Pagi ini Citra merasa kesal, karena penerbangan ke Solo sudah full, terpaksa ia ambil Jakarta-Yogya. Saking sibuknya ia sampai lupa untuk booking e-ticket. Bertepatan dengan acara Retno sepupu Pram, terpaksa ia memajukan kedatangannya. Kebetulan ia dapat tugas dari kantor untuk seminar perpajakan di kota Yogya selama 3 hari. Jadi waktunya bisa lebih lama untuk berkumpul bersama kedua buah hatinya.
Sebelum naik pesawat, Citra menelpon ibunya bahwa ia akan lewat Yogya dengan penerbangan jam 10, karena kehabisan tiket langsung ke Solo. Kinar dan Damar merasa bahagia mendengar pembicaraan eyang putri dan mamanya yang akan berkunjung lebih lama menemani mereka.
Begitu turun dari pesawat dengan santai Citra langsung berjalan menuju pintu keluar. Ia tak perlu repot menunggu bagasi. Ia tak membawa travelling bag, karena di rumah ibunya semua pakaian kerja telah tersedia. Ia hanya membawa tas tangan yang berisi surat penting serta ATM.
Tanpa membuang waktu Citra berjalan menuju taxi bandara untuk melakukan transaksi agar mengantarnya ke Solo.
“Langsung Solo, pak...” ia menyebutkan alamatnya dengan lengkap dan menyandarkan tubuhnya pada jok. Mendengar lagu yang mengalun di radio tape mobil, membuat Citra tak sadar ikut menyanyi, karena ia merasa lagu tersebut cocok dengan suasana hatinya saat ini.
Pelan-Pelan Saja (Kotak)
Kutahu kamu pasti rasa
Apa yang kurasa
Kutahu cepat atau lambat
Kamu 'kan mengerti
Hati bila dipaksakan
Pasti takkan baik
Pantasnya kamu mencintai
Yang juga cintai dirimu
Cinta kamu
Lepaskanlah ikatanmu dengan aku
Biar kamu senang
Bila berat melupakan aku
Pelan-pelan saja
Tak ada niat menyakiti
Inilah hatiku
Pantasnya kamu mencintai
Yang juga cintai dirimu
Cinta kamu
Lepaskanlah ikatanmu dengan aku
Biar kamu senang
Bila berat melupakan aku…
“Lho, kenapa lagunya dimatikan, pak?” Citra protes dengan kelakuan sopir taxi, karena ia begitu menghayati lagu yang sedang diputar mewakili suara hatinya. Ia yang dalam posisi menyandar di jok belakang langsung menegakkan tubuhnya.
“Lagunya nggak menarik, ganti saja.” saut supir santai. Ia langsung memutar lagu lain dan ikut bernyanyi mengeluarkan suara.
Menunggu Kamu
(Anji)
'Ku selalu mencoba untuk menguatkan hati
Dari kamu yang belum juga kembali
Ada satu keyakinan yang membuatku bertahan
Penantian ini 'kan terbayar pasti
Lihat aku, sayang, yang sudah berjuang
Menunggumu datang, menjemputmu pulang
Ingat selalu, sayang, hatiku kau genggam
Aku tak 'kan pergi, menunggu kamu di sini
Tetap di sini
Jika bukan kepadamu aku tidak tahu lagi
Pada siapa rindu ini 'kan kuberi
Pada siapa rindu ini 'kan kuberi, oh
Lihat aku, sayang, yang sudah berjuang
Menunggumu datang, menjemputmu pulang
Ingat selalu, sayang, hatiku…
“Eh…” Citra merasa mengenal suara itu. Ia menatap sopir taxi yang ikut bernyanyi mengikuti alunan musik di mobil.
Kaca mata rayban dan masker yang dipakai supir itu membuat Citra curiga. Aroma parfum yang begitu ia kenal membuat Citra yakin bahwa itu bukan supir asli tapi kw. Apalagi melihat postur tubuh serta potongan rambut supir itu.
“Anda tidak akan menculik saya kan?” Citra bangun dari sandaran kursi dan memandang supir dengan tajam. Ia merasa mobil yang membawanya tidak melewati jalur ke Solo tetapi memasuki perumahan di kawasan elit yang letaknya tidak jauh dari bandara Adi Sucipto.
Pram langsung tertawa keras mengetahui penyamarannya terbongkar. Ia membuka kaca mata dan maskernya. “Ternyata perasaanmu masih sangat kuat.” Senyumnya terpampang sambil memandang wajah Citra dari spion. “Kita akan langsung ke rumah mama.”
Citra hanya diam tak membalas perkataan Pram. Ia merasa enggan karena tak membawa pakaian ganti. Apa yang harus ia pakai selama menginap di rumah mertuanya. Kalaupun harus membeli, ia malas untuk keluar. Badannya sudah terlalu capek dan pegal kelamaan di dalam kendaraan. Pengennya langsung tidur, tapi nggak enak juga kalau di rumah mertua.
Mobil berhenti di sebuah rumah megah. Tampak beberapa mobil mewah sudah terparkir di halaman rumah yang luas itu. Pram turun dari mobil dan memutar untuk membuka pintu bagi Citra.
