Empat

Ainun dan Ari mendekati Pak Akmal yang sedang menonton berita di televisi. Mereka saling mengisyaratkan dengan mata, siapa yang akan lebih dulu mendekati Abi mereka.

Pak Akmal menoleh. "Ada apa? Kenapa kalian berdiri di sana?" Tanyanya pada kedua anaknya. "Duduk, sini." Pak Akmal menepuk sofa di sebelahnya agar kedua anaknya lebih mendekat.

Ainun dan Ari berjalan lebih mendekat pada Abi mereka. Duduk di sofa kosong, tidak ada yang berani mengangkat wajah mereka karena Pak Akmal belum mengatakan akan memaafkan kesalahan Ari yang tempo hari.

Pak Akmal mematikan televisi. Beralih menatap kedua anaknya secara bergantian. "Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan, Ainun? atau mungkin kamu, Ari? Mungkin,bkamu sudah berubah pikiran dan mau kembali lagi ke pesantren."

Ari mengangkat wajahnya, menatap Pak Akmal yang masih menunjukkan wajah kesal padanya. "Kami kesini bukan mau membahas hal itu, Abi."

"Lalu, untuk apa kalian mendatangiku?" Timpal Pak Akmal dengan ketus.

"Ini masalah gadis yang tempo hari dibawa Ari ke rumah ini, Abi." Jawab Ainun.

"Ada apa dengan gadis itu? Apa dia sudah sehat? Kalau dia sudah sembuh, suruh sopir mengantarnya pulang, agar kalian tidak direpotkan lagi oleh dia."

"A..anu, Abi." Ucap Ainun, takut-takut. "Ga..gadis itu..anu, Abi."

"Ngomong yang jelas, Ainun! Abi tidak paham dengan kata ini anu kamu itu." Tegas Pak Akmal.

Muka Ainun langsung berubah pucat. "Ini yang Ainun takutkan, Abi. Belum aja Ainun ngomong, Abi sudah ngomong ketus sama Ainun." Timpal Ainun, protes dengan sikap Pak Akmal.

Pak Akmal tertawa kecil. "Oh, ternyata putri Abi sudah berani protes sekarang."

"Abi, sih. Ketus aja sama Ainun. Kan, Ainun jadi takut sama Abi."

Ari hanya menunduk. Enggan ikut berkomentar. Dia tau, Pak Akmal masih marah padanya.

Bu Fatimah tiba-tiba muncul. "Apa yang sedang kalian bahas?" Ucapnya, seraya meletakkan nampan di meja depan suaminya.

"Nggak tau. Putra dan putrimu belum mengeluarkan suara mereka." Timpal Pak Akmal.

"Abi bohong, Ummi. Ainun sudah mengeluarkan suara tadi. Tapi, Abi menjawab Ainun dengan ketus. Kan, Ainun jadi takut, Ummi." Adu Ainun pada umminya.

Bu Fatimah tersenyum sambil mengusap kepala putrinya. "Masalah apa yang mau kamu adukan pada Abi, Nak?"

"Masalah gadis yang kemarin, Ummi."

"Ada apa dengan gadis itu? Apa dia sudah sembuh dan siap menghubungi keluarganya?"

"Kok, pertanyaan Ummi dan Abi sebelas dua belas, ya." Ucap Ainun.

Arianto masih menunduk, diam seperti patung.

"Masa sih, Nak?"

"Iya, Ummi." Jawab Ainun. Dia beralih menatap adiknya yang hanya diam mendengar perdebatannya.

"Dek, kenapa kamu diam saja? Tolong Kakak menjelaskan pada Ummi dan Abi." Pinta Ainun.

Ari hanya melirik kakaknya lalu kembali menunduk. "Kakak saja yang menjelaskan. Nanti Ari bantu kalau ada yang Kakak lupakan."

Ainun menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kamu ya, Dek. Kamu yang bawa anak orang kemari. Eh, malah kakak yang repot."

"Jelaskan pada Abi, ada apa!" Ucap Pak Akmal, memotong perdebatan anaknya.

