Dua belas

"Kamu yakin akan berangkat dengan kami?" Ainun bertanya sambil menatap Santi dengan khawatir.

"Iya, Mbak. Aku sudah sehat. Lihat, aku sudah bisa di ajak bicara dengan normal seperti biasa." Jawab Santi, meyakinkan Ainun yang terlihat masih ragu.

"Tapi, apa kamu tidak mau pemulihan dulu."

"Nggak usah, Mbak. Dulu aja waktu masih di rumah, tidak ada yang akan perduli kalau aku sakit. Kalau aku seperti kemarin, Ayahku akan menghilang sampai berhari-hari. Entah kemana dia pergi. Dia akan kembali setelah dua Minggu. Karena biasanya, pikiranku akan normal kembali setelah berhari-hari meringkuk sendirian."

Ainun menatap Santi dengan iba. " Semoga Allah mengangkat segala penyakitmu."

"Terimakasih do'anya, Mbak."

Ainun tersenyum seraya mengangguk. 'Baiklah, kalau kamu benar-benar yakin bisa ikut kami berangkat besok. Sekarang, kamu persiapkan pakaian kamu."

"Baju Muslimah ku cuma tiga, Mbak. Jadi, di tenteng pakai paper bag aja muat, kok."

"Astagfirullah, aku lupa, Santi. Maafkan aku."

"Nggak apa-apa, Mbak."

"Kalau begitu aku mau persiapkan pakaianku dulu ya."

"Iya, Mbak."

Ainun berjalan meninggalkan Santi menuju kamarnya.

Santi menatap Ainun sampai menghilang masuk ke kamarnya. Setelah puas menatap Ainun, Santi keluar rumah untuk mencari angin segar. Dia berjalan pelan sambil menghirup nafas dalam, menikmati sejuknya pekarangan rumah yang dia tempati sekarang.

"Hmm! Ada yang sedang bahagia kayaknya."

Santi menoleh, memastikan bahwa dia tidak salah dengar. "Kak Ari. Kamu dari mana, Kak?"

"Habis keluar sebentar sama Abi. Ada yang sudah kami beli untukmu."

Santi menautkan alisnya. "Untukku?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya.

"Iya." Ucap Ari sambil mengacak-acak rambut Santi. "Aku masuk dulu ya." Sambungnya, berlalu dari hadapan Santi.

Dada Santi langsung berdebar. "Tunggu, Kak!"

Ari langsung menoleh. "Ada apa?"

"Jangan lakukan seperti itu lagi, Kak."

"Maksud kamu?"

"Jangan lakukan seperti yang Kak Ari lakukan tadi."

Ari terdiam, memikirkan hal apa yang dimaksud Santi. "Oh, maksud kamu, aku tidak usah mengacak-acak rambutmu, bukan begitu?"

Santi mengangguk pelan. "Iya, Kak."

"Kenapa? Apa kamu tidak suka?"

"B..bukan begitu, Kak. Tapi, aku tidak kuat."

"Kamu tidak kuat, kenapa?"

"Lupakan, Kak. Katanya, kakak tidak suka menyentuh yang bukan muhrim. Lalu yang tadi namanya apa?"

"Astagfirullah, maafkan aku, Santi. Aku tidak tau kenapa kalau padamu itu berbeda. Aku bahkan ingin mencubit pipimu."

"Apaan sih, Kak. Sudah, silahkan Kak Ari lanjutkan lagi langkah Kak Ari yang tadi tertunda."

"Kamu ada-ada saja, Santi." Ari sudah mengangkat tangannya untuk mengacak rambut Santi lagi.

"Ups, hampir lupa." Ucapnya sambil berlalu.

Santi tersenyum penuh arti. "Kenapa kau baik sekali padaku, Kak. Apakah kau..." Ucap Santi lirih. Matanya masih belum berkedip menatap kepergian Ari.

"Ah kamu apaan sih, Santi. Kalau berfikir yang masuk akal. Jangan berharap lebih. Syukur-syukur mereka mau menerimamu disini." Ucapnya menyadarkan dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk pipinya.

Santi melanjutkan langkahnya menuju tempat paforit nya. Pinggir kolam ikan mini di taman rumah itu.

Setelah sampai, Santi duduk termenung sambil mengamati ikan yang lalu lalang di dalam kolam. "Semoga jalan yang ku ambil ini adalah jalan yang terbaik untukku." Ucapnya lirih.

* * *

"Bagaimana? Apa kamu bisa nyaman tinggal di ruangan yang ini?" Tanya Ainun, menepuk pundak Santi yang masih mengamati tempat tinggal barunya.

"Mudah-mudahan, Mbak." Jawab Santi tanpa mengalihkan pandangannya.

