Lebih baik berjalan lambat daripada berdiam diri, karena kesuksesan tidak menghampiri melainkan harus kita raih.
~Ay Alvi~
"Membantu apa?" tanya Hara ragu-ragu.
Juan tak menjawab, pemuda itu hanya menampilkan senyum misterius yang membuat Hara merasa sedikit takut.
"Nanti juga kau akan tahu." Akhirnya Juan mau menjawab, namun hal tersebut membuat Hara bertambah penasaran.
"Ayo cepat katakan!" Hara mendesak Juan, tangannya menggoyangkan lengan pemuda itu yang tengah mengemudikan mobilnya sehingga akhirnya dengan terpaksa Juan menginjak pedal rem secara mendadak.
'Hei Cupu! Kau bisa diam tidak?!" bentak Juan kesal karena hampir saja mereka celaka karena kecerobohan Hara.
"Mengapa kau begitu bodoh! Apa otakmu tidak bisa berpikir sedikit saja?" Juan memaki Hara dengan ucapan yang kasar.
"Ma-maaf," sesal Hara lirih. Gadis itu hampir saja menangis karena teriakan umpatan yang keluar dari mulut Juan.
Sebenarnya Hara bukanlah gadis yang cengeng, namun kata-kata Juan memang sedikit keterlaluan. Dan entah mengapa di hadapan Juan gadis itu merasa lemah dan itulah yang paling di benci oleh Hara, karena ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan siapapun.
Melihat Hara yang hampir saja menangis membuat Juan merasa sedikit bersalah, ia tidak bermanfaat untuk memarahi gadis itu. Hanya saja apa yang di lakukan oleh Hara tidaklah benar. Hal tersebut bisa saja mengakibatkan kecelakaan pada mereka.
Juan menghela nafas, pemuda itu sebenarnya paling malas berurusan dengan air mata wanita. Biasanya Juan tidak pernah perduli apabila ada wanita yang menangis di hadapannya, bahkan Juan akan bersikap acuh dan tak perduli.
Namun, entah mengapa saat ini rasanya sungguh berbeda. Pemuda itu merasa sangat bersalah karena membentak Hara yang menyebabkan gadis itu hampir saja menumpahkan air matanya.
"Lain kali jangan seperti itu! Berbahaya untuk kita," ucap Juan menurunkan nada bicaranya kemudian pemuda itu melajukan kembali mobilnya menuju Town House Pratama.
Hara mengangguk tanda gadis itu mengerti apa yang di katakan Juan. Akhirnya, selama sisa perjalanan mereka terdiam. Tak ada satu pun yang berminat untuk melanjutkan percakapan hingga akhirnya mereka tiba di kediaman milik orang tua Juan tersebut.
Hara langsung keluar dari mobil tanpa memperdulikan Juan, gadis itu segera berlari masuk untuk menuju kamarnya.
Via yang tengah berada di taman depan rumah pun merasa heran melihat Hara yang tergesa-gesa masuk ke dalam town house.
"Ada apa dengan Hara?" tanya Via kepada Juan putra bungsunya tersebut.
Juan mengendikkan bahunya, pemuda itu tidak berniat menceritakan tentang kejadian tadi. Karena bisa-bisa dirinya lah yang kena marah oleh sang mommy.
Juan melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah. Pemuda itu segera naik ke atas menuju kamar Hara. Dia berniat untuk meminta maaf atas ucapan kasarnya yang mungkin telah melukai hati gadis itu.
Sementara itu di kamar, Hara tampak menyeka air mata yang mengalir di sudut matanya. Selama ini sebagai anak satu-satunya gadis itu tidak pernah mendapat makian kata kasar dari ayah dan juga orang di sekelilingnya.
Hidup sebagai anak tunggal tanpa kehadiran seorang ibu membuat gadis itu sedikit lebih sensitif hatinya. Walau ia terlihat kuat di luar apalagi ketika tengah menggunakan identitas Nikki, namun sebenarnya gadis itu sangat rapuh di dalam. Dia menyembunyikan kerapuhan dan kesepian hatinya dengan mengikuti berbagai ajang balap agar dapat menghibur dirinya sendiri.
Juan mengetuk pelan pintu kamar Hara, berharap gadis itu memberinya kesempatan untuk meminta maaf. Karena jika Hara merajuk tentu saja acara malam ini bisa batal.
Pemuda itu telah mendapat peringatan keras dari Ziga sang ayah untuk tidak keluar hingga larut malam. Karena saat ini suasana di kota New York sedang tidak kondusif. Beberapa kali terjadi pertempuran antar geng yang mengakibatkan kekacauan di beberapa daerah. Termasuk di daerah kekuasaan Marco yang merupakan anak buah dari Ziga.
