Motor sport merah Juan berhenti di salah satu bengkel milik Farrel, yang merupakan salah satu sahabat baik Juan.
"Hei Dude" sapa Farrel sambil melakukan salam khas mereka.
"Hei, ramai hari ini?" tanya Juan setelah melihat bengkel milik sahabatnya itu tampak padat.
"Nanti malam ada race, jadi mereka sedang mempersiapkannya" jawab Farrel yang masih fokus dengan pekerjaannya.
Juan mengernyitkan alisnya,
"Race, mengapa aku tidak tahu ?" tanya Juan, biasanya informasi tentang race dia terima paling awal.
"Ini race dadakan, aku dengar untuk menyambut juara race dari Asia" jawab Farrel yang masih sibuk mengotak atik motor milik salah satu pelanggannya.
Mata Juan bersinar, dia paling suka dengan tantangan.
Juara Asia, menarik. Aku jadi penasaran seberapa hebat orang itu, gumam Juan dalam hatinya.
"Katakan pada mereka aku ikut" ucap Juan pada Farrel.
Farel menatap Juan seolah ingin memastikan ucapan sahabatnya tersebut.
"Kau yakin, ini cuma race kecil yang taruhannya tidak seberapa" jelas Farrel karena selama ini Juan hanya mau mengikuti race jika taruhannya menggiurkan.
"Tak apa, aku hanya ingin mengasah kemampuanku" jawab Juan acuh.
"Oke, datang langsung ke race tengah malam nanti" ucap Farrel.
"Sip" jawab Juan, kemudian pria tersebut langsung memacu motornya meninggalkan bengkel milik Farrel.
Di tempat lain seorang gadis berkuncir dua dengan kaca mata tebal yang melapisi matanya sedang serius membaca buku di perpustakaan.
"Hara, jadi ikut nanti malam ?" tanya Jodie berbisik kepada sahabatnya itu.
"Ehm" jawab Hara yang masih berfokus dengan buku yang di bacanya.
"Oke, aku jemput nanti malam" bisik Jodie kembali.
Hara tak menanggapi, dia masih saja membolak-balik buku yang ada di hadapannya.
Akhirnya Jodie pun diam, dia tahu gadis yang satu ini takkan bisa di ganggu jika sudah bergelut dengan buku.
Selang beberapa lama ponsel Hara bergetar, dia pun dengan segera keluar dari ruang perpustakaan untuk mengangkat panggilan telpon yang ternyata dari sang Ayah.
"Halo Pi" sapa Hara lembut.
"Hara, dimana sayang?" tanya Dony Syahputra, ayah dari Hara.
"Hara di perpustakaan Pi" jawab Hara.
"Hara sudah ketemu Aunty Via ?" tanya Dony kembali.
"Belum Pi" jawab Hara kembali.
"Semalam Hara langsung ke apartemen" tambah Hara.
"Oke, Hari ini kamu ke tempatnya, Papi sudah sampaikan pada Aunty Via bahwa kamu akan datang" jelas Dony kepada putri semata wayangnya tersebut.
"Ok Pi" jawab Hara singkat, dia memang tidak terlalu suka banyak bicara. Kemudian mereka pun langsung mengakhiri pembicaraan telponnya.
Nikki Hara Syahputra, gadis berusia 19 tahun blasteran Indonesia Korea yang kini memilih untuk kuliah di New York University. Hara begitulah panggilannya, dia gadis pendiam dan juga tertutup hanya segelintir orang yang menjadi teman baiknya. Termasuk Jodie yang sama sama berasal dari Indonesia. Mereka berteman baik sejak masa SMA, dan hanya Jodie yang mengetahui rahasia tentang Hara.
Gadis itu mempunyai hobi yang mungkin tidak akan di sangka sangka. Melihat penampilan Hara sehari hari yang terlihat cupu tidak ada yang akan mengira bahwa Hara mempunyai hobi yang tidak kalah garang dari seorang lelaki.
"Aku harus ke tempat Aunty Via" bisik Hara pada Jodie setelah ia masuk kembali ke dalam perpustakaan.
"Aku antar" tawar Jodie, yang di balas dengan gelengan kepala oleh Hara. Kemudian gadis itu pun dengan cepat pergi meninggalkan perpustakaan untuk menuju 2 N Moore Street Townhouse milik Via dan Ziga.
Kedatangan Hara di sambut oleh Jane yang merupakan kepala pelayan di 2 N Moore Street, Jane telah mengabdi pada keluarga itu sejak mereka menempati Townhouse tersebut 21 tahun lalu.
"Silahkan masuk Nona Hara" sambut Jane ramah.
"Terima kasih Nona" jawab Hara tak kalah ramah.
"Panggil saja saya Jane, saya kepala pelayan di sini" jelas Jane, yang kemudian membawa Hara ke ruang keluarga yang berada di lantai 2 Townhouse.
