Tujuh belas

"Apa yang terjadi. Kenapa Nara mengusik mu, Santi?"

"Dia selalu mengganggu Santi, Kak." Timpal Qonita.

"Tapi, kenapa?" Tanya Ari lagi, heran mendengar pengaduan Qonita.

"Dia tidak suka melihat Santi..."

"Jangan, Qonita! Tahan mulutmu untuk menceritakan semua tentangnya."

Qonita menatap Santi. "Kak Ari berhak tau perlakuan Nara terhadapmu selama Kak Ainun tidak disini, Santi."

"Siapa gadis yang bernama Nara itu, Ari?" Tanya Pak Akmal.

"Dia kekasihnya Kak Ari, Om." Timpal Santi.

"Dia yang disebut wanita ular oleh kakakmu itu?"

"I..iya, Abi." Ari mengalihkan perhatiannya pada Santi. "Katakan, Santi. Apa yang dilakukan wanita itu padamu." Ucap Ari sambil merengkuh pundak Santi.

"Jaga sikapmu, nak!" Pak Akmal memindahkan tangan Ari dari pundak Santi. "Ini pondok pesantren, nak. Bukan rumah kita. Jadi, kamu jangan semena-mena."

"Maafkan Ari, Abi. Tapi, Ari benar-benar tidak menyangka kalau Nara benar-benar mengusik ketenangan Santi di tempat ini."

"A..aku ke asrama dulu, Om, Kak Ari. Assalamualaikum," Santi langsung berlalu, berlari kecil meninggalkan Pak Akmal dan Ari yang masih menatapnya.

"Apa yang terjadi padanya, nak?" Tanya pak Akmal pada Qonita yang masih berdiri di depannya.

Qonita memberanikan diri menatap Pak Akmal. "N.. Nara selalu menyakitinya, Pak. Hari pertama Kak Ainun pergi. Nara menyeret Santi ke dalam ruangan asrama kosong yang sedang ditinggal pemiliknya shalat berjama'ah."

"Nara sekejam itu." Lirih Ari.

"Jangan menyela, Ari. Biarkan gadis ini menyelesaikan ceritanya dulu." Ucap Pak Akmal. "Lanjutkan, nak."

Qonita menatap Ari sekilas. Kesal karena masih saja tidak percaya dengan sikap Nara yang semena-mena. "Setelah dia menyeret Santi, dia mencengkram Santi dan menamparnya beberapa kali."

"Kenapa kalian tidak melaporkan perbuatannya pada pengurus pesantren." Teriak Ari, yang sudah mulai naik pitam.

"Pelankan suaramu, nak. Kamu menarik perhatian banyak orang." Ucap Pak Akmal.

Ari mengusap mukanya kasar. "Astagfirullahal'adzim, kenapa aku percaya pada omongan manis wanita itu."

"Kami mau melaporkan kejadian itu. Tapi, Santi mencegah kami, Pak. Dia sampai memohon-mohon, agar kami tidak melaporkan perbuatan Nara."

"Aku mohon, jangan sakiti dia. Santi sudah sangat lelah disakiti." Ucap Ari tiba-tiba.

Pak Akmal langsung menatap putranya heran. " Bisakah kamu meninggalkan kami, nak. Aku mau ngomong sama Ari."

Qonita mengangguk. "Aku pamit, Pak. Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam."

"Ayo, nak, kita kembali ke rumah."

Ari mengangguk pasrah, mengikuti langkah Abinya. Penyesalannya sedang memuncak saat ini. Telah mengabaikan semua nasehat kakaknya, nasehat orang tuanya dan teman-teman dekatnya demi gadis yang bernama Nara itu.

Pak Akmal menutup pintu kamarnya. Menuntun Ari untuk duduk di ranjang. Berbagai nasehat dia berikan pada putranya sepanjang perjalan menuju rumah Ismail.

"Kau memiliki perasaan pada Santi, nak. Matamu menunjukkan akan hal itu."