"Tuh kan, Ummi. Suara Abi serem banget." Ucap Ainun lagi.

"Ini sudah malam, Nak. Sebentar lagi waktu istirahat Abi kamu. Kalau kamu menunda, kasihan Abi kamu. Nanti waktu istirahatnya tersita untuk mendengarkan keluh kesah kalian." Jelas Bu Fatimah.

"Maaf, Abi." Ucap Ainun.

"Mmm.." Jawab Pak Akmal.

"Begini, Abi...."

Ainun mulai bercerita. Mulai dari Santi yang selalu disiksa oleh ayahnya. Sampai pada akhir cerita, Santi yang memohon untuk tidak dipulangkan ke rumahnya. Namun, dia masih belum berani mengatakan, kalau Santi berbeda dengan mereka.

Pak Akmal menyimak cerita anaknya sampai selesai. Dia memperbaiki posisi duduknya setelah Ainun menyelesaikan ceritanya. "Lalu, maksud kalian sekarang. Kalian mau meminta Abi dan Ummi untuk mengizinkan gadis itu tinggal di rumah ini?" Tebak Pak Akmal.

"Iya, Abi. " Jawab Ainun dan Ari kompak.

"Abi tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, ada syarat yang harus dia penuhi sebelum Abi menyetujui permintaan kalian."

"Apa itu, Abi?" Tanya Ainun.

"Dia harus menaati peraturan yang berlaku di rumah ini. Seperti, tidak boleh telat bangun, shalat tepat waktu, selalu mengikuti kegiatan keagamaan di Masjid dan peraturan-peraturan rumah yang lain."

Ainun dan Ari saling pandang. Bingung, bagaimana menyampaikan pada Abi mereka.

"Kenapa? Apa dia keberatan?"

"Mm..bukan begitu, Abi. Tapi..."

"Tapi apa, Ainun?" Tanya Pak Akmal, tidak sabar.

"Dia..dia..anu, Abi."

"Apa?"

"Dia non Muslim, Abi, Ummi." Jawab Ainun, menatap Abi dan Umminya secara bergantian.

Pak Akmal tertegun mendengar penuturan putrinya. Dia terlihat sedang berpikir.

"I..itulah yang sulit Ainun katakan pada Abi sejak tadi." Ucap Ainun, takut melihat Pak Akmal yang tidak merespon ucapannya.

Pak Akmal menatap putrinya sekilas, lalu kembali pada aktivitasnya, tertegun.

Bu Fatimah ikut menunggu respon suaminya. "Bagaimana, Abi?"

Setelah terdiam beberapa saat, Pak Akmal menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Begini saja, Nak l. Bawa gadis itu pada Abi. Abi ingin bicara empat mata dengannya." Ucapnya kemudian.

"Baik, Abi." Jawab Ainun.

* * *

Setelah Santi di perbolehkan pulang oleh dokter. Ainun dan Ari membawa Santi menghadap pada Pak Akmal sesuai dengan permintaan Pak Akmal beberapa hari yang lalu.

Santi terlihat tegang. Mukanya terlihat pucat pasi. Namun, Ainun berulang kali menenangkannya dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Ainun menuntun Santi menuju ruang kerja Pak Akmal. "Tenang, Santi. Abi tidak sejahat yang kamu pikirkan, kok."

"Aku takut, Mbak. Apa Abinya Mbak Ainun marah, karena permintaanku?"

"Sepertinya, tidak. Kemarin, pas kami mengatakan tentang kamu. Abi terlihat biasa-biasa saja. Abi hanya ingin bicara langsung dengan kamu."

Santi menarik nafas dalam-dalam. "Semoga semuanya baik-baik saja." Ucapnya sambil mengelus dada.

Ainun tersenyum menatapnya. "Semoga Allah melindungi mu."

Santi menatap Ainun tanpa ekspresi.

"Assalamualaikum, Abah." Santi mengetuk pintu ruang kerja Abi nya.

"Wa'alaikumsalam, masuk!"

