Pram berjalan cepat menuju lift, karena ia mendapat kabar dari Rani bagian resepsionis yang mengatakan bahwa lima orang petugas Perpajakan barusan datang dan masih dalam perjalanan bersama Roby. Mata Pram terpana begitu masuk lift yang sudah hampir menutup. Tampak Citra bersama rekannya yang salah satunya ia temui makan siang kemarin.
“Selamat pagi, pak.” Robi menyapanya dan memberinya ruang tepat di samping Citra. Robi segera mundur ke belakang.
Aroma parfum vanilla yang digunakan Citra terhirup penciuman Pram. Rasanya ia ingin memeluk Citra. Perasaan rindu tiba-tiba menggerogoti hatinya. Aroma yang sudah lama hilang dari kehidupannya, karena keegoisannya mencari kenyamanan dari luar sehingga melupakan kebahagiaan hakiki yang telah dianugerahkan padanya.
Citra tak bergeming. Dia menegarkan dirinya, Kinar dan Damarlah prioritasnya sekarang. Walaupun ia menyadari sudut mata Pram meliriknya beberapa kali, Citra tetap mengunci mulutnya. Ia tak ingin berbicara dengan Pram, luka atas penolakan Pram masih menganga dan belum kering hingga saat ini.
“Maafkan saya agak terlambat. Karena ada masalah keluarga…” Pram menghilangkan kesunyian dengan berbicara sambil menatap Citra tanpa berkedip. Kini perasaan rindu benar-benar tak dapat ia bendung. Kalau saja tidak ada orang lain di dalam lift, ingin ia memeluk Citra dengan erat dan akan mengurungnya seharian di kamar.
“Kami juga barusan sampai, pak.” ujar Ridwan berusaha ramah. Posisinya yang di belakang Citra membuatnya berinisiatif menjawab Pram.
Akhirnya lift membawa mereka ke lantai 8, ruangan direktur utama. Pram mempersilahkan kelima tamunya untuk memasuki ruangannya terlebih dahulu sambil berkoordinasi dengan Roby untuk mempersiapkan ruang pertemuan.
Widya tampak terkejut melihat kehadiran Citra diantara kelima tamu yang berada di dalam ruangan kekasihnya itu. Tapi Citra tak peduli dan pura-pura tak mengenalnya. Perubahan Citra membuat Widya melongo, wajahnya benar-benar glowing, berkaca mata dengan rambut coklat tua di potong sebahu. Postur tubuhnya yang tinggi semampai tidak kalah dengan seorang model. Dengan perasaan tak menentu ia meletakkan minuman di depan kelimanya.
“Terimakasih, bu.” Puri menyambut minuman yang diberikan Widya sambil melempar senyum ramahnya. Ia berbisik pada Citra, “Nyaman sekali ruangan ini. Ku rasa aku akan betah jika bekerja di sini. Apalagi bossnya ganteng dan tajir melintir.”
Citra melotot menatap Puri, “Eh, mulutmu itu…” Ia mencubit tangan Puri agar fokus pada pekerjaan yang akan mereka lakukan.
“Sorry mbak, khilaf. He he …” Ia menjulurkan tanda peace menampilkan senyum imutnya membuat Citra geleng-geleng kepala.
“Mbak, coba saya liat SOP-nya.” Samuel mengambil berkas yang masih ada di pangkuan Citra, membuat tatapan Pram melotot melihat kelakuannya.
Pram dari kursi kebesarannya terus melihat lelaki muda yang menempel pada Citra dan mengajaknya berbicara membuat Citra tersenyum menanggapi dan kelimanya mengobrol serius saat ini, berkoordinasi untuk pembagian tugas, tanpa mempedulikan keberadaan Pram.
Kemunculan Roby menghentikan obrolan mereka. “Meeting sudah bisa dimulai, pak.” Roby membungkukkan badan pada semua tamu yang berada dalam ruangan.
Pada saat Pram muncul bersama kelima tamu dan diiringi Widya dan Roby, beberapa manajer yang mengenal Citra langsung menyapanya.
“Wah, ibu. Udah lama nggak ketemu?” pak Dirman manajer keuangan langsung menyalaminya membuat rekan-rekannya melongo tak mengerti.
“Yah, bu Citra kelihatan lebih muda sekarang…” sapa Yanti manajer pemasaran. “Dan kariernya juga semakin meningkat. Istri idaman banget.”
“Setiap undangan perusahaan bu Citra nggak pernah mendampingi bos. Ntar ada yang gantiin lho…” celetukan Rahma sekretaris pak Dirman membuat Citra tersenyum tipis.
“Terimakasih, bu Yanti, pak Dirman, bu Rahma. Wah mau gimana lagi. Kegiatan kantor nggak bisa saya tinggalkan. Kalau memang peluang pengganti lebih kuat, nggak pa-pa tho. Saya mah pemain cadangan…” Citra berkata lirih tanpa melihat raut wajah Pram yang berubah.