"Aku tidak mencintainya, Abi. Aku hanya kasihan padanya. Aku menyayanginya seperti rasa sayang seorang kakak pada adiknya."

"Jangan bilang begitu, nak. Abi merasa kamu tidak mengatakan itu karena Ummimu. Iya, kan?"

"Maksud, Abi?"

"Karena Ummimu tidak menginginkan Santi dekat denganmu. Itu adalah alasan mengapa kamu tidak berani mengatakan memiliki perasaan pada gadis itu."

"Tidak, Abi."

"Jangan berbohong, Ari. Abi tidak akan mencegahmu, nak. Jika kamu mencintainya. Setelah pendidikan kalian selesai, nikahi dia, nak. Dia adalah wanita terbaik untukmu. Itu hanya menurut pandangan pribadi, Abi."

"Kenapa Abi berkata begitu. Kenapa Abi tidak seperti Ummi, yang menentang. Bahkan ketika aku hanya memberikan sedikit perhatian pada Santi."

"Ummimu seperti itu, karena dia tidak tau asal usul Santi. Dia ingin punya menantu yang berkelas. Yang jelas keturunannya."

"Aku hanya ingin melindungi Santi, Abi. Tapi, aku tidak berniat untuk memilikinya."

"Jangan berkata begitu, nak. Kamu tidak tau apa yang akan terjadi padamu dan padanya suatu hari nanti. Mulai sekarang, perbaiki niatmu. Kamu sudah dewasa, Ari. Jangan gonta ganti pacar. Mereka juga manusia, nak."

Ari menunduk mendengar nasihat Abinya.

"Aku ingin mengajak Santi ke rumah ini, Abi."

"Tidak semudah itu, nak. Kita harus minta izin dulu pada Abah Habiburrahman."

"Abi yang minta izin."

"InsyaAllah, besok Abi bilang pada beliau."

"Nanti malam saja, Abi."

"Santi akan sekolah besok, nak."

"Pihak pesantren sudah meliburkan santri, Abi."

"Kamu ini, Ari. Selalu saja membantah."

Ari hanya tersenyum, menampakkan jajaran giginya yang rapi.

* * *

"Santi, kamu di suruh menghadap ke rumahnya Ustadz Ismail." Ucap seorang santri yang menyampaikan pesan dari Ari.

"Ada apa. Apa aku punya salah, sehingga disuruh kesana?"

"Aku tidak tau. Aku hanya di suruh menyampaikan kepadamu."

"Terimakasih kalau begitu."

Santi masuk ke dalam asramanya. Mencari tau keberadaan Qonita. Memintanya untuk menemaninya ke rumah Ismail.

"Kenapa aku harus takut. Mbak Ainun juga pasti ada disana." Ucapnya menghibur diri, agar kegugupannya berkurang.

Santi tidak mendapati Qonita di tempat tidurnya. "Mbak Qonita ! Ayo temani aku sebentar."

"Kamu mau kemana, Santi. Ini sudah mau masuk waktu ashar!" Teriak Qonita dari dapur.

Santi mengembangkan senyumnya dan mendekat ke arah dapur. "Ustadz Ismail memanggilku. Tapi, aku tidak tau ada apa."

"Benarkah?" Qonita langsung bangkit. " Aku sudah enam tahun di asrama ini, tapi tidak pernah sekalipun di panggil langsung ke rumah Ustadz Ismail."

"Aku juga tidak tau, Mbak."

"Hei, kau memanggilku Mbak sekarang, Santi."

"Aku sudah membaca biodata di ranjang mu. Usia Mbak Qonita lebih tua daripada aku. Jadi, mulai sekarang aku akan memanggilmu Mbak Qonita."

Qonita mendengus. "Terserah kamu sudah, Dek Santi."

"Hahaha.." Santi tertawa renyah. "Ayo makanya, antar aku kesana."

"Nanti saja ya, habis shalat berjama'ah."

"Apa Ustadz Ismail tidak akan marah, kalau aku telat?"