Muka Santi semakin tegang. Dia meremas jarinya yang saling bertautan, menggigit bibir bawahnya. Keringat dingin tampak mengucur dari pelipisnya.

Pak Akmal tersenyum menatap gadis yang terlihat ketakutan itu. "Jangan takut, Nak. Aku tidak akan menyiksamu seperti yang dilakukan Ayahmu."

Santi menarik sudut bibirnya mendengar ucapan Pak Akmal. "Terimakasih, Om." Jawabnya kaku.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?"

"Sudah baikan, Om."

"Jangan tegang, Nak. Santai saja. Aku cuma mau bertanya padamu."

Santi menunduk. "I..iya, Om."

Ainun mengusap-usap punggung Santi.

"Ainun dan Ari sudah menceritakan padaku, semua yang kamu ceritakan pada mereka. Dan sekarang, pertanyaan Om, apa benar kamu menolak untuk dikembalikan pada keluargamu?"

Santi mengangguk. "I..iya, Om. Aku takut kalau harus kembali lagi kepada Ayah."

"Apa kamu mau tinggal di rumah kami?"

Santi mengangguk lagi.

"Tapi, seperti yang kamu tau, Nak. Keyakinan mu berbeda dengan kami. Apa sekiranya, kamu bisa nyaman, jika tinggal bersama kami?"

Santi terdiam. Bingung, mau menjawab apa pertanyaan Pak Akmal yang ini.

"Dan satu lagi, Nak. Ainun dan Ari tidak tinggal di rumah ini. Tapi, mereka berdua tinggal di pondok pesantren. Om hanya khawatir. Jika mereka sudah kembali ke pondok nanti, kamu akan kesepian disini dan tidak punya teman. Bukannya Om menolak kamu di rumah ini, Nak. Tapi, Om hanya khawatir kamu tidak nyaman tinggal bersama kami."

Santi mengangkat kepalanya. " Apa aku terlihat buruk dimata Om?"

"Tidak, Nak. Siapa bilang kamu buruk. Kita ini sama-sama makhluk. Tidak baik mengatakan makhluk ciptaan Tuhan itu buruk." Timpal Pak Akmal.

Santi memberanikan diri menatap Pak Akmal. "Aku bersedia mengikuti keyakinan kalian. Ajari aku agama Islam, Om. Aku mau belajar tentang Islam."

Pak Akmal tampak terkejut mendengar keputusan tiba-tiba Santi. Dia menautkan alisnya heran."Apa yang melatar belakangi mu ingin belajar agama Islam, Nak?" Tanya Pak Akmal. "Apa karena kami?" Sambungnya.

"Tidak, Om. Aku memang tertarik belajar Islam. Bahkan, sejak aku kecil."

"Alhamdulillah," Ucap Pak Akmal dan Ainun serentak.

"Aku ingin ikut Mbak Ainun tinggal di pondok pesantren, Om. Apa boleh?"

"Tentu saja, Santi." Jawab Ainun dengan antusias.

"Tapi, peraturan di pondok pesantren itu ketat, Nak. Om takut, kamu tidak bisa menyeimbangi dirimu dengan peraturan disana."

"Aku akan mencobanya, Om. Aku mohon, Om mau membantu aku."

Pak Akmal tampak berpikir. "Begini saja, Nak. Om akan meminta Ainun dan Ari untuk menginformasikan dulu pada pengurus pesantren. Jika pengurus pesantren sudah menyetujuinya. Baru kamu menyusul kesana.

"Tapi, Abi."

"Tapi apa, Ainun?"

"Ari kan harus menjalani hukumannya, Abi."

"Astagfirullahal'adzim, Abi lupa, Nak."

"Ari punya salah apa, Mbak?" Tanya Santi tiba-tiba.

"He..he.. nanti juga kamu akan tau."

"Kalau begitu kita akan bahas ini nanti malam. Kalian bisa meninggalkan ruangan ini."

"Alhamdulillah, ayo Santi, kita keluar. Kamu butuh jalan-jalan untuk menyegarkan pikiran kamu." Ucap Ainun, menarik tangan Santi, agar segera mengikuti langkahnya.

