Setelah kegiatan kuliah umum selesai dilanjutkan dengan ramah tamah. Khusus bagi para nara sumber, petinggi kampus, serta para pengusaha diadakan di restoran ternama sekaligus makan siang bersama. Sekitar 10 mobil beriringan menuju restoran yang telah di reservasi.
Dari kejauhan Pram melihat Citra yang tampak berbincang serius dengan beberapa nara sumber. Sorot kekaguman terpancar dari wajah-wajah yang berada bersamanya. Citra menanggapi mereka dengan sopan. Ia benar-benar menempatkan dirinya sebagai narsum yang berpengalaman.
Dada Pram berkecamuk. Perasaan marah tiba-tiba menyentak hatinya. Perempuan yang harusnya selalu berada di sampingnya kini tidak bisa ia sentuh, dan hanya mampu ia lihat.
“Mari pak Pram, kita berkenalan dengan para narsum.” Juanda dan Hartoyo berdiri di samping Pram, membuatnya bangkit dari duduk dan terpaksa mengikuti keduanya.
Pram menunggu dengan sabar kedua rekannya yang masih asyik mengajak Citra berbicara. Ia yakin Citra belum menyadari kehadirannya, walau tak dapat ia pungkiri darahnya bergolak mendengar gombalan Juanda yang receh.
“Nggak nyangka lho, saya pikir bu Citra baru 30 tahunan…” ujar Juanda jujur. “Sudah berkeluarga ya? Apa boleh saya meminta nomor ponselnya?”
Citra tersenyum hingga memunculkan lesung pipinya membuatnya semakin menawan. “Saya sudah memiliki anak gadis. Dan saya menyayangi putra putri saya. Hidup saya hanya untuk keluarga saya. Mereka prioritas utama bagi saya. Kalau bapak ingin konsultasi, boleh langsung hubungi nomor kantor. Saya tidak melayani konsultasi pribadi.” Tegasnya.
“Wah, ibu benar-benar idaman. Semoga ibu selalu sukses.” Hartoyo menimpali Juanda, yang tidak mau bergeser dari hadapan Citra. “Banyak ilmu yang kami peroleh dari materi yang telah anda sampaikan.”
Pram mengulurkan tangannya. Tatapannya tak berkedip memandang Citra, “Materi anda sangat berkesan Dr. Citra Pramesti Prameswari…”
Citra menyambut uluran tangan Pram terkejut. Ia tak menyangka akan bertemu suaminya yang sebentar lagi akan menjadi mantan. Kepedihan itu kembali hadir di hatinya. Citra berusaha tegar. Ia harus kuat demi anak-anak.
“Terima kasih.” Citra segera melepas genggaman tangan Pram yang terasa kuat mencengkeram jemarinya dan menyapa pengusaha lain yang berdiri di belakang Pram. Tak ia pedulikan kekesalan yang tergambar di wajah Pram begitu melihat Citra tersenyum ramah pada peserta lain yang masih menunggu untuk bersalaman dengannya.
Saat peserta menikmati makan siang dengan hangat, Pram hanya mengaduk-aduk menu yang ada di depannya. Tatapannya tak bergeser sedikitpun, melihat Citra dan panitia kegiatan berbincang-bincang dengan antusias di meja yang hanya berjarak 3 meter di depannya.
Senyuman Citra terus terukir dibibirnya yang merah. Rasa panas menjalar di hati Pram. Ia yakin setiap lelaki yang menatap Citra pasti akan fokus memandang bibirnya yang merah menyala.
“Apa dia sengaja menggoda lelaki yang berada di dekatnya.” Batin Pram dengan kesal menghempaskan sendok dan garpu di hadapannya tanpa menyentuh sedikitpun makanan yang telah ia ambil.
Sejenak tatapan Pram bersirobak dengan Citra yang kebetulan beradu pandang dengannya. Ia menjadi geram karena Citra langsung mengalihkan wajahnya ke lawan bicara di sampingnya sambil memamerkan lesung pipinya.
Hingga perjamuan berakhir, dan para peserta meninggalkan restoran, Pram masih duduk terpaku sendirian. Pikirannya tak lepas akan perubahan dan sikap Citra yang datar dan kaku.
“Kenapa sikap Citra menjadi dingin. Ia seolah-olah tak mengenalku.” Batin Pram dengan penuh kekesalan. “Dan bagaimana kabar Kinar dan Damar? Sampai saat ini mereka tidak menghubungiku. Sesakit inikah rasanya diacuhkan?”
Akhirnya Pram meninggalkan restoran itu dengan suasana hati yang kalut dan perasaan sedih bercampur terluka, karena Citra tidak mempedulikannya.
“Siang bu..” seorang lelaki muda menyapa Citra yang masih tenggelam dengan buku jurnal keuangan di meja kerjanya.
Citra mendongakkan wajah. Ia berdiri menyambut kedatangan seorang lelaki muda dan menyambut uluran tangannya.