"Nanti sore, kamu akan dibimbing untuk mengucapkan dua kalimat syahadat oleh pemimpin Pondok Pesantren. Jadi, kamu harus latihan dari sekarang, agar kamu tidak tegang nanti. Aku mau ke ruangan ku dulu."

"Jadi, Mbak Ainun tidak satu ruangan denganku?"

Ainun tersenyum sambil menggeleng. "Tidak, Santi. Kamu akan satu ruangan dengan teman sekolahmu. Kamu berlima di ruangan ini. Yang berdiri di belakang kamu, semuanya teman sekelas kamu."

Santi menoleh ke belakang. "Hai!" Ucapnya, menyapa dengan sedikit malu-malu.

"Adik-adik, Kakak minta tolong sama kalian. Tolong terima Santi dengan segala kekurangannya. Jangan suka ghibah ya.. Saat ini, Santi ini non muslim. Jadi, dia ini calon saudara muslimah kita." Jelas Ainun.

Empat orang santri yang berdiri di belakang Santi hanya menganga tidak percaya. Dari tadi, mereka sudah bertanya-tanya saat mendengar percakapan Ainun dan Santi yang mengatakan, Santi akan dibimbing mengucapkan dua kalimat syahadat."

"Astagfirullahal'adzim, kenapa kalian bengong? Apa kalian tidak menerima keberadaan Santi disini?"

Empat santri itu langsung tersentak kaget mendengar ucapan Ainun.

"B..bukan begitu, Kak. Tapi, kami hanya terkejut. Kami akan menjadi teman yang baik untuknya." Jawab salah satu dari mereka.

"Alhamdulillah, kalau begitu terimakasih, adik-adik atas kebaikan kalian. Kakak titip Santi, ya."

Empat santri itu langsung mengangguk. "Iya, Kak." Jawab mereka serentak.

Ainun keluar dari ruangan itu, agar Santi dan teman-temannya lebih leluasa untuk berkenalan.

* * *

Sore ini, suasana di majelis ta'lim lebih ramai dari biasanya. Iya, karena sore ini seorang wanita muda akan di bimbing untuk mengucapkan dua kalimat syahadat untuk pertama kalinya.

Santi duduk di samping Ainun yang tersenyum haru menatapnya. Santi menatap sekitarnya yang terlihat seperti lautan manusia. Wajahnya terlihat semakin tegang saat mengetahui, bahwa semua mata tertuju padanya. Dia menarik nafas dalam, agar kegugupannya berkurang.

Ari mendekat dan duduk di depan Santi. "Semangat! Kamu pasti bisa." Ucapnya menyemangati. Setelah mendapat balasan senyuman dari Santi, dia langsung berlalu.

Bukannya mengurangi kegugupannya, senyuman Ari malah membuat jantungnya berdetak semakin kencang.

"Santi, tanganmu kenapa dingin sekali?" Tanya Ainun yang menggenggam tangan Santi dari tadi.

"Nggak tau, Mbak. Tapi, aku benar-benar gugup."

"Baca bismillah dulu, lalu serahkan semuanya pada Allah. InsyaAllah semua urusanmu akan berjalan dengan lancar." Ainun agak berbisik di dekat telinga Santi. "Kamu masih ingat kan, lafadz bismillah yang aku ajarkan?"

"Masih, Mbak. Aku kan menghafal dan memahaminya."

Ainun tersenyum. "Baguslah kalau begitu. Sebentar lagi, guru besar kita akan datang. Jadi, kamu bersiap-siap dan ingat! Kamu tenang dan jangan gugup. Semua akan baik-baik saja."

Santi hanya mengangguk pasrah.

Tidak lama menunggu, Pemimpin Pondok Pesantren yang mereka tunggu datang juga. Ainun mundur beberapa langkah. Setelah dipersilahkan duduk di depan Santi, beliau membuka acara peresmian Santi menjadi seorang mualaf.

Berbagai macam pertanyaan dilontarkan pada Santi. Gadis itu menjawabnya dengan lancar walaupun wajahnya terlihat sangat tegang. Dia meraba-raba Ainun yang tadi duduk disampingnya. Tapi, tidak ada siapapun di sampingnya. Santi tidak menyadari kepergian Ainun karena sibuk menenangkan pikiran.

Setelah acara selesai, Santi langsung bernafas lega. Air matanya meleleh tanpa Ia sadari. Tangis haru dari para santri yang menyaksikan Santi mengucapkan dua kalimat syahadat, terdengar pilu. Ainun yang duduk beberapa langkah di belakang Santi pun, tidak bisa menyembunyikan Isak tangisnya.

Ainun mendekati Santi untuk membawanya kembali ke asrama. "Kita kembali ke asrama. Kamu harus mandi setelah masuk Islam."

