Pak Akmal tidak bisa menahan tawanya mendengar ucapan Santi. Bu Fatimah juga ikut tersenyum, walaupun terlihat masih kaku.
Ari melanjutkan candaannya pada Santi. "Aku pelitnya dimana, Santi?" Tanyanya, masih dengan menahan senyum.
"Kak Ari pelit ilmu pada calon mualaf seperti aku ini."
"Hah, besok juga di pesantren kamu akan mendapatkan semuanya." Jawab Ari.
Suasana yang tadinya tegang perlahan mulai mencair.
Bu Fatimah menautkan alisnya mendengar ucapan putranya. "Apa maksud kamu Santi akan mendapatkan semuanya di pesantren, Ari?"
"Santi akan mengucapkan dua kalimat syahadat di pesantren, Ummi." Timpal Pak Akmal.
"Maksud Abi, Santi akan mondok, seperti Ainun dan Ari?"
"Iya, Ummi. Santi akan ikut kami ke pesantren dan dia akan tinggal di asrama. Dia juga akan melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda." Ucap Ainun menjelaskan pada Umminya.
Bu Fatimah tercengang. "Kenapa kalian tidak diskusikan dulu dengan Ummi?"
"Kan, Ummi baru saja sadar kalau Santi tidak ada salahnya saat hadir di keluarga ini. Dari kemarin kan, Ummi tidak perduli padanya" Timpal Ari.
"Kenapa bilang gitu sama Ummi, dek?" Ucap Ainun menegur adiknya.
"Maafkan Ummi, nak. Ummi memang bersalah." Jawab Bu Fatimah sambil menunduk.
"Kami semua sudah memaafkan Ummi. Tapi, Ummi harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi." Timpal Pak Akmal.
Bu Fatimah mengangguk.
"Santi akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas karena sebelumnya dia hanya lulus di Sekolah Menengah Pertama." Jelas Pak Akmal lagi.
Bu Fatimah menatap Santi. "Memangnya umur kamu berapa, nak? Masa iya, kamu baru tamat Sekolah Menengah Pertama?"
"Sebenarnya, sudah dua tahun aku tidak sekolah, Tante. Sudah berbagai cara aku lakukan, agar aku bisa sekolah lagi. Tapi, itu semua tidak mungkin. Ayahku selalu menuntut ku untuk ada di rumah. Aku harus ada jika dia mencariku. Kehidupan ayahku yang penuh dengan misteri membuatku semakin tertekan. Malam ketika aku bertemu dengan Kak Ari itu, ayah sampai memukul tubuhku dengan besi."
"Astagfirullahal'adzim," ucap empat orang yang sedang mendengar cerita Santi.
"Tapi, kenapa kamu tidak pernah menceritakannya padaku, Santi?" Tanya Ari, menyela cerita Santi.
"Aku pernah bilang sama kamu, Kak. Aku tidak mudah percaya dengan orang lain. Apalagi malam itu keadaan kita sedang sama-sama terluka."
"Tapi, aku tidak separah dirimu."
"Iya, karena kalau Kak Ari, hanya terluka dalam saja. Sedangkan aku, luar dalamnya sama-sama terluka." Ucap Santi, tersenyum dengan terpaksa. " Sebenarnya, aku rindu pada ayah. Namun, jika mengingat perbuatannya padaku. Aku ingin untuk tidak pernah lagi mengingatnya."
"Kalau kamu tidak keberatan, maukah kamu menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi malam itu?" Ucap Pak Akmal. Karena dia juga penasaran dengan kehidupan pribadi gadis yang sudah Ia tampung hampir satu bulan itu.
"Kejadian seperti itu tidak hanya terjadi malam itu, Om. Hampir setiap malam, aku selalu kabur jika ayahku sudah hilang kendali."
"Maksudmu?" Tanya Pak Akmal lagi.
"Ayah sering hilang kendali kalau dia sudah mabuk berat. Hal itu terjadi hampir setiap malam. Dan malam ketika aku bertemu Kak Ari itu..
Flashback on..
"Aku mohon, Ayah. Jangan bawa wanita seperti itu ke rumah." Ucap Santi sambil memeluk kaki ayahnya.
"Jangan melarang ku, Aurora! Suruh ibumu kembali jika kamu tidak mau melihat aku tidur dengan orang lain." Timpal laki-laki itu, mencoba melepaskan kakinya dari pelukan Santi.
Santi semakin erat memeluk kaki ayahnya. Wanita yang berdiri di samping ayahnya hanya tersenyum sambil menyerahkankan minuman beralkohol ke ayahnya Santi.
"Anda jangan memberikan minuman itu pada Ayah! Nanti dia hilang kendali!" Teriak Santi pada wanita itu. Dia segera berdiri lalu menyingkirkan gelas itu dengan sebelah tangannya.
Prang !!
Gelas itu jatuh, pecah berserakan di lantai.
"Anak kurang ajar!" Teriak ayah Santi seraya berdiri.
Plak!!
Satu tamparan mendarat di pipi Santi. Luka kemarin malam belum sembuh. Malam ini, dia kembali mendapatkan pukulan lagi. Dan menyusul lagi tamparan demi tamparan. Saat Santi sudah hilang keseimbangan karena menerima pukulan yang bertubi-tubi dari ayahnya,dia jatuh tersungkur di lantai. Mukanya sudah lebam, darah mengucur dari sudut bibirnya.
