Kamu harus ikut, Santi." Ari menekan pundak gadis yang masih tetap pada pendiriannya itu.
"Nggak, Kak. Aku tidak mau merusak liburan kalian dengan kehadiranku di sana."
"Tidak, Santi. Pokoknya, kamu harus ikut. Tidak ada tawar menawar lagi." Ucap Ari tegas.
"Tapi, aku..."
"Kalau kamu tidak mau, aku akan mengatakan pada Abi, kalau kamu menolak ajakannya."
"Katakan saja, Kak. Aku nggak mau merepotkan kalian lebih dari ini." Jawab Santi sambil melempar pakan ikan ke dalam kolam mini di depannya.
"Kapan kamu merepotkan kami, Santi?"
"Dengan tinggal di rumah kalian. Bukankah itu namanya merepotkan kalian."
"Tidak ada yang merasa direpotkan dengan kehadiranmu disini. Kenapa kamu keras kepala sekali, Santi?!" Sanggah Ari yang sudah mulai kesal dengan Santi.
Santi menatap pria yang duduk di sampingnya dengan heran. "Kenapa Kak Ari memaksaku?" Tanyanya lirih.
Ari membalas tatapan Santi. Pandangan mereka bertemu. Lama pada posisi seperti itu tanpa ada yang mau merubahnya. "Kamu mau tau kenapa?"
Santi mengangguk. Namun, dia tetap pada posisinya, menatap pria tampan di depannya.
"Karena aku perduli padamu." Jawab Ari.
Santi langsung mengalihkan pandangannya. "Untuk apa Kak Ari perduli padaku. Sedangkan, orang tuaku saja mencampakkan ku seperti ini."
"Aku bukan mereka, Santi. Aku adalah orang yang akan menentang perbuatan buruk mereka padamu, jika itu semua terulang lagi."
Santi kembali menatap Ari.
"Apa?" Tanya Ari, melihat Santi yang menatapnya dengan tatapan yang berbeda.
"Apa alasan Kak Ari melakukan itu semua untukku?"
Ari menautkan alisnya mendengar pertanyaan Santi. "Apa ya? Aku juga nggak tau. Aku cuma ingin melindungi mu." Jawab Ari seraya menatap Santi kembali. "Kamu terlihat semakin manis sekarang." Sambungnya.
"Apaan sih, Kak?!"
"Nggak ada apa-apa. Kita jalan-jalan, yuk! Kamu kan tidak pernah keluar rumah." Ucap Ari mengalihkan pembicaraan.
Santi menggeleng. "Aku nggak mau, Kak."
"Kenapa? Apa kamu tidak bosan di rumah terus?"
"Kalau tetap di rumah aku tidak akan merasa terancam. Tapi, kalau aku keluar, aku takut bertemu ayah dan dipaksa kembali lagi ke rumahnya."
"Aku kan sudah berjanji akan melindungimu, Santi."
"Aku cari aman saja, Kak. Kalau sudah nyaman di sini, ngapain cari susah?"
Ari menepuk-nepuk kepala Santi. Gadis itu terkejut dan membelalakkan matanya, dadanya berdebar-debar.
"Kenapa?" Tanya Ari, tersenyum.
"Nggak apa-apa. Aku masuk dulu, Kak." Ucap Santi sambil bangkit.
"Kenapa terburu-buru. Duduk saja dulu di sini. Kalau Abi dan Ummi sudah pulang, nanti kita tidak diizinkan seperti ini."
"Om dan Tante kemana, Kak?"
"Ummi dan Abi pergi jalan-jalan, sama Kak Ainun juga. Makanya, kamu duduk dulu. Kita ngobrol santai."
"Nggak, Kak. Justru karena mereka tidak ada di rumah, aku takut dikira memanfaatkan waktu. Kita juga kan dilarang berduaan, Kak. Apa Kak Ari tidak takut pada Tuhan?"
Ari tersenyum. "Siapa yang tidak takut sama Allah, Santi. Aku takut. Tapi, aku kan tidak ngapa-ngapain dengan kamu. Aku kan, cuma mengajakmu ngobrol santai. Kita tidak sedang bercinta kok."
