Sembilan belas

"Kamu kemana saja, Ari. Pesta hampir berakhir dan engkau baru kembali." Tegur Pak Akmal melihat putranya baru kembali dan duduk di sampingnya.

"Ada sedikit urusan, Abi." Jawab Ari singkat sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Tidak bisakah kamu menunda sebentar saja urusan itu, nak. Ini acara pernikahan kakak kamu dan kamu menghilang begitu saja tanpa memberi tahu kami alasannya."

Ari menatap Pak Akmal. "Aku hanya khawatir, Abi. Aku hanya pergi memastikan kalau dia baik-baik saja."

"Nanti kita bicara lagi setelah acara ini selesai." Ucap Pak Akmal mengakhiri. Tidak mau perdebatannya akan menjadi panjang lebar dan mengganggu acara anak sulungnya.

Ari mengangguk dan berusaha untuk kembali fokus pada pesta. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong kalau dia sedang gelisah.

Pak Akmal memperhatikan kelakuan putranya yang terlihat agak aneh. "Kamu sedang memikirkan apa, nak." Bisiknya.

Ari tersentak kaget. "T..tidak, Abi. A..aku tidak sedang memikirkan apapun."

Pak Akmal menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Jangan berbohong, nak. Selesai acara ini kamu harus menjelaskan semuanya pada Abi. Jangan ada yang kamu sembunyikan dari Abi."

Ari hanya diam menanggapi ucapan Abinya.

Bu Fatimah yang berdiri di samping suaminya juga terdiam. Takut jika memberikan komentar masalah akan menjadi panjang.

Setelah pesta berakhir..

Pak Akmal langsung menyeret Ari masuk ke kamar yang ditempati Ari di rumah itu. Mereka capek. Tapi, Pak Akmal tidak suka menunda untuk menyelesaikan masalah.

"Abi, Ari lelah sekarang. Ari mau istirahat dulu. Besok Ari akan jelaskan semuanya." Ari mencoba merayu Abinya, agar tidak terus-menerus didesak.

"Tidak, nak. Masalah harus segera diselesaikan, agar tidak semakin besar."

"Tapi, Abi..."

"Ceritakan sekarang, Ari!"

Ari menghembuskan nafasnya. "Abi benar-benar keras kepala."

"Dan Ari putraku juga lebih keras kepala daripada aku." Pak Akmal tersenyum menatap putranya.

"Iya, Abi. Ari putramu ini memang lebih keras kepala daripada Abi."

"Kamu sendiri yang mengiyakan ucapan Abi."

"Iya.."

"Ayo, mulai."

"Tapi, Abi harus janji dulu, kalau Abi tidak akan menceritakan masalah ini pada Ummi."

"Kenapa?"

"Ari hanya takut, jika Ummi mengetahui masalah ini. Ummi akan kembali membenci Santi."

"Serumit itukah masalahnya, nak."

"Iya, Abi."

Pak Akmal menepuk pundak putranya. "Apa kamu tidak percaya pada Abi, sehingga Abi harus berjanji dulu baru kamu akan ceritakan semuanya?"

Ari tersenyum. "Abi tau sendiri kan bagaimana Ummi."

"Iya, nak."

Ari menatap Abinya." Tante menyinggung perasaan Santi di pesta tadi, Abi."

"Lalu.."

"Ari tidak tau apa yang dikatakannya pada Santi. Tapi intinya.. aku mendapati Santi sedang menangis sendirian di pinggir kolam ikan depan asrama santri putri itu, Abi."

"Apa kamu tidak menanyakan apa yang dikatakan Tantemu padanya."

"Tidak, Abi. Aku menyusul dua orang temannya yang aku minta mencari tau keberadaanya. Aku takut jika aku bertanya padanya, Qonita akan berprasangka buruk pada Tante."

"Jadi, apa yang terjadi sehingga kamu terlihat sangat khawatir sejak tadi."

"Santi menangis sampai sesenggukan, Abi. Dan dia mengatakan hal yang tidak aku harapkan. Apa lagi dia mengatakannya di depan kedua temannya itu."

