Citra baru saja menyelesaikan laporan audit yang akan di serahkan esok harinya. Suara bell mengganggu konsentrasinya. Ia mengerutkan kening. Selama ini ia tak pernah kedatangan tamu, apalagi di jam segini. Citra melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.
“Citra, tolong aku…” ketukan di pintu apartemen serta suara yang keras memanggil namanya, membuat Citra tercenung sesaat.
Citra terkejut. Suara Pram terdengar seperti orang yang kesakitan. Tanpa berfikir panjang ia langsung membuka pintu, tampak penampilan Pram yang acak-acakan hanya menyisakan kemeja putih dengan dasi sudah tidak berbentuk.
Pram langsung menerobos masuk. Ia memeluk Citra dengan hangat. Kemejanya ia lepas dengan kasar. Bibirnya langsung mencium Citra yang masih terpaku menatapnya.
Citra terperangah melihat kelakuan Pram. Ia berusaha mendorong Pram yang memeluknya dengan erat. Tapi Pram begitu kuat merengkuhnya.
“Tolong aku, Widya telah memberiku obat perangsang. Dia ingin menjebakku…” matanya menatap Citra penuh gairah.
“Bukankah dia kekasihmu.” Citra masih ngotot menolak keinginan Pram. “Kalian berdua saling mencintai.”
“Aku tidak ingin memberi Kinar dan Damar adik dari perempuan lain.” Nafas Pram semakin berat. Aroma wangi Citra menambah gairah dirinya. Ia mencium leher Citra yang jenjang.
Citra berusaha mendorong tubuh Pram. Terus terang ia belum siap dengan situasi seperti ini, karena tidak ada dalam bayangannya sedikitpun Pram akan melakukan hal itu terhadapnya.
Pram menatap Citra sendu, “Kita masih pasangan yang sah. Dan aku tidak ingin sembarangan menebar benih. Tolong aku, Yang…” Pram memeluk Citra yang berusaha melepaskannya.
Citra terpaku, “Ya Allah. Jika aku menolak, aku akan dikutuk malaikat hingga pagi.” Keluhnya dalam hati. “Sementara ia masih suamiku…”
Ia teringat pesan Cucu, jika Pram telah masuk perangkap, turuti kemauannya, perlakukan bagai seorang raja, walau tanpa melibatkan perasaan.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Citra membiarkan Pram menguasai tubuhnya malam itu. Ia berusaha menahan airmatanya agar tidak tumpah. Ia merasa dirinya menjadi seorang jalang. Walaupun ia akui, perlakuan Pram yang begitu lembut dan memuja tubuhnya dengan sentuhan-sentuhan yang memabukkan dan sempat membawanya terbang hingga ke awan.
Citra berusaha menahan desahan-desahan atas kenikmatan yang diberikan Pram padanya. Ia menggigit bibir bawahnya dengan memejamkan mata, tak ingin menatap mata Pram yang begitu memuja dan mendambanya.
Pram merasakan kebahagiaan luar biasa karena tidak mendapatkan penolakan dari Citra. Ia melakukan dengan sangat lembut dan memberikan rangsangan pada Citra. Pengaruh obat telah membuat kekuatan Pram berlipat-lipat. Rasanya belum puas ia mencumbui dan merasakan kehangatan tubuh istrinya yang sudah 6 bulan berusaha ia hindari.
Suara ponsel mengejutkan Pram yang masih terlelap dari tidur panjangnya. Baru kali ini ia merasakan tidur yang sangat nyenyak. Ia membuka mata dan merasa asing dengan keadaan sekeliling, berusaha mengumpulkan ingatan melihat kamar tidur yang tidak terlalu mewah seperti di rumahnya.
Pram tersenyum penuh kebahagiaan ketika menyadari keberadaannya sekarang. Selimut masih menutupi tubuh kekarnya yang polos tanpa sehelai benangpun. Jam di dinding menunjukkan pukul 7.30 pagi. Ia melihat beberapa kali panggilan dari Roby.
Peristiwa tadi malam terbayang nyata diingatannya. Percintaan mereka begitu bermakna, dan Pram merasa ingin mengulanginya kembali. Wangi tubuh Citra masih terasa menempel ditubuhnya. Ia tidak ingat berapa kali melakukannya, yang pasti badannya benar-benar terasa bugar, serasa suatu beban berat terangkat dari pundaknya.
Suasana begitu hening. Pram tertegun menyadari bahwa tinggal ia sendiri di apartemen itu. Dengan cepat Pram memungut pakaian, dan terburu-buru ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan masih memakai handuk ia langsung menghubungi Roby meminta dibawakan pakaian lengkap untuk diantar langsung ke apartemen Kuningan.
Dengan pelan Pram melangkah menuju meja rias di depannya. Ia mulai memandang segala peralatan kosmetik lengkap yang tertata di sana. Ia tersenyum miris, ketika melihat figura besar yang menempel di dinding tempat tidur Citra. Di sana hanya ada gambar mereka bertiga yang tersenyum bahagia. Citra dengan lesung pipinya membuatnya tampak semakin cantik, Kinar dengan senyum jutek tapi manis, dan Damar dengan tawa ramahnya.