Sang ayah masih belum puas menyiksa anaknya. Santi yang sudah terkapar lemah kembali di tendang sampai terpental. Dia hanya terisak sambil meringis menahan sakit. Ayahnya mengambil sebuah besi sebesar jari kelingking yang bersandar di belakang pintu. Besi itu mendarat dua kali di lengan dan perut Santi. Bajunya yang putih bersih mulai ternoda dengan bercak darah yang menetes dari sudut bibirnya.
Dengan susah payah, Santi berhasil bangkit dan berusaha menggapai pintu. Dia berjalan tertatih menjauh dari rumahnya untuk menghindari amukan selanjutnya dari sang ayah. Santi berjalan sambil memegangi perutnya yang terasa benar-benar sakit.
Santi berjalan tertatih menyusuri jalan raya yang sudah sepi karena waktu yang sudah lewat tengah malam. Senyumnya mengembang saat melihat sebuah botol air mineral berdiri di trotoar jalan raya. Dia melanjutkan langkahnya sambil meringis, mendekati botol itu. Berharap, masih ada airnya yang tersisa. Dia menghembuskan nafasnya lega saat melihat botol air minum itu tinggal setengah. Santi langsung meneguknya sampai tandas. Air minum itu membuat tenaganya bertambah. Santi melanjutkan langkahnya, terus berjalan tanpa arah dan tujuan. Sampai akhirnya, dia bertemu dengan Ari yang sedang duduk menunduk di pinggir trotoar jalan.
Flashback off..
"Begitulah cerita kehidupanku, Om, Tante." Ucap Santi mengakhiri ceritanya. Dia menghapus sisa air matanya yang tidak berhenti mengalir selama bercerita tadi.
Bu Fatimah ikut menangis. " Maafkan Tante yang menambah penderitaan mu, nak."
Santi mengulas senyum. "Tante tidak salah. Semua yang Tante katakan itu memang kenyataan, kok."
"Tidak, nak. Sekali lagi, maafkan Tante yang telah menambah penderitaan mu."
Santi mengangguk, senyum dan tangisnya menyatu. Ainun ikut terisak sambil mendekat memeluk santi. Pak Akmal dan Ari menatap iba pada gadis malang yang sedang terisak di depan mereka. Sedangkan Bu Fatimah berdiri, lalu menghambur memeluk Santi dan Ainun yang masih berpelukan.
"Sekali lagi, Om mau bertanya, nak. Apa boleh?" Ucap Pak Akmal, memecah Isak tangis tiga wanita yang masih berpelukan itu.
Santi melepas pelukannya dan kembali mengusap air matanya. "Silahkan, Om mau menanyakan apapun. Aku akan menjawabnya dengan senang hati. Aku tidak akan menyembunyikan sedikitpun masa laluku dari kalian."
Pak Akmal menarik nafas dalam. "Ibumu dimana sekarang, nak?"
Santi menatap Pak Akmal. "Ibuku tinggal di sebuah pondok pesantren, Om. Aku sudah mengetahuinya sejak lama. Tapi, aku tidak mungkin mengatakannya pada ayah."
"Apakah ayahmu melakukan hal yang sama pada ibumu, seperti yang dilakukannya padamu?"
Santi mengangguk. "Bahkan, ayah melakukannya sampai melewati batas. Ibu kabur karena sudah bosan dengan kelakuan ayah."
"Kenapa ibumu tinggal di pesantren?" Tanya Pak Akmal lagi, mengorek informasi lebih dalam.
"Dia sama seperti yang ingin aku lakukan sekarang. Awalnya ibu terpaksa. Tapi, lama-kelamaan, dia jadi nyaman. Bahkan, sekarang ibuku memakai hijab syar'i. Mungkin, kalian tidak akan percaya kalau aku menunjukkan ibuku pada kalian."
"Apa kamu tidak berniat untuk menuntut perbuatan ayah kamu pada pihak yang berwajib?"
"Tidak, Om. Aku tidak mau memenjarakan orang tuaku."
"Tapi, dia sudah kelewatan. Dia harus di hukum biar dia jera. Itu tindakan yang sangat buruk."
"Seburuk-buruk perbuatannya, dia tetap ayahku, Om."
"Subhanallah, kamu luar biasa, Santi." Ucap Ari, kagum dengan sikap Santi.
Ainun ikut menatap Santi dengan kagum. Dia mengulas senyum, bangga dengan ketegaran gadis itu.
"Terimakasih, kak." Ucap Santi.
Pak Akmal tiba-tiba berdiri. "Baiklah, untuk masalah jalan-jalan, besok pagi kita bahas selesai sarapan. Sekarang, Abi mau istirahat dulu. Ayo, Ummi." Ucap Pak Akmal sambil menggandeng tangan istrinya.
"Assalamualaikum, anak-anak. Silahkan kalian istirahat."
"Wa'alaikumsalam.." Ucap mereka serentak. Ikut beranjak, masuk ke kamar masing-masing.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
alhamdulillah ketegangan dengan bu Fat sudah mencair👏👏👏
2022-04-04
0