"Apa yang dikatakannya."

"Dia mencintaiku, Abi. Tapi, aku tidak mungkin membalas cintanya."

"Kenapa tidak." Jawab Pak Akmal santai.

"Aku tidak mencintainya, Abi. Dan Ummi juga pasti akan menentangnya."

"Kamu mencintainya, Ari. Jangan bilang kalau kamu tidak mencintainya."

"Tidak, Abi.Aku tidak mencintainya."

"Lalu, apa tujuanmu melindunginya."

Ari terdiam sesaat. "A..aku tidak mau melihatnya disakiti."

"Kenapa kamu tidak ingin melihatnya disakiti."

"A..aku.."

"Kamu tidak bisa menjawabnya, kan?"

Ari menatap Abinya.

"Kenapa kamu menatap Abi, nak. Jangan tanyakan pada Abi kebenaran ucapan Abi tadi. Tanyakan pada hatimu." Pak Akmal menunjuk dada Ari. "Apa kamu benar-benar mencintainya atau hanya sekedar ingin melindunginya seperti ucapan mu."

Ari langsung menunduk, merenungi kebenaran kata-kata Abinya.

"Sekarang, kamu shalat. Minta petunjuk pada Allah."

Ari mengangkat kepalanya, kembali menatap Abinya.

Pak Akmal tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak anaknya. "Selamat berjuang. Assalamualaikum.."

Pak Akmal meninggalkan Ari yang masih bingung dengan perasaannya.

"Wa'alaikumsalam, Abi."

Sementara itu...

Santi menyembunyikan seluruh tubuhnya di bawah selimut. Teman-temannya yang baru kembali hanya menatapnya dengan heran.

Hanya Qonita yang mengetahui kejadian yang sebenarnya terjadi, mendekat dan duduk di pinggir ranjang yang ditempati Santi.

"Apa kamu baik-baik saja, Santi."

Hening, tidak ada jawaban. Santi pura-pura tidur, agar teman-temannya yang lain tidak ada yang curiga.

Salsa yang terakhir masuk ruangan ikut mendekat dan duduk di samping Qonita.

Qonita meletakkan jari telunjuknya di depan bibir agar Salsa tidak berisik. "Besok kita tanyakan padanya." Bisiknya di telinga Salsa.

Salsa langsung meninggalkan ranjang Santi untuk beristirahat.

Keesokan harinya..

Usai melakukan pembersihan di majelis ta'lim, Qonita dan Salsa mengajak Santi untuk diam di tempat itu.

"Kita istirahat dulu, Santi. Nanti kita kembali." Ucap Salsa.

"Tapi aku belum mandi."

"Nggak apa-apa, kok. Kita kan masih libur sekolah. Jadi mandinya bisa nanti dulu." Timpal Qonita

Santi hanya tersenyum pasrah.

"Ayo, kita duduk di bawah pohon nangka itu."

Salsa menarik tangan Santi agar mengikutinya.

"Kenapa kalian membawaku kesini?" Santi bertanya sambil mendudukkan tubuhnya di bawah pohon nangka itu.

"Ada yang ingin kami tanyakan padamu."

"Tentang apa, Mbak Salsa?"

"Masalah semalam."

"Masalah apa?"

"Kamu itu terlalu bertele-tele, Salsa. Tanyakan langsung pada poinnya, agar Santi tidak bingung." Timpal Qonita.

Salsa memutar bola matanya. "Masalahmu dengan Kak Ari semalam, Santi."

"K..kenapa Mbak Salsa menanyakan itu. A..apa Mbak Qonita menceritakan semuanya padamu."

"Dia bersamaku semalam, Santi. Ketika Kak Ari menanyakan keberadaanmu, aku mau ke kamar mandi bersama Salsa."

Santi menunduk. "A..apa Mbak Salsa mendengarkan semua yang aku katakan pada Kak Ari."

"Tidak, Santi. Aku pergi saat Kak Ari mendekatimu. Itulah mengapa aku bertanya karena aku penasaran."

"Salsa itu teman baikku, Santi. Dia tidak mungkin menceritakan masalahmu pada orang lain."