Setitik air jatuh mengalir di rahangnya yang tegas. Rasanya Pram ingin memutar waktu agar kembali ke enam bulan lalu, dimana mereka masih berkumpul dalam ikatan keluarga yang penuh kehangatan. Kini keluarganya telah bercerai berai terpisah oleh tempat dan waktu, akibat keegoisannya karena terpengaruh nafsu duniawi.
Ketukan di pintu apartemen menghentikan lamunannya. Dengan cepat Pram membuka pintu, tampak sosok Roby membawa paper bag dan mengulurkan padanya. Setelah berpakaian lengkap Pram menuju meja makan, yang letaknya tidak jauh dengan ruang tamu. Kini ia menyadari apartemen yang ditempati Citra tidak terlalu besar. Ia semakin sedih meyadari keadaan istri yang telah ia suruh untuk menjauh dari kehidupannya, dan tak pernah menuntutnya sedikitpun.
Ia yang sempat terbuai dengan rayuan Widya, suaranya yang mendesah manja, dan membuat dirinya merasakan gairah muda sehingga melupakan keluarga kecil yang selalu mendukungnya. Walau sesibuk apapun pekerjaan di kantor hingga larut malam, tapi saat Widya mengajaknya dinner hingga shopping selalu ia turuti. Ia seperti lelaki yang baru merasakan jatuh cinta, atau mungkin mengalami puber kedua.
Pram sudah tak ingat berapa dana yang ia gelontorkan untuk keperluan Widya selama 6 bulan kedekatan mereka. Sedangkan untuk istrinya sendiri, ia sudah tak pernah memanjakannya dengan membelikan barang-barang branded yang selalu diburu para wanita. Selama ini Citra selalu menampilkan kesederhanaan dan bersahaja dalam penampilan sehari-hari.
Ia melihat sajian sederhana yang terhidang di atas meja makan tersebut. Ada secangkir kopi yang tertutup dan masih hangat, nasi goreng dalam sebuah wadah kaca tampak menggugah selera, telur mata sapi dua serta kerupuk di dalam toples cantik membuat rasa lapar langsung menyerangnya akibat olahraga malam yang mereka lakukan.
Ia merasa terharu, Citra masih melayaninya, walaupun dengan sikapnya yang dingin. Senyum kecil tersungging di wajah tampannya. Dengan kejadian tadi malam, ia berharap, Citra akan kembali kepelukannya, dan ranjang mereka yang dingin selama ini akan kembali hangat.
“Tuan, jam 10 ini akan ada meeting dengan PT. Barus Persada di Restoran F & D Grills.” Suara Roby yang masih menunggunya di ruang tamu mengejutkan khayalan Pram. “Beberapa klien juga akan datang siang ini untuk perpanjangan kontrak kerja sama.”
Ia lupa, bahwa Roby masih menunggunya. Dengan cepat Pram menghabiskan semua sarapan pagi yang telah disiapkan Citra. Kebahagiaan tiba-tiba menghangatkan hati sanubarinya yang selama ini hampa dan sepi.
Roby berkali-kali mengerling bosnya yang senyum-senyum sendiri, sambil bersenandung mengikuti lagu yang berputar di radio yang kebetulan diputar Roby. Matanya terpejam, tapi mulutnya komat-kamit mengikuti nada, dengan kepala yang diangguk-angukkan serta miring kiri dan kanan.
“Tumben bos jadi melankolis gini…” Roby menyimpan senyum untuk dirinya sendiri, takut ketauan bossnya. Pikiran nakal mulai bergerilya di otaknya. Apalagi melihat wajah cerah bosnya pagi ini, dan melihat penampilannya saat membukakan pintu. Roby menggeleng-gelengkan kepala membayangkan yang ***-*** antar bos dan nyonya. Bibir Pram masih bersenandung mengikuti lagu di radio.
Di setiap doaku
Di setiap air mataku
Selalu ada kamu
Di setiap kataku
ku sampaikan cinta ini
Cinta kita
Ku tak akan mundur
Ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu mencintaiku
Tuhan ku cinta dia
Ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir
Di setiap kataku
Ku sampaikan cinta ini
Ohh cinta kita
Ku tak akan mundur
Ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu mencintaiku
Tuhan ku cinta dia
Ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir
Tuhan ku cinta dia
Ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir (Andmesh Kamaleng).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Nia Tata
laki' modelan pram ini hrs diksh hukuman dulu,ketika tau widya wanita ga jls berusaha meraih citra kembali mikir ga ketika kamu meminta istrimu keluar dari kehidupanmu dengan sombongnya mengakui klo ingin merajut masa depan dgn widya,sebagai perempuan citra wanita hebat msh mau melayanimu tp mgkn untuk cinta perlu dipertanyakan apa msh sama atau malah telah hilang.
2024-11-13
0
Sera
untung citra mau. kalo gak gimana jadinya kamu pram...
2024-06-20
0