Santi tersenyum sambil mengangguk.

* * *

Terpopuler

Comments

Nur hikmah

Nur hikmah

lnjut....yes.....plarian yg bgus....god santi

2021-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Visual
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua belas
14 Tiga belas
15 Empat belas
16 Lima belas
17 Enam belas
18 Tujuh belas
19 Delapan belas
20 Sembilan belas
21 Dua puluh
22 Dua puluh satu
23 Dua puluh dua
24 Dua puluh tiga
25 Dua puluh empat
26 Dua puluh lima
27 Dua puluh enam
28 Dua puluh tujuh
29 Dua puluh delapan
30 Dua puluh sembilan
31 Tiga puluh
32 Tiga puluh satu
33 Tiga puluh dua
34 Tiga puluh tiga
35 Tiga puluh empat
36 Tiga puluh lima
37 Tiga puluh enam
38 Tiga puluh tujuh
39 Tiga puluh delapan
40 Tiga puluh sembilan
41 Empat puluh
42 Empat puluh satu
43 Empat puluh dua
44 Empat puluh tiga
45 Empat puluh empat
46 Empat puluh lima
47 Empat puluh enam
48 Empat puluh tujuh
49 Empat puluh delapan
50 Empat puluh sembilan
51 Lima puluh
52 Lima puluh satu
53 Lima puluh dua
54 Lima puluh tiga
55 Lima puluh empat
56 Lima puluh lima
57 Lima puluh enam
58 Lima puluh tujuh
59 Lima puluh delapan
60 Lima puluh sembilan
61 Enam puluh
62 Enam puluh satu
63 Enam puluh dua
64 Enam puluh tiga
65 Enam puluh empat
66 Enam puluh lima
67 Enam puluh enam
68 Enam puluh tujuh
69 Enam puluh delapan
70 Enam puluh sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh puluh satu
73 Tujuh puluh dua
74 Tujuh puluh tiga
75 Tujuh puluh empat
76 Tujuh puluh Lima
77 Tujuh puluh enam
78 Tujuh puluh tujuh
79 Tujuh puluh delapan
80 Tujuh puluh sembilan
81 Delapan puluh
82 Delapan puluh satu
83 Delapan puluh dua
84 Delapan puluh tiga
85 Delapan puluh empat
86 Delapan puluh lima
87 Delapan puluh enam
88 Delapan puluh tujuh
89 Delapan puluh delapan
90 Delapan puluh sembilan
91 Sembilan puluh
92 Sembilan puluh satu
93 Sembilan puluh dua
94 Sembilan puluh tiga
95 Sembilan puluh empat
96 Sembilan puluh lima
97 Sembilan puluh enam
98 Sembilan puluh tujuh
99 Sembilan puluh delapan
100 Sembilan puluh sembilan
101 Seratus
102 Seratus satu
103 Seratus dua
104 Seratus tiga
105 Seratus empat
106 Seratus lima
107 Seratus enam
108 Seratus tujuh
109 Seratus delapan
110 Seratus sembilan
111 Seratus sepuluh
112 Seratus sebelas
113 Seratus dua belas
114 Seratus tiga belas
115 Seratus empat belas
116 Seratus Lima Belas
117 Seratus enam belas
118 Seratus tujuh belas
119 Seratus delapan belas
120 Seratus sembilan belas
121 Seratus dua puluh
122 Seratus dua puluh satu
123 Seratus dua puluh dua
124 Seratus dua puluh tiga
125 Seratus dua puluh empat
126 Seratus dua puluh lima
127 Seratus dua puluh enam
128 Seratus dua puluh tujuh
129 Seratus dua puluh delapan
130 Seratus dua puluh sembilan
131 Seratus tiga puluh
132 Seratus tiga puluh satu
133 Seratus tiga puluh dua
134 Seratus tiga puluh tiga
135 Seratus tiga puluh empat
136 Seratus tiga puluh lima
137 Seratus tiga puluh enam
138 Seratus tiga puluh tujuh
139 Seratus tiga puluh delapan