"Jujur, Santi. Aku iri melihatmu berpacaran dengan Kak Ari. Aku juga ingin di cintai oleh laki-laki yang sangat perhatian sepertinya." Ucap Salsa antusias

Santi langsung menatap Qonita. Bertanya pada gadis di depannya dengan isyarat matanya.

Qonita hanya mengangkat bahu.

"Kenapa kamu diam, Santi. Apa kamu tidak bahagia ketika Kak Ari memperlakukan mu seperti itu."

"Aku harus bahagia untuk apa, Mbak?" Santi balik bertanya

"Kamu salah paham, Salsa. Santi dan Kak Ari tidak ada hubungan apa-apa." Timpal Qonita.

Salsa sedikit terkejut. "T.. tapi, semua santri mengatakan kalau Kak Ari dan Santi itu ada hubungan khusus."

"Itu karena Kak Ari memberikan perhatian yang lebih pada Santi." Timpal Qonita lagi

Santi hanya menunduk mendengarkan dirinya diperdebatkan oleh dia gadis di samping kiri dan kanannya.

"Maksud kamu?"

"Kak Ari hanya ingin melindungi Santi. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan selalu melindungi Santi."

"D..dari mana Mbak Qonita tau?" Santi mengangkat kepalanya. Segera mengusap air matanya yang sudah merembes dari tadi.

"Kak Ari sendiri yang mengatakannya padaku semalam, Santi."

Santi tertegun. "Kenapa sesakit ini rasanya, Mbak?" Air mata Santi kembali mengalir deras. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.

"T..tapi, Kak Ari menatapmu dengan tatapan yang berbeda, Santi. Aku bisa melihat kalau dia juga menyimpan rasa kagum untukmu." Salsa mengusap-usap punggung Santi yang sesenggukan.

Santi menggeleng pelan. "Tidak, Mbak. Dia mencintai Nara. Dia hanya ingin melindungi ku seperti yang dia katakan. Dia hanya takut kalau ayahku mengetahui keberadaan ku."

"Kamu pasti aman di tempat ini, Santi. Tapi, sepertinya mulai sekarang kamu harus menghindar darinya." Ucap Qonita.

"Aku memang akan melakukan itu, Mbak. Aku tidak mau semakin mencintainya. Melihatnya akan membuat rasa ini semakin menyiksaku."

"Bukan itu maksudku, Santi. Kita akan mengetahui apa Kak Ari benar-benar hanya ingin melindungimu atau mencintaimu."

Santi tersenyum kecut. "Itu hanyalah mimpiku, Mbak, dicintai oleh laki-laki baik seperti Kak Ari. Biarlah aku memendam rasa ini sendiri. Aku berharap, rasa ini akan terkikis seiring dengan berjalannya waktu."

"Kamu jangan terlalu lemah, Santi. Cinta itu perlu perjuangan, bukan dibiarkan terkikis." Ucap Salsa

Santi kembali tersenyum kecut. " Tapi aku tidak mau memperjuangkan cinta yang bertepuk sebelah tangan, Mbak. Biarlah Allah yang mengatur segalanya."

Qonita dan Salsa hanya mengangkat bahu. Tidak bisa menggoyahkan keputusan Santi.

"Ayo, Mbak. Kita kembali ke asrama kita melewatkan sarapan kita." Santi beranjak bangun. Mengibas-ngibaskan bagian bawah gamisnya yang kotor karena duduk di atas rumput tadi.

"Tunggu, Santi!" Qonita menggenggam tangan Santi yang masih menunduk.

"Ada apa lagi, Mbak?"

"Apa kamu yakin, tidak akan memperjuangkan cintamu."

"Tidak, Mbak." Jawab Santi singkat.

"Kami akan membantumu."

"Terimakasih, Mbak. Tapi aku tetap pada pendirian ku." Santi melepaskan tangan Qonita yang menggenggam tangannya. Melangkah meninggalkan Salsa dan Qonita yang masih duduk di atas rumput.

"Bagaimana kalau Kak Ari juga mencintaimu. Apakah kamu akan tetap menghindar darinya."