Maka dari itu, Juan bermaksud untuk memanfaatkan Hara agar pemuda itu mendapatkan izin dari sang ayah, karena pastinya Via sang ibu akan menyetujui jika ia hendak keluar bersama gadis cupu yang kini menjadi tanggung jawabnya itu.
Tak terdengar suara sahutan dari dalam kamar walau Juan telah beberapa kali mengetuk pintu tersebut. Pemuda itu sedikit kesal, namun ia berusaha menahan amarahnya, karena untuk saat ini Juan membutuhkan bantuan Hara.
Juan mendorong pelan pintu kamar tersebut, pemuda itu mengendap-endap dengan maksud mengagetkan gadis itu yang sedari tadi mengabaikan dirinya. Namun, pemandangan yang di lihat Juan sungguh sangat menyebalkan.
Sedari tadi pemuda itu mengetuk pintu untuk meminta izin masuk, ternyata sang empunya kamar tengah terlelap di atas kasur dengan sangat nyaman. Ingin rasanya Juan mencubit pipi Hara untuk membangunkan gadis itu. Akan tetapi setelah melihat bekas air mata yang membasahi pipi Hara, Juan pun mengurungkan niatnya.
Juan memandang wajah Hara yang tengah terlelap, entah mengapa pemuda itu merasa tak asing dengan wajah yang kini ada di hadapannya tersebut. Bukan sebagai Hara yang selama ini ia kenal, namun wajah gadis itu tanpa kacamata mengingatkan Juan pada seseorang yang Juan sendiri bingung siapa yang di ingatnya.
Cukup lama Juan memperhatikan wajah Hara yang tengah terlelap. Pemuda itu menyingkirkan anak rambut yang sedikit menutupi wajah gadis itu. Namun, ternyata Juan tak berhenti di sana. Jarinya membelai wajah Hara yang terasa sangat lembut dan pemuda itu menyukainya.
Selama ini walau sering bergonta-ganti pasangan, Juan tak pernah sekalipun menyentuh gadis yang menjadi kekasihnya melebihi dari pegangan tangan. Maka dari itu ketika ia mulai membelai wajah Hara, Juan tampak terkejut karena ternyata kulit gadis itu begitu lembut selembut kain sutera kualitas terbaik.
Jari Juan berpindah ke bibir Hara yang tampak ranum menggoda, bibir mungil gadis itu cukup membuat Juan menahan deru nafasnya. Sempat terlintas keinginan di hati dan pikiran Juan untuk merasakan bibir ranum Hara. Namun, pemuda itu masih dapat menguasai dirinya.
Akhirnya Juan memilih untuk menyelimuti tubuh Hara dan berlalu pergi meninggalkan kamar tersebut agar tidak menggangu tidur gadis itu.
Juan masuk ke dalam kamarnya yang terletak tepat di depan kamar Hara.
"Bodoh ... Bodoh," gumam Juan sembari memukul pelan kepalanya.
"Apa yang ada di otakku ini?" Juan bertanya pada dirinya sendiri.
"Mengapa aku bisa berpikiran untuk menyentuh si Cupu?" Juan kembali bertanya pada dirinya, namun pemuda itu tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya tersebut.
Baru kali ini Juan merasakan keinginan yang begitu kuat. Pemuda itu berkeinginan menyentuh Hara lebih dari yang ia lakukan tadi. Selama ini tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa ia ingin menyentuh seorang wanita walau telah banyak gadis yang menjadi kekasihnya, bahkan banyak pula yang rela melempar tubuh mereka kepada Juan.
Namun, tak sekalipun pemuda itu menanggapinya. Dan kali ini yang di alaminya sungguh berbeda, Juan ingin sekali menyentuh Hara, lagi dan lagi. Bahkan jika memungkinkan pemuda itu ingin merasakan lembutnya bibir Hara yang tampak ranum menggoda.
******
Terimakasih telah membaca TERJERAT CINTA si CUPU, Ay juga mau ucapkan terimakasih untuk yang sudah memberikan like, coment dan juga votenya.
Jangan lupa untuk mampir di karya Ay yang lainnya.
•AKU MENCINTAIMU
•AKU MENCINTAIMU 2
•TAKDIR CINTA
Salam sayang dari Ay si Author recehan 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
❤little girl♥
gimn bs dp kulit sehalus sutra kualitas terbaik thor😘😘😊jd pengen kyk nikki
2021-12-27
0
Emy Emoet
jadi senyum senyum sendiri🤣🤣
2021-12-15
0
tijelclub
oooo uwooo
2021-11-09
0