"Tetap saja, Kak."Ucap Santi, langsung berbalik meninggalkan Ari.
"Jangan pergi, Santi!" Ucap Ari tiba-tiba, seraya meraih tangan Santi yang sudah beranjak.
"Lepaskan, Kak! Jangan sampai ada yang melihat perbuatan kita ini." Santi menarik tangannya yang di genggam Ari.
"Temani aku, Santi. Aku kesepian sekarang."
"Aku mau masuk, Kak. Jangan seperti ini." Ucap Santi lagi.
Ari masih bersikukuh menggenggam tangan Santi, walaupun gadis itu menarik tangannya sekuat tenaga. "Duduk sini!" Ari menarik lebih kuat tangan Santi dan..
"Ahh!!" Santi jatuh ke dalam pelukan Ari. Dia menindih tubuh pria itu.
Ari diam, tertegun menatap wanita yang berjarak hanya beberapa sentimeter di atasnya. Dia menyibak anak rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu.
Santi juga tertegun, tidak menyadari posisinya sekarang. Dia sama seperti Ari, menatap kagum pria yang sedang menahan berat badannya. Lama dalam posisi seperti itu. Sampai salah satu dari mereka menyadari..
Santi membelalakkan matanya. "Astaga, Kak! Apa yang kita lakukan?!" Ucapnya sambil bangkit.
Ari juga terbelalak, reflek langsung mendorong tubuh Santi dan..
Byurr!!
Santi tercebur ke dalam kolam karena tidak bisa menahan dorongan Ari tadi.
"Astagfirullahal'adzim! Santi!" Ari berusaha meraih tangan Santi dari atas kolam.
Santi duduk di pinggir kolam setelah berhasil naik. Dia mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.
"Kamu tidak apa-apa kan?!" Tanya Ari panik.
Santi mengangguk. "Aku baik-baik saja, Kak. Tapi, itu.."
"Apa ada yang sakit?" Tanyanya lagi, semakin terlihat panik.
"Ikan-ikan itu." Jawab Santi, menunjuk ikan yang lalu lalang di dalam kolam.
"Ikannya kenapa?"
"Mereka menggelitik tubuhku. Aku kan jadi geli, Kak."
Ari tertawa, "Bu hahaha!!"
"Aaa..!! Dasar, Kak Ari jahat!" Ucap Santi sambil memukul-mukul tubuh Ari yang masih menertawakannya.
Bukannya minta maaf, Ari malah mengacak-acak rambut Santi. " Rambutmu bau amis, Santi. Huek, huek!!"
"Aaa..!! Kenapa kamu nyebelin sekali sih, Kak?! Ini semua gara-gara Kak Ari. Dasar, Kak Ari jahat. Pergi sana! jangan dekat-dekat!"
Tawa Ari semakin pecah, dia benar-benar terhibur oleh Santi. "Kamu terlihat lucu sekali, Santi. Ha..ha..ha.."
Santi hanya diam, tidak menanggapi lagi olokan Ari. Dia hanya menatap kaku ke arah belakang Ari.
"Hei, Santi, apa kamu marah? Maaf aku cuma bercanda." Ari mendekat, meraih tangan Santi yang terlihat semakin kaku.
Santi berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Ari. "Lepaskan, Kak."
"Hei, kamu marah. Aku kan sudah minta maaf, Santi. Kamu kok, jadi ngambek, sih?"
"Lepas, Kak."
"Kamu kenapa menatapku seperti itu, Santi?"
"Aku tidak menatapmu, Kak." Jawab Santi dengan suara pelan.
"Lalu?"
"A..aku m..melihat.."
"Apaan, sih?" Ari menoleh ke belakang. Matanya langsung terbelalak kaget. "A..abi."
Pak Akmal menatap putranya sambil bersedekap. "Apa yang kalian lakukan di sini?" Ucapnya dengan ekspresi yang tidak bisa di tebak.
Ari langsung menunduk, tidak berani menatap mata Abinya.
"Jawab Ari! Kenapa kamu diam."