Santi menghentikan langkahnya. "Itu hanya harapan, Mbak Qonita. Terimakasih sudah mau mendengarkan keluh kesah ku. Aku duluan, assalamualaikum."

Santi berlari kecil meninggalkan Salsa dan Qonita. Air mata yang sempat mengering, kembali mengalir dengan deras.

* * *

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Visual
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua belas
14 Tiga belas
15 Empat belas
16 Lima belas
17 Enam belas
18 Tujuh belas
19 Delapan belas
20 Sembilan belas
21 Dua puluh
22 Dua puluh satu
23 Dua puluh dua
24 Dua puluh tiga
25 Dua puluh empat
26 Dua puluh lima
27 Dua puluh enam
28 Dua puluh tujuh
29 Dua puluh delapan
30 Dua puluh sembilan
31 Tiga puluh
32 Tiga puluh satu
33 Tiga puluh dua
34 Tiga puluh tiga
35 Tiga puluh empat
36 Tiga puluh lima
37 Tiga puluh enam
38 Tiga puluh tujuh
39 Tiga puluh delapan
40 Tiga puluh sembilan
41 Empat puluh
42 Empat puluh satu
43 Empat puluh dua
44 Empat puluh tiga
45 Empat puluh empat
46 Empat puluh lima
47 Empat puluh enam
48 Empat puluh tujuh
49 Empat puluh delapan
50 Empat puluh sembilan
51 Lima puluh
52 Lima puluh satu
53 Lima puluh dua
54 Lima puluh tiga
55 Lima puluh empat
56 Lima puluh lima
57 Lima puluh enam
58 Lima puluh tujuh
59 Lima puluh delapan
60 Lima puluh sembilan
61 Enam puluh
62 Enam puluh satu
63 Enam puluh dua
64 Enam puluh tiga
65 Enam puluh empat
66 Enam puluh lima
67 Enam puluh enam
68 Enam puluh tujuh
69 Enam puluh delapan
70 Enam puluh sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh puluh satu
73 Tujuh puluh dua
74 Tujuh puluh tiga
75 Tujuh puluh empat
76 Tujuh puluh Lima
77 Tujuh puluh enam
78 Tujuh puluh tujuh
79 Tujuh puluh delapan
80 Tujuh puluh sembilan
81 Delapan puluh
82 Delapan puluh satu
83 Delapan puluh dua
84 Delapan puluh tiga
85 Delapan puluh empat
86 Delapan puluh lima
87 Delapan puluh enam
88 Delapan puluh tujuh
89 Delapan puluh delapan
90 Delapan puluh sembilan
91 Sembilan puluh
92 Sembilan puluh satu
93 Sembilan puluh dua
94 Sembilan puluh tiga
95 Sembilan puluh empat
96 Sembilan puluh lima
97 Sembilan puluh enam
98 Sembilan puluh tujuh
99 Sembilan puluh delapan
100 Sembilan puluh sembilan
101 Seratus
102 Seratus satu
103 Seratus dua
104 Seratus tiga
105 Seratus empat
106 Seratus lima
107 Seratus enam
108 Seratus tujuh
109 Seratus delapan
110 Seratus sembilan
111 Seratus sepuluh
112 Seratus sebelas
113 Seratus dua belas
114 Seratus tiga belas
115 Seratus empat belas
116 Seratus Lima Belas
117 Seratus enam belas
118 Seratus tujuh belas
119 Seratus delapan belas
120 Seratus sembilan belas
121 Seratus dua puluh
122 Seratus dua puluh satu
123 Seratus dua puluh dua
124 Seratus dua puluh tiga
125 Seratus dua puluh empat
126 Seratus dua puluh lima
127 Seratus dua puluh enam
128 Seratus dua puluh tujuh
129 Seratus dua puluh delapan
130 Seratus dua puluh sembilan
131 Seratus tiga puluh
132 Seratus tiga puluh satu
133 Seratus tiga puluh dua
134 Seratus tiga puluh tiga
135 Seratus tiga puluh empat
136 Seratus tiga puluh lima
137 Seratus tiga puluh enam