Hara mengikuti langkah Jane, dia memandang sekeliling Townhouse dan mengagumi desain rumah itu yang tampak indah tapi hangat seakan menggambarkan keadaan yang harmonis para penghuninya.
Via telah menunggu Hara di ruang keluarga, ibu tiga orang anak itu tampak sedang melantunkan sebuah lagu dengan iringan piano.
"Maaf Nyonya, Nona Hara telah tiba" ucap Jane ketika Via telah menyelesaikan permainan pianonya.
"Terima kasih Jane" ucap Via kepada Jane kepala pelayannya tersebut, karna memang Via selalu bersikap ramah pada siapapun juga termasuk kepada para pelayan walau dia adalah seorang Nyonya besar keluarga Pratama.
"Sama sama Nyonya" jawab Jane.
"Kalau begitu saya permisi Nyonya" pamit Jane.
Via pun menganggukkan kepalanya, kemudian dia segera menyambut kedatangan Hara.
Hara sendiri terpana melihat sosok Via, wanita berusia hampir lima puluh tahun itu tampak cantik dan awet muda, walaupun telah memiliki 3 orang anak.
"Siang Hara" ucap Via dan langsung menyambut gadis itu dengan pelukan hangat.
"Siang Aunty" jawab Hara membalas pelukan hangat Via.
"Tidak Aunty sangka kamu sudah besar, dan bertambah cantik tentunya" puji Via yang membuat rona di wajah Hara menjadi merah.
"Bagaimana kabarmu sayang?" tanya Via sambil membawa gadis itu duduk di sofa ruang keluarga dengan lembut.
"Hara baik Aunty" jawab Hara, mata Hara hampir berlinang dengan sikap Via, dia merasakan kehangatan seorang ibu yang sudah lama tidak di dapatkannya.
"Bagaimana kuliahmu ?" tanya Via lagi.
"Baik Aunty, tadi Hara sudah melakukan proses pendaftaran dan besok sudah bisa masuk kuliah" jawab Hara.
"Kapan kau akan pindah kesini ?" tanya Via yang membuat Hara kebingungan.
"Pindah kesini ?" tanya Hara tak yakin.
"Iya, Kemarin Papimu bilang bahwa kau akan tinggal di sini selama kuliah, karna Papimu ada tugas di Afrika" jawab Via yang membuat Hara semakin bingung.
Ayahnya tak pernah bicara apa apa, beliau hanya mengatakan pada Hara untuk mengunjungi Via yang merupakan sahabatnya. Hara menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Tapi Papi tidak mengatakan apa apa pada Hara Aunty" ujar Hara sopan.
"Sudah kita bicarakan nanti saja, sekarang sudah waktunya makan siang ayo kita makan" ajak Via yang kemudian merangkul gadis itu ke ruang makan.
Mereka pun makan siang bersama dengan akrab.
"Bagaimana Hara mau tinggal di sini ?" tanya Via sekali lagi setelah mereka selesai makan siang.
"Hara tidak mau merepotkan Aunty" ucap Hara.
"Lagi pula Hara ada apartemen" tambah Hara.
"Kau sama sekali tidak merepotkan sayang" ucap Via.
"Aunty malah senang jadi ada teman di rumah, selama ini Aunty kesepian" ucap Via sendu. Sejak anak anaknya semakin besar memang dia lebih sering di tinggal sendiri. Ziga dan si kembar sibuk dengan perusahaan mereka, sedangkan untuk Juan sang putra bungsu lebih sering menghabiskan waktu bersama teman temannya.
Melihat wajah Via yang sendu membuat Hara merasa tak enak hati, dia teringat wajah mendiang ibunya yang telah meninggal.
"Tapi apa yang lain tidak keberatan jika Hara tinggal di sini Aunty?" tanya Hara ragu ragu.
"Tentu tidak sayang" ucap Via yakin, karna memang bagi suami dan anak anaknya kata kata Via adalah perintah yang harus di turuti.
Mereka sangat menyayangi Via sebagai istri dan juga sebagai ibu.
"Baiklah, kalau begitu izinkan Hara untuk membereskan barang-barang di apartemen, ya mungkin minggu depan Hara bisa pindah kesini" jelas Hara, karna memang ada beberapa hal yang perlu ia urus.
Via mengangguk senang, pada akhirnya akan ada tambahan anggota keluarga baru di rumah mereka.
Hara pun pamit pada Via meninggalkan 2N Moore Street. Dia harus pergi ke suatu tempat, karna nanti malam akan ada kesenangan yang menantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
NaChery
💖
2022-04-24
0
Windy Shafira Julyanti
kalo bisa ini mah tambahin foto gtu pasti bakalan seru
2021-12-30
0
Dewi Kijang
👍👍👍👍👍👍👍👍👌👌👌👌👌👌👌👌
2021-11-10
0