"Iya, Mbak. Tapi, kenapa Mbak Ainun nangis?"

Ainun mengusap air matanya. "Bukan aku saja yang nangis, Santi. Kamu lihat, para santri juga menangis mendengarkan kamu mengucapkan dua kalimat syahadat tadi. Ini bukan tangis kesedihan, Santi. Tapi, ini adalah tangis kebahagiaan kami yang menyaksikan bertambahnya saudara muslim kami."

Santi menghambur ke dalam pelukan Ainun. "Terimakasih, Mbak. Aku tidak akan sampai pada titik ini tanpa bantuan kalian."

Ainun hanya menepuk-nepuk punggung Santi. Bingung, mau menjawab apa ucapan gadis yang terisak dalam peluknya itu.

Ari mendekat ke arah mereka. "Bagaimana perasaanmu sekarang, Santi?" Tanyanya pelan, takut mengganggu gadis yang sedang larut dalam tangisnya itu. Tapi, dia lebih menjaga jarak karena menyadari tempatnya bukan lagi di rumahnya.

Santi melepaskan pelukannya dan menatap Ari. "Aku bahagia, Kak. Terimakasih, sudah membawaku ke dunia kalian yang indah ini."

Ari tersenyum. "Andaikan kamu halal untuk aku sentuh, aku ingin memelukmu erat, Santi."

"Ari! ini bukan di rumah, dek. Jadi, kakak mohon kamu jaga omongan kamu." Ucap Ainun yang tidak suka mendengar ucapan adiknya tadi.

Ari cengengesan. "Mereka tidak akan dengar, Kak."

Ainun hanya berdecak kesal lalu menarik tangan Santi untuk meninggalkan tempat itu.

