Aku menatap Dergaz dengan penuh, begitu pula Dergaz sebaliknya. Aku tak tau apa yang harus aku katakan selanjutnya. Dia seolah sengaja menggantungkan setiap ucapannya.
"Apakah itu kebiasaan mu Dergaz?" tanyaku debgan wajah sedikit kesal.
"Apa?" tanya Dergaz balik.
"Kejadian apa maksud kamu? Kamu bilang awalnya Theo terlihat biasa saja, hingga dia berubah saat kejadian itu" jelasku nada yang benar-benar geram.
Dergaz kemudian menggaruk tengkuknya pelan, tak tau apa yang harus dia katakan. Di sisi lain Dergaz juga merasa binggung dengan pertanyaan yang aku lontarkan.
"Intinya setelah kejadian itu. Jadi sekitar satu tahun yang lalu, Theo masih kuliah di semester akhir. Meskipun Theo dari orang kaya, tapi dia adalah anak angkat dari tuan Grace Kavaleri, kamu tau orang itu Emelin?" tanya Dergaz di sela penjelasannya.
"Tidak, aku tak pernah tau orang itu" jawabku dengan polosnya.
Lagi-lagi helaan nafas yang Dergaz lakukan, kemudian mulai menatapku dengan senyuman merendahkan.
"Kamu ini sangat payah Emelin" ejek Dergaz, dengan terus terkekeh pelan.
"Apa maksudnya kamu itu Dergaz! Sungguh ceritakan saja apa yang terjadi waktu itu" kataku dengan kesal saat penjelasan Dergaz justru membuat kesempatan untuk mengejekku.
"Baiklah, baiklah. Aku tak akan fokus dengan siapa tuan Grace, tapi akan fokus dengan Theo. Jadi tuan Grace Kavaleri itu memiliki anak kandung yaitu Drake Kavaleri, tapi dia juga memiliki ayah angkat yaitu Theo Walcott. Dra-"
"Kenapa nama Theo bukan Theo Kavaleri?" tanyaku menyela penjelasan dari Dergaz.
"Apakah kamu tak mendengarkan sebelumnya? Theo itu anak angkat, bukan anak kandung!" kata Dergaz dengan nada yang sedikit meninggi.
Tentu saja aku langsung menaikkan salah satu alisku. Tak tau apa yang terjadi, bagaimanapun jika dia sudah di angkat menjadi anak harusnya nama marganya juga berubah, tapi ini tidak. Lagipula jika Grace ini memiliki anak, kenapa dia harus mengangkat anak? Pertanyaan ini terus muncul di telingaku. Entah apa yang terjadi, aku penasaran dengan semua ini.
"Tapi Dergaz, bahkan anak angkat harus mendapatkan marganya" kataku dengan wajah penuh aura kebingungan.
"Karena nyonya Diana, istri dari tuan Grace tak setuju untuk mengangkat Theo jadi anaknya" jawab Dergaz dengan santai.
"Ya! Benar seperti itu. Tapi Drake tumbuh dengan kemewahan, hanya bisa bersenang-senang. Dia tak peduli dengan keluarga, jadilah tuan Grace mengangkat Theo jadi anaknya"
Aku menganggukkan kepalaku tanda aku paham.
"Lalu di mana Drake itu?" tanyaku masih penasaran dengan silsilah keluarga Theo.
"Drake ada di luar negri, sebenarnya dia di asingkan karena hampir membunuh tuan Grace. Sebenarnya saat tuan Grace pertama kali mengangkat Theo jadi anaknya Drake tidak setuju, tapi ya itu Grace juga mementingkan perusahaannya" jelass Dergaz.
"Begitu? Lalu bagaimana dengan tuan Grace? Dimana dia sekarang?"
"Dia telah meninggal dengan istrinya setelah kcelakaan pesawat saat perjalanan pulang dari tempat Drake. Jadi perusahaan kini di bagi menjadi dua, bagian luar negri di urus oleh Drake. dan di dalam negeri di urus oleh Theo"
Aku tak habis pikir ada keluarga yang seperti ini di kisah nyata. Aku kira ini hanyalah sebuah kisah dalam cerita novel saja, tapi saat aku mendengar nya langsung entah apa yang harus aku lakukan. Antara percaya, atau tidak dengan ceritanya.
"Dergaz boleh aku bertanya satu hal lagi?" kataku masih dengan ekspresi tak percaya.
"Katakan saja"
"Tapi apa hubungannya denganku, saat kamu menceritakan silsilah keluarga tadi?" tanyaku dengan kepala yang aku miringkan sedikit.