"K..kapan Abi pulang?"
"Aku tidak menyuruhmu bertanya, Ari!"
Ari mengangkat wajahnya. " Kami hanya sedang bercanda, Abi."
"Lalu, kenapa Santi terlihat seperti itu? Kau apakan anak orang, sehingga dia seperti itu."
Santi mengangkat wajahnya. Tapi, dia kembali menunduk saat mengetahui Pak Akmal sedang menatapnya.
Ari menoleh ke arah Santi. Dia menahan tawanya melihat wajah kusut Santi. "Tadi dia tercebur ke kolam, Abi."
"Kenapa dia sampai tercebur?" Tanya pak Akmal lagi, masih tanpa ekspresi.
"Aku kan sudah bilang sama Abi, kami sedang bercanda."
"Bukan begini caranya Ari. Kau lihat, wajah Santi sangat terlihat buruk."
"Jawab dengan jujur, Ari. Kenapa Santi sampai tercebur?"
Ari menatap Abinya dengan heran. "Kenapa Abi menanyakan hal itu berulang kali?"
"Karena Abi belum mendapatkan jawaban yang sebenarnya dari kamu."
Ari menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Aku tidak sengaja mendorongnya hingga dia jatuh tadi, Abi."
"Santi, kamu masuk, nak. Bersihkan tubuhmu dan hias wajahmu agar semakin cantik."
Santi terkejut mendengar ucapan Pak Akmal. Dia hanya mengangguk seraya berlalu, masuj ke dalam rumah.
Setelah kepergian Santi, Pak Akmal kembali menatap putranya. "Kenapa kamu sampai seperti itu, nak?"
"Maksud Abi, apa?"
"Abi melihat semua yang kamu lakukan pada gadis itu, Ari. Kamu lupa, kalau Abi selalu memantau kegiatan siapapun di rumah ini melalui ini." Pak Akmal menunjukkan smartphonenya pada Ari.
"Semua sudut di rumah ini sudah dilengkapi dengan cctv. Apa kamu lupa, nak?"
Ari hanya diam, tidak merespon penjelasan Abinya.
"Dia itu gadis baik, nak. Apa kau merasa tertarik padanya, sehingga kau menariknya seperti itu tadi."
"Maksud Abi."
"Apa kau mencintai gadis itu, Ari?"
"Tidak, Abi. Ari hanya mengajaknya untuk menemani Ari ngobrol tadi. Tapi, dia bersikeras untuk masuk ke dalam. Itulah mengapa Ari menarik tangannya, agar dia tidak pergi."
"Kamu tidak menjaga batasan mu pada yang bukan muhrim, nak."
Ari menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Ini bukan Pondok, Abi."
"Seharusnya, di manapun kamu berada. Namanya yang haram itu harus selalu di hindari, nak. Kalau kamu memang tertarik padanya, Abi akan menikahkan kamu dengannya."
Ari menautkan alisnya. "Abi ngomong apa, sih. Ari belum cukup umur untuk menikah. Lagipula, Santi juga berbeda kan, Abi."
"Dia juga akan mengikuti kita, kan."
"Iya sih, Abi. Tapi, aku tetap tidak mau menikah."
"Kalau kamu tidak mau, jaga sikapmu, nak. Jangan ulangi perbuatan yang seperti tadi."
Ari menyebikkan bibirnya. "Iya, Abi."
Pak Akmal menepuk pundak anaknya. "Kamu masuk sekarang, nak. Kamu masuk ke kamar kamu. Jangan keluyuran ke kamar yang lain."
Ari kembali menyebikkan bibirnya. "Ari tidak sebejat itu, Abi."
"Baguslah kalau kamu sadar. Masuk sana! Abi mau menjemput Ummi mu dulu." Ucap Pak Akmal.
"Mm.. Ternyata Abi rela pulang duluan, hanya untuk menggangguku."
"Masuk, Ari!"
"Iya, Abi."
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
jempol banyak untuk abi akmal
2022-04-04
1
Hafizah MiniGirl
abinya top banget..
2021-10-05
0