“Rapat akan segera kita mulai.” Roby mengambil alih kendali. Ia menyadari wajah bosnya berubah tidak bersemangat.
Pram mempersilakan Ridwan menyampaikan garis besar yang akan diaudit pihaknya, serta bagian-bagian yang akan diaudit beserta auditornya. Ia menatap Citra yang duduk berjarak 5 kursi di sebelah kanannya. Hanya Widya dan Roby yang mengetahui perbuatannya. Tetapi yang dipandang tak peduli, malahan sibuk membuka ipad yang berisi job description-nya.
Setiap memandang Citra, debar jantungnya meningkat. “Ada apa dengan jantungku. Apakah aku kembali jatuh cinta pada istriku sendiri?” Pram memejamkan matanya sesaat. Rasanya pandangan matanya tak bisa lepas dari Citra, seperti pada saat pertemuan pertama mereka di kampus. Ia mahasiswa dari Trisakti dan pindah ke UGM Jogjakarta saat semester 5.
Sosok ayu Citra dan tutur bahasanya yang lembut telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Citra begitu mandiri, selama pacaran tak pernah membuatnya repot. Malahan ia yang selalu terjebak dalam kecemburuan, karena kesibukan Citra sebagai aktivis kampus. Diantara semua laki-laki yang dekat dengannya, hanya Pram yang mampu merobohkan kebekuan yang selama ini Citra bangun, Kedekatan mereka selama 2 tahun membuat Pram benar-benar kagum, dan ingin melabuhkan hatinya pada Citra. Kisah cinta mereka ternyata semulus tol, restu dari kedua belah pihak keluarga dengan mudah mereka dapatkan.
“Pak Pram, apakah kami bisa melanjutkan tugas kami.” Ridwan memutus lamunan Pram. Ia langsung memandang Citra yang langsung menoleh ke arah lain saat pandangan keduanya bersirobak.
“Boleh saya lihat personilnya?” Pram melihat berkas yang berada di tangan Ridwan. Matanya dengan jeli meneliti satu demi satu. Ia melihat nama Citra akan mengaudit bagian Keuangan. Ide cemerlang muncul di kepalanya. “Saya ingin bu Citra yang mengaudit bagian admin dan tetap tinggal di ruangan ini.”
Ridwan tak percaya mendengar perkataan bos perusahaan itu. Ia memandang Pram dengan dahi berkerut penuh tanda tanya.
“Berdasarkan kualifikasi dan spesialisasinya, pasti bu Citra bisa membantu tim administrasi saya untuk peningkatan SDM.”
Samuel memandang Pram dengan tajam, “Anda tak bisa semena-mena merubah aturan yang telah dibuat.” Potong Samuel cepat. Ia merasa Pram mempunyai maksud tertentu terhadap seniornya yang mulai membuatnya tertarik untuk memulai hubungan serius.
Pram mendengus kesal. Ia yakin lelaki muda itu menaruh hati pada Citra. Karena dari awal kedatangan mereka hingga di ruang pertemuan, lelaki itu tidak mau jauh dari Citra, dan terus berusaha menarik perhatiannya.
“Ini perusahaan saya. Dan saya berhak memilih siapa yang akan bertugas. Saya tidak pernah menunggak pajak, kontribusi perusahaan saya banyak untuk negara ini.” cetus Pram tak mau kalah, membuat semua yang ada di dalam aula tersebut menahan nafas tak berani mengeluarkan suara mendengar suara Pram yang keras.
“Sudahlah, Sam.” Citra memegang tangan Sam yang mulai mengepal di atas meja. Citra menggelengkan kepala ke arah Samuel sambil tersenyum tipis.
Perbuatan Citra terhadap Sam membuat emosi Pram menggelegak. Ia menatap Sam dengan penuh amarah. Jantungnya ingin meledak, melihat tangan istrinya di atas tangan Sam.
“Saya siap mengikuti kebijakan anda, pak Pramono Erlangga Wijaya.” Citra berkata pada Pram dengan santun sambil tersenyum tipis.
Pram menatap Citra dengan lekat, namun kekesalan kembali menyerangnya, karena Citra cepat mengalihkan tatapan pada Ridwan yang mengeluarkan agenda kerja dari dalam tas.
“Baiklah, kita bisa mulai.“ Ridwan langsung membahas permintaan Pram dengan anggotanya dan membuat catatan-catatan pada agenda kerjanya.
Citra menghela nafas. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Rasanya ia malas untuk berbicara dengan suaminya itu, berbagi nafas dalam ruangan yang sama saja membuatnya sesak. Tapi Citra berusaha bersikap profesional, karena ia sedang menjalankan tugas negara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
YuWie
memang enak lihat istri banyak disukai lelaki lain... panas2 lah situ.
2024-11-06
0
Sera
apa yang dirasakan citra saat melihatmu dengan widya akhirnya sekarang kau rasakan juga pram...
2024-06-20
0
Yanti Sanusi
sakit jantung dan hati kan Pram
2023-04-27
2