Aku baru sadar, bagaimanapun, sesulit apapun, bahkan aku tak menemukan alasan Theo bisa kenal denganku. Bahkan memiliki obsesi atas diriku. Bukankah itu alasan kenapa aku di sini? Kenapa Theo bisa sampai mengurungku itulah yang ingin aku tau.
"Karena kamu yang bertanya bodoh! Kamu yang bertanya tentang keluarga tuan Grace maka aku ceritakan" kata Dergaz dengan nada yang sedikit meninggi.
"Eh-?" kata yang aku ucapkan saat mendengar jawaban dari Dergaz.
Aku tak tau, juga tak yakin apakah itu salahku? Yang aku tau hanyalah aku bertanya apa yang seharusnya di tanyakan. Lagipula Dergaz dulu yang memulai.
"Lupakan saja, Emelin jujur aku juga tak tau bagaimana Theo bisa mengenalmu, tapi kamu ingat kembali bagaimana bertemu dengannya pertama kali mungkin akan menjadi jawabannya. Theo bukan orang yang akan menyukai seseorang tanpa melihatnya langsung, jika banyak perempuan penghibur pastinya kamu lebih istimewa dari mereka, dan bukan salah satunya " jelas Dergaz panjang.
Dari sini aku lebih berpikir dari sebelumnya. Jika Theo hanya bertemu wanita saat dia berhubungan, jelas aku bukan salah satunya. Malam pertamaku memang dengan Theo, tapi saat itu setelah di culik bukan sebelumnya. Itu semua terlihat jelas, lalu darimana aku pernah bertemu dengan Theo?
"Emelin?" panggil Dergaz yang membuatku terbangun dari lamunanku.
"Ya?"
"Kembalilah ke kamar, jika kamu lapar kamu bisa memanggilku. Waktu untuk di luar sudah selesai" kata Dergaz langsung mengemas makan malam miliknya.
Aku hanya mengangguk paham, lalu mulai berjalan menuju tangga. Tak ada yang aku pikirkan saat itu, kecuali awal dari semuanya saat pertama kali aku bertemu dengan Theo.
"Emelin?" panggil Dergaz kembali, membuatku tertahan di salah satu anak tangga.
"Jangan kabur lagi, Theo akan lebih marah dari sebelumnya. Meskipun kamu tak melihat penjaga, tapi mereka tatap mengawasi kamu jadi berhati-hati" lanjut Dergaz yang membuatku langsung membulatkan mata.
Benar, apa yang di katakan oleh Dergaz. Mungkin Dergaz mengatakan ini karena dia mengingat kemarin aku mencoba kabur dari lupa Teresia. Aku tak bilang apapun, hanya anggukan pelan tanda aku memahaminya.
Aku kembali ke kamar, membaca beberapa buku novel yang ada di sini. Beberapa ada buku aneh, yang dari covernya saja membuatku tak mau untuk membuka. Aku belum makan malam, tapi rasanya aku tak lapar.
"Emelin?" panggil seseorang dengan suara badgas yang aku kenal.
"Theo?" tanyaku dengan melihat seseorang yang sedang mengintip dari balik pintu kamar.
"Boleh aku masuk?" tanya Theo, dia masih berdiri di ambang pintu.
"Ha-?!"
Ini aneh, tak biasanya Theo seperti itu. Biasanya Theo langsung masuk bahkan tanpa memanggilku seperti itu. Jadi aku merasa sedikit aneh saat Theo berperilaku sopan?
"Boleh aku masuk?" tanya Theo kembali.
"Bukankah biasanya kamu tak perlu minta izin? Apakah ada sesuatu Theo?" tanyaku dengan sedikit bingung juga takut.
"Tidak, tak ada yang terjadi. Aku hanya merindukanmu, jadi peluklah aku" kata Theo dengan masuk perlahan, sambil meregangkan tangannya.
Tak lama, Theo mulai memeluk seperti biasa. Dengan manja, dia mulai menyenderkan kepalanya di bahuku.
"Harum, aku suka. Nyaman sekali, aku suka ini" kata Theo kembali sambil mengeratkan pelukannya.
"He-! Theo kamu mabuk!"
...–––––AUTHOR–––––...
HALLO SEMUANYA! Terimakasih banyak udh jadi support sistemnya othor. Beberapa hari ini lagi idenya ngalir aja gitu, semua juga berkat kalian yang bikin othor selalu good feeling. Rasanya menyenangkan, othor ucapkan terimakasih sekali lagi. Ah-! Ya, yang othor juga mau bilang, saat othor baca ceritanya ternyata banyak typo ya? Maapin ya? Othor juga masih penulis pemula masih harus banyak belajar. Yang mau kasih kritik saran boleh kok, cuma jaga bahasanya ya? oke
SEE YOU NEXT PART
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
vivian
aku curiga dgn Theo 😏
2021-12-08
4