140 Seratus tiga puluh sembilan
141 Seratus empat puluh
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Visual
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua belas
14
Tiga belas
15
Empat belas
16
Lima belas
17
Enam belas
18
Tujuh belas
19
Delapan belas
20
Sembilan belas
21
Dua puluh
22
Dua puluh satu
23
Dua puluh dua
24
Dua puluh tiga
25
Dua puluh empat
26
Dua puluh lima
27
Dua puluh enam
28
Dua puluh tujuh
29
Dua puluh delapan
30
Dua puluh sembilan
31
Tiga puluh
32
Tiga puluh satu
33
Tiga puluh dua
34
Tiga puluh tiga
35
Tiga puluh empat
36
Tiga puluh lima
37
Tiga puluh enam
38
Tiga puluh tujuh
39
Tiga puluh delapan
40
Tiga puluh sembilan
41
Empat puluh
42
Empat puluh satu
43
Empat puluh dua
44
Empat puluh tiga
45
Empat puluh empat
46
Empat puluh lima
47
Empat puluh enam
48
Empat puluh tujuh
49
Empat puluh delapan
50
Empat puluh sembilan
51
Lima puluh
52
Lima puluh satu
53
Lima puluh dua
54
Lima puluh tiga
55
Lima puluh empat
56
Lima puluh lima
57
Lima puluh enam
58
Lima puluh tujuh
59
Lima puluh delapan
60
Lima puluh sembilan
61
Enam puluh
62
Enam puluh satu
63
Enam puluh dua
64
Enam puluh tiga
65
Enam puluh empat
66
Enam puluh lima
67
Enam puluh enam
68
Enam puluh tujuh
69
Enam puluh delapan
70
Enam puluh sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh puluh satu
73
Tujuh puluh dua
74
Tujuh puluh tiga
75
Tujuh puluh empat
76
Tujuh puluh Lima
77
Tujuh puluh enam
78
Tujuh puluh tujuh
79
Tujuh puluh delapan
80
Tujuh puluh sembilan
81
Delapan puluh
82
Delapan puluh satu
83
Delapan puluh dua
84
Delapan puluh tiga
85
Delapan puluh empat
86
Delapan puluh lima
87
Delapan puluh enam
88
Delapan puluh tujuh
89
Delapan puluh delapan
90
Delapan puluh sembilan
91
Sembilan puluh
92
Sembilan puluh satu
93
Sembilan puluh dua
94
Sembilan puluh tiga
95
Sembilan puluh empat
96
Sembilan puluh lima
97
Sembilan puluh enam
98
Sembilan puluh tujuh
99
Sembilan puluh delapan
100
Sembilan puluh sembilan
101
Seratus
102
Seratus satu
103
Seratus dua
104
Seratus tiga
105
Seratus empat
106
Seratus lima
107
Seratus enam
108
Seratus tujuh
109
Seratus delapan
110
Seratus sembilan
111
Seratus sepuluh
112
Seratus sebelas
113
Seratus dua belas
114
Seratus tiga belas
115
Seratus empat belas
116
Seratus Lima Belas
117
Seratus enam belas
118
Seratus tujuh belas
119
Seratus delapan belas
120
Seratus sembilan belas
121
Seratus dua puluh
122
Seratus dua puluh satu
123
Seratus dua puluh dua
124
Seratus dua puluh tiga
125
Seratus dua puluh empat
126
Seratus dua puluh lima
127
Seratus dua puluh enam
128
Seratus dua puluh tujuh
129
Seratus dua puluh delapan
130
Seratus dua puluh sembilan
131
Seratus tiga puluh
132
Seratus tiga puluh satu
133
Seratus tiga puluh dua
134
Seratus tiga puluh tiga
135
Seratus tiga puluh empat
136
Seratus tiga puluh lima
137
Seratus tiga puluh enam
138
Seratus tiga puluh tujuh
139
Seratus tiga puluh delapan
140
Seratus tiga puluh sembilan
141
Seratus empat puluh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!