“Apa kamu nggak mau keluar, atau perlu ku gendong?” Pram menatap Citra yang masih enggan turun malah memejamkan mata dengan menyandarkan bahu di jok. Ia meraih tangan Citra dan meremasnya dengan lembut.
Citra membuka matanya dan menarik tangannya dari genggaman Pram, “Aku capek ingin istirahat. Aku juga merindukan anak-anak.”
Pram menatapnya dengan lekat, membuat Citra jadi jengah. Jarak mereka begitu dekat, hingga hembusan nafas Pram terasa hangat di pipi. Tanpa ia duga Pram sudah duduk di sampingnya.
“Aku sangat merindukanmu.” Kehangatan bibir Pram terasa lembut menyapu bibirnya.
Citra terkejut mendapat serangan mendadak dari Pram. Ia mendorong dada Pram yang merapat memeluk tubuhnya. ******* Pram semakin menuntut membuat Citra kehabisan nafas. Pram melepaskan ciumannya. “Rasa cintaku setiap hari semakin bertambah padamu.”
Citra melengos mendengar gombalan receh Pram. Ia segera bangkit dan keluar dari mobil meninggalkan Pram yang tersenyum kecil.
Pram membiarkan Citra yang memasuki beranda. Ia langsung kembali duduk di kemudi, karena akan mengunjungi perusahaan yang sementara ini di pegang sepupunya Dimas anak pak dhe Hadi Wijaya adik almarhum ayahnya.
Citra meninggalkan Pram yang masih duduk di mobil. Ia melangkah memasuki rumah mertuanya. Tatapannya teralihkan pada keluarga besar yang sedang berkumpul di ruang keluarga, tapi ia tak melihat Singgih.
“Mama…” Kinar dan Damar berlari menghampirinya dengan perasaan senang.
Citra terpaku. Ia benar-benar tak menyangka akan disambut Damar dan Kinar. Perasaan bahagia menyelimuti hatinya. Kedua buah hatinya sudah berkumpul di rumah mertuanya.
“Apakah Kinar sudah memaafkan papanya?” Ia membatin dalam hati karena wajah Kinar tampak biasa saja, tiada lagi raut kesedihan yang tergambar di sana. Begitupun Damar dengan gaya bocahnya.
Citra merentangkan kedua tangan memeluk kedua buah hatinya dengan penuh suka cita. Setelah puas dengan Kinar dan Damar, ia segera menghampiri Ratih mertuanya yang duduk di kursi roda didampingi seorang perempuan berpakaian seksi.
“Mamah…” Citra berjongkok di kaki mertuanya sambil mencium kedua tangannya yang agak pucat. “Maafkan Citra baru sempat berkunjung kemari…”
Semua yang berada di ruangan itu hanya diam menyaksikan interaksi antara mertua dan menantu yang sudah hampir setahun tidak bertemu.
Ratih menatap menantu perempuan yang kini telah memberinya cucu yang cantik dan tampan, “Mamah ngerti. Selama rumah tangga kalian tenang dan tenteram, yang lain mamah tak peduli.”
Citra tersenyum tipis mendengar perkataan Ratih. Ia belum yakin dengan perubahan Pram. Walaupun sikap Pram semakin hangat padanya. Entah bagaimana ia mengobati luka yang sempat digoreskan Pram kemarin. Citra merasa perempuan yang berdiri di samping Ratih memandangnya dengan tatapan tidak suka.
“Akhirnya sampai juga kamu…” Gayatri memeluk Citra yang kini berdiri di hadapannya. Tatapan matanya tak lepas dari Citra, “Kamu makin cantik dari pertemuan terakhir kita. Nggak ada yang nyangka kamu udah punya anak gadis dengan penampilan seperti ini.”
Citra tersenyum sumringah, “Aku mengikuti saran Cici temanku. Bagaimana menurutmu. Mbak…?”
Gayatri mengacungkan dua jempolnya, “Pelakor, ulat bulu, benalu, dan semarganya akan lewat. Mbak senang melihat perubahanmu.”
Citra melihat Ratih berlalu dari ruang didampingi perempuan yang mendorong kursi rodanya dengan gaya angkuh. “Siapa dia, mbak?”
Gayatri menghela nafas dengan berat, “Dia sepupu jauh Pram dan Mas Singgih. Barusan berpisah karena suaminya selingkuh, dan mereka tidak punya anak.”
“Oh.” Citra tak ingin berprasangka macam-macam. Karena ia datang hanya untuk menghadiri acara Retno, serta kumpul dengan buah hati dan tidak melupakan tugas dinas. Ia bercengkrama sebentar bersama dengan Gayatri sambil menanyakan kabar masing-masing.
Dengan perasaan kesal, Citra memilih pakaian yang tersedia di kamar yang biasa mereka gunakan saat menginap di Yogya. Tidak ada pakaian baru, semuanya pakaian lama, walaupun masih terawat, mau meminjam baju Gayatri ia enggan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Sera
loh loh
.. siapa yg bawa anak2 ke rumah mertua
2024-06-21
0