"Tidak akan, Santi. Ustadz Ismail itu adalah ustadz yang paling baik dan tampan. Orangnya lemah lembut dan sangat murah senyum."

"Ternyata Mbak Ainun sangat beruntung mendapatkan laki-laki berperangai seperti itu."

"Itu sudah jelas, Santi. Ayo kita wudhu dulu. Masakan ku sudah matang."

Santi mengangguk, " Aku yang duluan ya, Mbak."

"Iya, aku mau beres-beres dulu."

* * *

Santi duduk di ruang tamu rumah Ismail. Mengedarkan pandangannya. Menatap kagum keasrian ruangan yang ditata dengan sangat rapi.

Qonita langsung kembali lagi ke asramanya saat mengetahui kalau Santi akan menginap di rumah Ismail malam itu.

"Subhanallah, kapan aku akan punya rumah serapi dan sebersih ini." Ucap Santi lirih.

Lama menunggu tanpa ada orang yang menghampirinya. Santi jadi merasa malu. Benar tidak dia disuruh ke tempat itu, atau santri yang menyampaikan tadi salah orang.

"Besok adalah acara akad nikah Mbak Ainun. Mudah-mudahan aku bisa melihatnya secara langsung. Aku sangat merindukanmu, Mbak." Ucapnya lagi di tengah kesendiriannya.

"Aku juga merindukanmu, dek."

Santi terkejut, langsung berbalik. "Astagfirullah, Kak Ari. Aku tidak bilang merindukanmu."

"Tapi, tadi aku dengar kamu bilang merindukanku."

"Aku bilang, aku merindukan Mbak Ainun, Kak. Bukan Kak Ari."

"Assalamualaikum..ini kenapa ribut sekali." Ucap Ismail dan Ainun yang baru tiba. Diikuti oleh Pak Akmal dan Bu Fatimah di belakang mereka.

"Wa'alaikumsalam, Mbak Ainun.." Santi langsung berdiri dan menghambur ke dalam pelukan Ainun.

"Ini ada apa, dek. Apa kamu sedih ditinggal menikah?" Ismail mencoba meledek Santi yang mulai sesenggukan.

Santi menoleh. " Siapa yang tidak bahagia melihat Mbak Ainun bahagia. Tapi, aku sedih karena tidak ada lagi yang akan membimbingku seperti biasa."

"Kamu bisa datang ke rumah kami, dek. Pintu rumahku akan selalu terbuka untuk Santi Carlos."

"Itu bukan namaku, Kak."

"Ups, aku salah? Lalu nama panjang mu siapa?"

"Nama panjangnya Santi Aurora, Kak." Timpal Ari.

"Aku cuma bercanda. Siapa yang tidak akan mengingat nama gadis imut yang mengucapkan dua kalimat syahadat di pondok pesantren ini."

"Itu sangat benar, Kak." Timpal Ari lagi. membuat dada Santi langsung berdebar.

Santi menatap lama Ari.

"Sebenarnya, apa yang aku harapkan darimu, Kak. Kau bersikap baik padaku seolah-olah aku adalah orang yang penting dalam hidupmu. Jangan bersikap baik padaku, Kak. Aku takut tidak bisa mengendalikan perasaanku lagi." Batin Santi. Masih menatap Ari tanpa berkedip.

Ainun menyentuh paha Santi. "Ada apa, Santi? Apa kamu tidak nyaman di sini?"

Santi terkejut dan langsung menoleh. "B..bukan begitu, Mbak."

"Tapi kamu terlihat sedih."

Santi langsung mengusap air matanya yang mengalir tanpa Ia sadari. " I..ini air mata kebahagiaan, Mbak." Ucapnya, mengembangkan senyumnya.

"Kalau ada sesuatu yang mengganjal di hatimu. Katakan padaku. Jangan sembunyikan walaupun secuil masalah."

"Iya, Mbak."

"Padaku juga, Santi." Ucap Ari, tersenyum menatap wanita di depannya.

