Bab 20

Rasa bangga bercampur bahagia menyeruak di dada Pram saat menceritakan keberhasilannya serta Citra di bidang masing-masing dengan tetap saling mensuport satu sama lain. Dan kali ini ia yakin untuk berjuang lebih keras meluluhkan hati Citra, segala upaya akan ia lakukan untuk mengembalikan perasaan Citra padanya.

Saat hendak berpisah Anggoro menjabat tangan Pram dengan erat, “Sebagai keluarga dan orang yang pernah dekat dengan Citra, aku turut bahagia atas keberhasilan kalian. Semoga Yang  Kuasa selalu menjaga keluargamu dalam lindungan-Nya dan tetap samawa sampai akhir.”

“Aamiin. Aku juga berharap kamu secepatnya  menemukan kebahagiaanmu sendiri. Aku juga sempat merasakan kesendirian. Ternyata nggak enak.” Pram mengaminkan doa tulus Anggoro dan ia turut mendoakan semoga Anggoro segera menemukan pengganti Indah dan segera menemukan kebahagiaan.

Saat Pram kembali ke rumah, suasana sudah hening dan lampu-lampu sudah gelap semua. Merasa kehausan Pram melangkah ke dapur untuk mengambil air putih. Ia segera membuka kulkas meraih sebotol air mineral yang tersusun rapi di tempatnya.

Tiba-tiba sebuah tangan memeluknya dari belakang. Pram terkejut. Ia membalik badannya, tampak Siska menggunakan baju tidur yang tipis enggan melepas tangannya dari pinggang Pram yang kokoh. Dari gaun tipisnya kelihatan kalau Siska tidak menggunakan dalaman sehingga sesuatu yang menyembul tampak bergoyang dengan indah mengundang hasrat tersembunyi.

“Apa yang kau lakukan Siska?” bentak Pram marah. Dengan kasar ia menepiskan tangan Siska dari tubuhnya.

“Mas, aku mencintaimu sejak dulu. Tidak adakah sedikitpun perasaanmu untukku?” matanya memandang Pram dengan raut penuh gairah. Kali ini ia harus berhasil meraih hati Pram. Ia tak peduli apapun pendapat orang lain. Puluhan tahun ia menyembunyikan perasaannya. “Aku siap menjadi istri keduamu…”

Raut Pram berubah kasar, “Sampai kapanpun aku tak akan menduakan Citra. Hanya dia perempuan satu-satunya dihatiku.”

Siska mencibir sinis, “Mas pikir aku tidak tau perselingkuhanmu dengan Widya. Bukankah kamu dan Citra sudah berpisah rumah...” Siska berusaha mendekatkan tubuhnya pada Pram.

Tak menyesal ia kembali dari London lebih cepat. Malam itu saat ia hendak ke dapur, tanpa sengaja ia melewati kamar Singgih dan Gayatri yang tidak tertutup rapat. Ternyata keduanya sedang membahas permasalahan antara Pram dan Citra. Mendengar hal itu sontak Siska bersorak dalam hatinya. Kini kesempatan itu telah datang. Cinta Pram telah goyah terhadap istrinya yang selama ini selalu ia sanjung dan ia puja sebagai cinta matinya.

Pram menahan Siska yang berjalan ke arahnya dengan wajah yang dibuat sendu dan suara mendesah manja, “Aku memang melakukan kekhilafan. Tapi itu tak merubah keadaan. Aku akan memperbaiki hubungan kami demi anak-anak, dan perasaanku terlalu kuat untuk Citra. Apapun akan kulakukan untuk kembali pada Citra.” Pram berkata dengan yakin, “Jangan pernah mengharapkanku. Lebih baik kamu mencari lelaki lain.”

Siska termangu ketika Pram berjalan dengan cepat meninggalkannya yang terpaku sendiri. Usahanya kali ini gagal, tapi ia yakin suatu saat Pram akan menoleh padanya. Dan ia akan terus berusaha untuk itu.