“Saya Samuel. Mulai hari ini akan bergabung dengan tim audit. Mohon bantu saya…” Lelaki muda itu menghenyakkan tubuhnya di kursi berhadapan dengan Citra.
Citra tersenyum membalas sapaan Samuel, “Saya Citra, semoga kita dapat bekerja sama dengan baik.” Citra melayani segala pertanyaan Samuel yang merupakan pegawai baru yang dimutasi dari luar daerah.
Siang itu akan diadakan rapat evaluasi dan koordinasi untuk membahas agenda kerja tahunan tentang audit perusahaan yang akan dilakukan instansi yang menjadi tempatnya bekerja saat ini. Dalam rapat kali ini akan dibahas personil-personil yang akan turun ke lapangan untuk mengaudit perusahan-perusahaan yang bergerak di bidangnya masing-masing.
Tak lama rapat koordinasi segera dimulai, Citra dan Samuel berjalan beriringan memasuki ruang pertemuan. Di sana sudah tampak pak Anwar sebagai pimpinan, Marcel, Ridwan dan Puri serta beberapa orang yang lain satu tim dengan Citra.
Ia merasa bersyukur karena ditempatkan bersama dengan para professional yang berkompeten di bidangnya. Walaupun masih baru, tapi Citra mampu menduduki posisi ini karena kemampuan serta gelar akademiknya sangat mendukung sehingga pimpinan langsung memberikan posisi yang sesuai dengan Pendidikan yang ditempuhnya.
“Hari ini kita akan briefing tentang tugas yang akan diamanatkan kepada saudara untuk mengaudit beberapa perusahaan besar. “ ujar Pak Anwar setelah membuka rapat siang itu. “SK nya sebentar lagi akan dibagikan. Untuk perusahaan tersebut juga akan mendapat pemberitahuan.”
Citra dan rekan-rekannya dengan serius mengikuti rapat itu. Jika ada hal-hal yang tak ia fahami, dengan cepat ia segera bertanya, dan pak Anwar selalu memberikan jawaban yang membuatnya puas.
Setelah pertemuan selesai, Ridwan, Citra, Samuel, dan Puri masih belum beranjak dari ruangan. Mereka masih membahas SOP untuk kegiatan audit mereka di beberapa perusahaan.
“Wah, perusahaan yang akan kita kunjungi skala internasional lho.” seru Marcel sambil membaca SK yang berada di atas meja dan meraihnya.
“Aku tau, pemiliknya masih keluarga sultan.” sela Puri si gadis manis berambut ikal. “Orangnya ganteng. Namanya Pramono Erlangga.”
“Deg…” Citra merasakan jantungnya berdebar kuat. Sesuatu mulai menggores hatinya.
Tidak ada yang tau, bahwa yang mereka bicarakan masih berstatus suaminya, karena Citra masih termasuk baru dan tidak ada yang pernah menanyakan hal itu, kecuali pimpinan yang memang sudah mengetahui sejak awal. Tapi Citra tak berani berspekulasi, sampai saat ini belum ada gugatan yang diterimanya. Dan ia tak ingin memikirkan apakah Pram sudah menikah atau belum dengan sekretaris kesayangannya itu. Ia berusaha melupakan dan menghapus nama Pram di dalam hatinya.
“Yok kita makan di restoran C & D, menunya enak recommended banget.” Samuel berdiri mengajak ketiga rekannya, “Sekalian ku traktir untuk kelancaran kerja kita besok, karena ini adalah pengalaman pertama aku bekerja bersama orang hebat.”
“Wah, mau dong.” Puri segera menarik tangan Citra, “Ayo mbak, aku sudah laper banget. Cacing-cacing dalam perutku udah demo sejak tadi.”
Citra tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala. Akhirnya mereka berlima mengikuti Samuel dan menumpang di mobilnya yang besar dan mewah untuk membawa mereka menuju restoran yang dimaksud.
Citra tak menyadari bahwa di dalam restoran ada Pram yang sedang rapat dengan dua kliennya yang berasal dari luar kota, dan sedang menunggu pesanan makan siangnya datang, karena rapatnya sudah selesai sejak tadi. Ruangan VIP yang digunakan Pram menggunakan kaca rayban, sehingga tidak nampak dari luar, tetapi mereka yang di dalam, bisa melihat siapapun yang datang.
Pram memang tidak mengajak Widya ikut serta. Semenjak peristiwa penolakan Kinar membuat hubungan asmara keduanya merenggang. Sesekali ia tetap menuruti keinginan Widya untuk makan siang bersama dan tentu saja diakhiri dengan shopping barang branded. Sampai saat ini Pram masih bimbang dengan perasaannya, apalagi Widya yang terus menerus melancarkan aksinya dan tak mau jauh darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
YuWie
pengusaha kie apa krn duitnya gak berseri ya..jadinya di poriti gak kerasa.
2024-11-06
0