"I..iya, Kak." Jawab Santi tergagap.

* * *

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Visual
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua belas
14 Tiga belas
15 Empat belas
16 Lima belas
17 Enam belas
18 Tujuh belas
19 Delapan belas
20 Sembilan belas
21 Dua puluh
22 Dua puluh satu
23 Dua puluh dua
24 Dua puluh tiga
25 Dua puluh empat
26 Dua puluh lima
27 Dua puluh enam
28 Dua puluh tujuh
29 Dua puluh delapan
30 Dua puluh sembilan
31 Tiga puluh
32 Tiga puluh satu
33 Tiga puluh dua
34 Tiga puluh tiga
35 Tiga puluh empat
36 Tiga puluh lima
37 Tiga puluh enam
38 Tiga puluh tujuh
39 Tiga puluh delapan
40 Tiga puluh sembilan
41 Empat puluh
42 Empat puluh satu
43 Empat puluh dua
44 Empat puluh tiga
45 Empat puluh empat
46 Empat puluh lima
47 Empat puluh enam
48 Empat puluh tujuh
49 Empat puluh delapan
50 Empat puluh sembilan
51 Lima puluh
52 Lima puluh satu
53 Lima puluh dua
54 Lima puluh tiga
55 Lima puluh empat
56 Lima puluh lima
57 Lima puluh enam
58 Lima puluh tujuh
59 Lima puluh delapan
60 Lima puluh sembilan
61 Enam puluh
62 Enam puluh satu
63 Enam puluh dua
64 Enam puluh tiga
65 Enam puluh empat
66 Enam puluh lima
67 Enam puluh enam
68 Enam puluh tujuh
69 Enam puluh delapan
70 Enam puluh sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh puluh satu
73 Tujuh puluh dua
74 Tujuh puluh tiga
75 Tujuh puluh empat
76 Tujuh puluh Lima
77 Tujuh puluh enam
78 Tujuh puluh tujuh
79 Tujuh puluh delapan
80 Tujuh puluh sembilan
81 Delapan puluh
82 Delapan puluh satu
83 Delapan puluh dua
84 Delapan puluh tiga
85 Delapan puluh empat
86 Delapan puluh lima
87 Delapan puluh enam
88 Delapan puluh tujuh
89 Delapan puluh delapan
90 Delapan puluh sembilan
91 Sembilan puluh
92 Sembilan puluh satu
93 Sembilan puluh dua
94 Sembilan puluh tiga
95 Sembilan puluh empat
96 Sembilan puluh lima
97 Sembilan puluh enam
98 Sembilan puluh tujuh
99 Sembilan puluh delapan
100 Sembilan puluh sembilan
101 Seratus
102 Seratus satu
103 Seratus dua
104 Seratus tiga
105 Seratus empat
106 Seratus lima
107 Seratus enam
108 Seratus tujuh
109 Seratus delapan
110 Seratus sembilan
111 Seratus sepuluh
112 Seratus sebelas
113 Seratus dua belas
114 Seratus tiga belas
115 Seratus empat belas
116 Seratus Lima Belas
117 Seratus enam belas
118 Seratus tujuh belas
119 Seratus delapan belas
120 Seratus sembilan belas
121 Seratus dua puluh
122 Seratus dua puluh satu
123 Seratus dua puluh dua
124 Seratus dua puluh tiga
125 Seratus dua puluh empat
126 Seratus dua puluh lima
127 Seratus dua puluh enam
128 Seratus dua puluh tujuh
129 Seratus dua puluh delapan
130 Seratus dua puluh sembilan
131 Seratus tiga puluh
132 Seratus tiga puluh satu
133 Seratus tiga puluh dua
134 Seratus tiga puluh tiga
135 Seratus tiga puluh empat
136 Seratus tiga puluh lima
137 Seratus tiga puluh enam
138 Seratus tiga puluh tujuh
139 Seratus tiga puluh delapan
140 Seratus tiga puluh sembilan
141 Seratus empat puluh
