mengambil sisir yang terdapat di dalam nakas.
Aku diam, saat dia mulai menyisir rambutku. Rasanya aneh, apalagi saat mengingat kejadian kemarin. Aku mulai melihat kearah luar jendela, dimana aku melihat sesuatu yang janggal di sana. Bukankah ini lantai dua, kenapa bisa aku melihat padang rumput yang menjulang di sana.
Dengan sedikit tertatih aku mulai membuka jendela. Tidak seperti biasanya, jendela ini sama persis hanya sedikit susah untuk di buka. Saat aku membukanya, seketika aku merasakan angin yang menyeruak masuk ke dalam kamarku.
Aku mulai membulatkan mata, saat apa yang di depanku ini bukanlah halusinasi belaka. Ini bukanlah lantai dua seperti kamarku sebelumnya, tapi lebih kamar sama persis. Bahkan aku yakin, tempat ini aku belum pernah melihat nya.
"Dimana! Dimana ini!" ujar ku dengan nada tinggi masih tak percaya.
"Saya kira anda sudah tau nyonya... Ini adalah rumah saya, selamat datang" ujar nya dengan senyum tulus yang lagi-lagi dia berikan.
...THEO PROV...
"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya" ujar seseorang dengan nada beratnya, sambil bersender di kursi.
"Kita akan memilih tempat yang dekat dengan bahan pokoknya, itu bisa mengecilkan modal u-"
"Bukan itu maksud ku Theo, tapi dia perempuan yang bahkan hampir bunuh diri" kata Dergas dengan tatapan yang memuakkan seperti biasa.
"Urus saja urusanmu Dergas, kamu di sini untuk membicarakan bahan pokok bukan wanita" jawabku dengan nada yang kesal.
Ini adalah tangan kanan ku, Dergas Kyth. Meskipun aku tak meragukan kesetiannya, kemampuan dia juga dalam mengelola bisnis dan senjata, tapi jujur saja kadang dia sedikit menyebabkan dengan ucapan yang dia lontarkan.
"Ayolah Theo kamu sudah terlalu tua, bukankah wanita kebutuhan pokok juga... " jawabnya dengan senyuman yang penuh arti.
"Diamlah! Lebih baik kamu fokus daripada kamu memikirkan hal kotor seperti itu" jawabku sambal sedikit memukul kepala Dergas dengan pena yang aku gunakan.
"Tapi Theo, kamu bahkan hampir mengurungnya satu bulan. Jika di lihat lagi dia mungkin tak ingin bersamamu, apalagi dengan... ekhem... Kebutuhan biologis mu yang se-"
"Dergas aku memintamu untuk diam, tapi sepertinya kamu tak memperdulikan nya. Jadi mana, kepala atau dada pilih... " ujar ku dengan nada menekan, sambil menodongkan pistol tepat ke arahnya.
Aku muak, jujur saja perkataan Dergas membuat kesabaran ku sedikit memanas.
"Theo Walcott... Kamu tak perlu marah untuk seorang wanita, lagi pula kamu sudah biasa berhubungan dengan banyak wanita, jangan bilang yang satu ini berbeda" ujar Dergas dengan seringai di bibirnya.
"Ck! Tidak dia sama seperti perempuan penghibur yang lainya" jawab ku dengan decakan kesal, sambil duduk dan menaruh pistol kembali di tempatnya.
"Lalu? Bagaimana kemarin kamu mengorbankan lengan penjaga hanya untuk menangkap nya? Biarkan saja dia meninggal, dengan mati bunuh diri. Lagipula, melihat kematian di depan matamu adalah hal yang biasa"
"Aku yang akan membunuhnya dengan tanganku sendiri, jika aku sudah bosan dengan tubuhnya seperti yang lain"
"Ha... Baiklah, tapi ingat mungkin saja kamu tak akan pernah bosan dengan dia bahkan jika di lihat kamulah yang menginginkan dia untuk selalu ada" ujar Dergas sambil bergegas dengan membawa map.
Aku menatapnya kuat, bahkan saat pintu sudah menutup tanda Dergas sudah pergi. Jika di pikir lagi, Emelin hanyalah alat pemenuhan kebutuhan biologis ku. Tak lebih dari itu.
Saat aku selalu berhubungan dengan banyak wanita, aku selalu membayangkan Emelin entah kenapa. Mungkin dialah wanita pertama yang dekat denganku, bahkan saat aku belum sampai di tahap sekarang.
Tapi bagaimanapun Theo Walcott tidak akan tunduk dengan satu wanita. Aku bisa membayar mereka, bahkan mereka yang berlomba untuk naik ke ranjangku.
"Sial, Dergas dia pikir dia siapa bisa tau jika Emelin adalah wanita yang berbeda" decak ku dengan seringai kesal sambil beranjak dari tempat duduk.
Aku mau menyangkalnya, tapi sepertinya badut itu benar. Kenapa pula aku mengurung wanita yang tak mau dengan ku, bahkan aku harus mengirimnya ke rumah ibu sambung ku.
"Orang yang sama, senyuman yang sama, bibir, mata, hidung, dengan orang tua yang sama juga, tapi kenapa rasanya berbeda. Aku pikir dia Emelin Emeuis yang sama, tapi sepertinya dia tak menikmati saat bersama ku, bahkan saat berhubungan berkali-kali hanya tangisan yang dia keluarkan. Meskipun aku tak menyangkal desahannya sama seperti saat melakukan di awal" kataku pada diri sendiri, sambil menjentikkan jari di jendela kaca ruangan ku.
Sial, bahkan pipi ku memecahkan lebam saat aku mengingat kejadian itu. Awal kami bertemu, Berhubungan, itu seperti ingatan yang tak bisa aku lupakan. Ingin terus aku melakukan hal yang sama dia Emelin, tapi kenapa sekarat berbeda. Apakah dia mengalami kecelakaan saat aku tak ada.
Lelah berpikir untuk saat ini, terlihat sekilas pantulan bayangan Dergas yang tengah mengintip dari balik pintu. Bahkan saat aku kira dia sudah pergi, dia masih mengintip di sini.
"Dasar badut" ujarku sambil mengambil sebuah pisau yang di dalam kantong jas milik ku.
"Apa yang kamu lakukan di sana" ujar ku tepat saat pisau yang aku lemparkan hampir mengenai kepalanya, dan menancap di sisi pintu.
"Tak apa hanya melihat seorang Theo Walcott sedang galau, ah-! Dan aku ingin mengambil pisau ini. Saya undur diri tuan Walcott... " ujar Dergas sambil mengejek dengan menundukkan badanya.
Sepertinya aku harus mencari tangan kanan baru yang lebih bisa diam.
...THEO PROV END......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
ダンティ 妹
next bagus cerita nya
2021-09-25
1