138 Seratus tiga puluh tujuh
139 Seratus tiga puluh delapan
140 Seratus tiga puluh sembilan
141 Seratus empat puluh
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Visual
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua belas
14
Tiga belas
15
Empat belas
16
Lima belas
17
Enam belas
18
Tujuh belas
19
Delapan belas
20
Sembilan belas
21
Dua puluh
22
Dua puluh satu
23
Dua puluh dua
24
Dua puluh tiga
25
Dua puluh empat
26
Dua puluh lima
27
Dua puluh enam
28
Dua puluh tujuh
29
Dua puluh delapan
30
Dua puluh sembilan
31
Tiga puluh
32
Tiga puluh satu
33
Tiga puluh dua
34
Tiga puluh tiga
35
Tiga puluh empat
36
Tiga puluh lima
37
Tiga puluh enam
38
Tiga puluh tujuh
39
Tiga puluh delapan
40
Tiga puluh sembilan
41
Empat puluh
42
Empat puluh satu
43
Empat puluh dua
44
Empat puluh tiga
45
Empat puluh empat
46
Empat puluh lima
47
Empat puluh enam
48
Empat puluh tujuh
49
Empat puluh delapan
50
Empat puluh sembilan
51
Lima puluh
52
Lima puluh satu
53
Lima puluh dua
54
Lima puluh tiga
55
Lima puluh empat
56
Lima puluh lima
57
Lima puluh enam
58
Lima puluh tujuh
59
Lima puluh delapan
60
Lima puluh sembilan
61
Enam puluh
62
Enam puluh satu
63
Enam puluh dua
64
Enam puluh tiga
65
Enam puluh empat
66
Enam puluh lima
67
Enam puluh enam
68
Enam puluh tujuh
69
Enam puluh delapan
70
Enam puluh sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh puluh satu
73
Tujuh puluh dua
74
Tujuh puluh tiga
75
Tujuh puluh empat
76
Tujuh puluh Lima
77
Tujuh puluh enam
78
Tujuh puluh tujuh
79
Tujuh puluh delapan
80
Tujuh puluh sembilan
81
Delapan puluh
82
Delapan puluh satu
83
Delapan puluh dua
84
Delapan puluh tiga
85
Delapan puluh empat
86
Delapan puluh lima
87
Delapan puluh enam
88
Delapan puluh tujuh
89
Delapan puluh delapan
90
Delapan puluh sembilan
91
Sembilan puluh
92
Sembilan puluh satu
93
Sembilan puluh dua
94
Sembilan puluh tiga
95
Sembilan puluh empat
96
Sembilan puluh lima
97
Sembilan puluh enam
98
Sembilan puluh tujuh
99
Sembilan puluh delapan
100
Sembilan puluh sembilan
101
Seratus
102
Seratus satu
103
Seratus dua
104
Seratus tiga
105
Seratus empat
106
Seratus lima
107
Seratus enam
108
Seratus tujuh
109
Seratus delapan
110
Seratus sembilan
111
Seratus sepuluh
112
Seratus sebelas
113
Seratus dua belas
114
Seratus tiga belas
115
Seratus empat belas
116
Seratus Lima Belas
117
Seratus enam belas
118
Seratus tujuh belas
119
Seratus delapan belas
120
Seratus sembilan belas
121
Seratus dua puluh
122
Seratus dua puluh satu
123
Seratus dua puluh dua
124
Seratus dua puluh tiga
125
Seratus dua puluh empat
126
Seratus dua puluh lima
127
Seratus dua puluh enam
128
Seratus dua puluh tujuh
129
Seratus dua puluh delapan
130
Seratus dua puluh sembilan
131
Seratus tiga puluh
132
Seratus tiga puluh satu
133
Seratus tiga puluh dua
134
Seratus tiga puluh tiga
135
Seratus tiga puluh empat
136
Seratus tiga puluh lima
137
Seratus tiga puluh enam
138
Seratus tiga puluh tujuh
139
Seratus tiga puluh delapan
140
Seratus tiga puluh sembilan
141
Seratus empat puluh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!