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Visual
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua belas
14
Tiga belas
15
Empat belas
16
Lima belas
17
Enam belas
18
Tujuh belas
19
Delapan belas
20
Sembilan belas
21
Dua puluh
22
Dua puluh satu
23
Dua puluh dua
24
Dua puluh tiga
25
Dua puluh empat
26
Dua puluh lima
27
Dua puluh enam
28
Dua puluh tujuh
29
Dua puluh delapan
30
Dua puluh sembilan
31
Tiga puluh
32
Tiga puluh satu
33
Tiga puluh dua
34
Tiga puluh tiga
35
Tiga puluh empat
36
Tiga puluh lima
37
Tiga puluh enam
38
Tiga puluh tujuh
39
Tiga puluh delapan
40
Tiga puluh sembilan
41
Empat puluh
42
Empat puluh satu
43
Empat puluh dua
44
Empat puluh tiga
45
Empat puluh empat
46
Empat puluh lima
47
Empat puluh enam
48
Empat puluh tujuh
49
Empat puluh delapan
50
Empat puluh sembilan
51
Lima puluh
52
Lima puluh satu
53
Lima puluh dua
54
Lima puluh tiga
55
Lima puluh empat
56
Lima puluh lima
57
Lima puluh enam
58
Lima puluh tujuh
59
Lima puluh delapan
60
Lima puluh sembilan
61
Enam puluh
62
Enam puluh satu
63
Enam puluh dua
64
Enam puluh tiga
65
Enam puluh empat
66
Enam puluh lima
67
Enam puluh enam
68
Enam puluh tujuh
69
Enam puluh delapan
70
Enam puluh sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh puluh satu
73
Tujuh puluh dua
74
Tujuh puluh tiga
75
Tujuh puluh empat
76
Tujuh puluh Lima
77
Tujuh puluh enam
78
Tujuh puluh tujuh
79
Tujuh puluh delapan
80
Tujuh puluh sembilan
81
Delapan puluh
82
Delapan puluh satu
83
Delapan puluh dua
84
Delapan puluh tiga
85
Delapan puluh empat
86
Delapan puluh lima
87
Delapan puluh enam
88
Delapan puluh tujuh
89
Delapan puluh delapan
90
Delapan puluh sembilan
91
Sembilan puluh
92
Sembilan puluh satu
93
Sembilan puluh dua
94
Sembilan puluh tiga
95
Sembilan puluh empat
96
Sembilan puluh lima
97
Sembilan puluh enam
98
Sembilan puluh tujuh
99
Sembilan puluh delapan
100
Sembilan puluh sembilan
101
Seratus
102
Seratus satu
103
Seratus dua
104
Seratus tiga
105
Seratus empat
106
Seratus lima
107
Seratus enam
108
Seratus tujuh
109
Seratus delapan
110
Seratus sembilan
111
Seratus sepuluh
112
Seratus sebelas
113
Seratus dua belas
114
Seratus tiga belas
115
Seratus empat belas
116
Seratus Lima Belas
117
Seratus enam belas
118
Seratus tujuh belas
119
Seratus delapan belas
120
Seratus sembilan belas
121
Seratus dua puluh
122
Seratus dua puluh satu
123
Seratus dua puluh dua
124
Seratus dua puluh tiga
125
Seratus dua puluh empat
126
Seratus dua puluh lima
127
Seratus dua puluh enam
128
Seratus dua puluh tujuh
129
Seratus dua puluh delapan
130
Seratus dua puluh sembilan
131
Seratus tiga puluh
132
Seratus tiga puluh satu
133
Seratus tiga puluh dua
134
Seratus tiga puluh tiga
135
Seratus tiga puluh empat
136
Seratus tiga puluh lima
137
Seratus tiga puluh enam
138
Seratus tiga puluh tujuh
139
Seratus tiga puluh delapan
140
Seratus tiga puluh sembilan
141
Seratus empat puluh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!