* * *

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Visual
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua belas
14 Tiga belas
15 Empat belas
16 Lima belas
17 Enam belas
18 Tujuh belas
19 Delapan belas
20 Sembilan belas
21 Dua puluh
22 Dua puluh satu
23 Dua puluh dua
24 Dua puluh tiga
25 Dua puluh empat
26 Dua puluh lima
27 Dua puluh enam
28 Dua puluh tujuh
29 Dua puluh delapan
30 Dua puluh sembilan
31 Tiga puluh
32 Tiga puluh satu
33 Tiga puluh dua
34 Tiga puluh tiga
35 Tiga puluh empat
36 Tiga puluh lima
37 Tiga puluh enam
38 Tiga puluh tujuh
39 Tiga puluh delapan
40 Tiga puluh sembilan
41 Empat puluh
42 Empat puluh satu
43 Empat puluh dua
44 Empat puluh tiga
45 Empat puluh empat
46 Empat puluh lima
47 Empat puluh enam
48 Empat puluh tujuh
49 Empat puluh delapan
50 Empat puluh sembilan
51 Lima puluh
52 Lima puluh satu
53 Lima puluh dua
54 Lima puluh tiga
55 Lima puluh empat
56 Lima puluh lima
57 Lima puluh enam
58 Lima puluh tujuh
59 Lima puluh delapan
60 Lima puluh sembilan
61 Enam puluh
62 Enam puluh satu
63 Enam puluh dua
64 Enam puluh tiga
65 Enam puluh empat
66 Enam puluh lima
67 Enam puluh enam
68 Enam puluh tujuh
69 Enam puluh delapan
70 Enam puluh sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh puluh satu
73 Tujuh puluh dua
74 Tujuh puluh tiga
75 Tujuh puluh empat
76 Tujuh puluh Lima
77 Tujuh puluh enam
78 Tujuh puluh tujuh
79 Tujuh puluh delapan
80 Tujuh puluh sembilan
81 Delapan puluh
82 Delapan puluh satu
83 Delapan puluh dua
84 Delapan puluh tiga
85 Delapan puluh empat
86 Delapan puluh lima
87 Delapan puluh enam
88 Delapan puluh tujuh
89 Delapan puluh delapan
90 Delapan puluh sembilan
91 Sembilan puluh
92 Sembilan puluh satu
93 Sembilan puluh dua
94 Sembilan puluh tiga
95 Sembilan puluh empat
96 Sembilan puluh lima
97 Sembilan puluh enam
98 Sembilan puluh tujuh
99 Sembilan puluh delapan
100 Sembilan puluh sembilan
101 Seratus
102 Seratus satu
103 Seratus dua
104 Seratus tiga
105 Seratus empat
106 Seratus lima
107 Seratus enam
108 Seratus tujuh
109 Seratus delapan
110 Seratus sembilan
111 Seratus sepuluh
112 Seratus sebelas
113 Seratus dua belas
114 Seratus tiga belas
115 Seratus empat belas
116 Seratus Lima Belas
117 Seratus enam belas
118 Seratus tujuh belas
119 Seratus delapan belas
120 Seratus sembilan belas
121 Seratus dua puluh
122 Seratus dua puluh satu
123 Seratus dua puluh dua
124 Seratus dua puluh tiga
125 Seratus dua puluh empat
126 Seratus dua puluh lima
127 Seratus dua puluh enam
128 Seratus dua puluh tujuh
129 Seratus dua puluh delapan
130 Seratus dua puluh sembilan
131 Seratus tiga puluh
132 Seratus tiga puluh satu
133 Seratus tiga puluh dua
134 Seratus tiga puluh tiga
135 Seratus tiga puluh empat
136 Seratus tiga puluh lima
137 Seratus tiga puluh enam
138 Seratus tiga puluh tujuh
139 Seratus tiga puluh delapan
140 Seratus tiga puluh sembilan
141 Seratus empat puluh
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Visual
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua belas
14
Tiga belas
15
Empat belas
16
Lima belas
17
Enam belas
18
Tujuh belas
19
Delapan belas
20
Sembilan belas
21
Dua puluh
22
Dua puluh satu
23
Dua puluh dua
24
Dua puluh tiga
25
Dua puluh empat
26
Dua puluh lima
27
Dua puluh enam
28
Dua puluh tujuh
29
Dua puluh delapan
30
Dua puluh sembilan
31
Tiga puluh
32
Tiga puluh satu
33
Tiga puluh dua
34
Tiga puluh tiga
35
Tiga puluh empat
36
Tiga puluh lima
37
Tiga puluh enam
38
Tiga puluh tujuh
39
Tiga puluh delapan
40
Tiga puluh sembilan
41
Empat puluh
42
Empat puluh satu
43
Empat puluh dua
44
Empat puluh tiga
45
Empat puluh empat
46
Empat puluh lima
47
Empat puluh enam
48
Empat puluh tujuh
49
Empat puluh delapan
50
Empat puluh sembilan
51
Lima puluh
52
Lima puluh satu
53
Lima puluh dua
54
Lima puluh tiga
55
Lima puluh empat
56
Lima puluh lima
57
Lima puluh enam
58
Lima puluh tujuh
59
Lima puluh delapan
60
Lima puluh sembilan
61
Enam puluh
62
Enam puluh satu
63
Enam puluh dua
64
Enam puluh tiga
65
Enam puluh empat
66
Enam puluh lima
67
Enam puluh enam
68
Enam puluh tujuh
69
Enam puluh delapan
70
Enam puluh sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh puluh satu
73
Tujuh puluh dua
74
Tujuh puluh tiga
75
Tujuh puluh empat
76
Tujuh puluh Lima
77
Tujuh puluh enam
78
Tujuh puluh tujuh
79
Tujuh puluh delapan
80
Tujuh puluh sembilan
81
Delapan puluh
82
Delapan puluh satu
83
Delapan puluh dua
84
Delapan puluh tiga
85
Delapan puluh empat
86
Delapan puluh lima
87
Delapan puluh enam
88
Delapan puluh tujuh
89
Delapan puluh delapan
90
Delapan puluh sembilan
91
Sembilan puluh
92
Sembilan puluh satu
93
Sembilan puluh dua
94
Sembilan puluh tiga
95
Sembilan puluh empat
96
Sembilan puluh lima
97
Sembilan puluh enam
98
Sembilan puluh tujuh
99
Sembilan puluh delapan
100
Sembilan puluh sembilan
101
Seratus
102
Seratus satu
103
Seratus dua
104
Seratus tiga
105
Seratus empat
106
Seratus lima
107
Seratus enam
108
Seratus tujuh
109
Seratus delapan
110
Seratus sembilan
111
Seratus sepuluh
112
Seratus sebelas
113
Seratus dua belas
114
Seratus tiga belas
115
Seratus empat belas
116
Seratus Lima Belas
117
Seratus enam belas
118
Seratus tujuh belas
119
Seratus delapan belas
120
Seratus sembilan belas
121
Seratus dua puluh
122
Seratus dua puluh satu
123
Seratus dua puluh dua
124
Seratus dua puluh tiga
125
Seratus dua puluh empat
126
Seratus dua puluh lima
127
Seratus dua puluh enam
128
Seratus dua puluh tujuh
129
Seratus dua puluh delapan
130
Seratus dua puluh sembilan
131
Seratus tiga puluh
132
Seratus tiga puluh satu
133
Seratus tiga puluh dua
134
Seratus tiga puluh tiga
135
Seratus tiga puluh empat
136
Seratus tiga puluh lima
137
Seratus tiga puluh enam
138
Seratus tiga puluh tujuh
139
Seratus tiga puluh delapan
140
Seratus tiga puluh sembilan
141
Seratus empat puluh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!