Sesampainya di kamar Pram segera membersihkan diri ke kamar mandi dan berganti kaos tipis serta celana pendek untuk tidur. Ia segera naik ke pembaringan. Tampak Citra yang sudah tertidur dengan lelap.

Pram menyibak rambut Citra yang menutup wajah ayunya. Sudah lama ia tak menatap wajah bidadarinya saat tertidur. Dengan pelan Pram mengecup kening Citra. Tatapannya beralih pada bibirnya yang tampak merah alami, dan mulai menggugah sesuatu di bawah sana.

Pram mengecup lembut bibir itu. Tapi nampaknya hasrat Pram mulai menguasai dirinya. Malam panas itu kembali terbayang di pelupuk matanya. Pram mulai ******* bibir istrinya dengan penuh hasrat. Tangannya sudah mulai bergerilya kemana-mana.

Sementara itu Citra yang masih nyenyak dalam tidurnya merasa bermimpi bahwa ia sedang bercumbu pada saat mereka baru menikah. Ia menikmati setiap sentuhan yang diberikan Pram. Desahannya mulai terdengar saat jemari Pram bermain dengan lincah dibagian intinya.

Pram tak bisa menahan kebahagiaannya saat Citra masih terhanyut di alam mimpi, dan ia terus melanjutkan permainannya. Tangannya mulai melepas satu demi satu pakaian yang membalut tubuh wangi Citra, sesekali ia menghisap dan menggigit dada Citra yang masih padat walaupun di usia yang sudah matang. Entah perawatan apa yang dilakukan istriya itu, yang pasti Pram  merasa kalau tubuh istrinya menjadi magnet pemikat untuknya.

Seketika Citra terbangun, ketika sesuatu yang keras dan kokoh memasuki dirinya. Ia membuka mata dan menyadari bahwa tubuhnya telah polos.

Pram kembali menjatuhkan bibirnya ketika mata Citra terbuka. Ia menunggu beberapa menit menikmati bibir yang selalu terasa manis itu, hingga ia bersorak dalam hati ketika Citra membalas ciumannya dengan hangat. Bibir keduanya saling menikmati satu sama lain. Kebahagiaan langsung menyergap mengisi rongga dada Pram.

Citra berusaha menahan desahan di bibirnya akan permainan Pram yang sangat memanjakan tubuhnya. Ia tak menyangka setelah enam bulan mereka berpisah, kini sorot itu telah kembali seperti awal kebersamaan mereka. Apakah ia Bahagia?

Citra memahami perasaannya sendiri. Ia tau, luka yang telah digoreskan Pram memang belum sembuh sepenuhnya. Tapi demi anak-anak ia akan bertahan. Ia menyadari setiap sentuhan yang diberikan Pram adalah bentuk pemujaan Pram atas dirinya.  Tapi Citra akan bertahan, ia tak akan melibatkan perasaan terlalu dalam lagi pada hubungan mereka. Citra membiarkan Pram mengeksplorasi seluruh tubuhnya, dan ia turut membalas setiap perlakuan Pram.

Jam dinding berdentang sebanyak 2 kali. Entah sudah berapa kali Pram menyemburkan isi tabungannya pada rahim Citra. Rasanya ia tak ingin berhenti, magnetnya terlalu kuat menarik tubuh Pram, membuatnya semakin bersemangat, hingga akhirnya Pram merasa puas dan menghentikan aksinya, karena rasa lelah setelah bertempur selama hampir 2 jam.

“Terima kasih.” Pram mengecup kening Citra dengan rasa bahagia luar biasa.  Ia yakin sikap Citra pasti akan berubah. Karena mereka bercinta dalam keadaan sadar, dan Citra menikmati permainannya dan berperan aktif sehingga ia merasa puas lahir dan batin. Dan ia akan membayar waktu 6 bulan yang telah mereka lewati dengan berbagi kebahagiaan walau sekecil apapun.

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!