Tujuh

Sore itu, Pak Akmal mengajak istri dan kedua anaknya duduk bersama di ruang keluarga. Tidak lupa, Santi juga diikut sertakan duduk di ruang keluarga. Hal itu membuat Bu Fatimah kembali menatap gadis itu dengan sinis. Namun, Bu Fatimah tidak berani mengeluarkan suara kasar untuk Santi di depan suaminya. Hanya tatapan tidak suka yang tidak bisa dia sembunyikan saat itu.

Pak Akmal memperhatikan tingkah istrinya secara diam-diam. Dia terus melirik, tatapan sinis Bu Fatimah pada Santi. Ainun dan Ari juga ikut memperhatikan kelakuan Umminya.

Santi menunduk, tidak berani mengangkat kepalanya. Karena, kalau dia mengangkat kepala, tatapan Bu Fatimah akan langsung menusuk ke dalam dadanya.

Ainun membuka percakapan untuk menghilangkan kecanggungan di ruangan itu. "Abi, lima hari lagi kami akan kembali ke pesantren. Biasanya, sebelum kami kembali, Abi selalu mengajak kami jalan-jalan dulu."

"Iya, Abi." Timpal Ari.

Pak Akmal menatap kedua anaknya sambil tersenyum. " Abi sedang mencari waktu, nak. Abi tidak mungkin melupakan kebiasaan kalian yang selalu minta jalan-jalan."

"Alhamdulillah," ucap Ainun dan Ari kompak.

"Abi mau mengajak anak-anak kemana liburan kali ini?" Tanya Bu Fatimah.

"Kayaknya, kalau kita ke pantai rame-rame seru, deh."

"Ke pantai mana Abi ?!" Tanya Ainun antusias.

"Abi juga sedang memikirkannya, nak."

"Kirain udah ditentuin sama Abi."

Pak Akmal beralih menatap Santi yang hanya diam menunduk. "Coba kita tanya dulu sama Santi. Siapa tau, dia tau dimana pantai yang menyuguhkan pemandangan yang indah."

Santi terkejut dan langsung mengangkat wajahnya. "M..maaf, Om. Aku tidak tau."

"Anak jalanan mana tau tempat yang indah. Taunya ya cuma pinggir jalan." Gerutu Bu Fatimah.

Pak Akmal menatap istrinya heran. " Apa yang melatar belakangi Ummi, sehingga Ummi tidak suka pada Santi? Perasaan, Abi tidak pernah

mengajarkan Ummi untuk dendam."

Mulut Bu Fatimah hanya komat-kamit tidak karuan. Dia memalingkan wajahnya, enggan menatap suaminya yang sedang menceramahi-nya.

"Apa Ummi mendengarkan semua yang aku katakan?" Tanya pak Akmal.

Bu Fatimah hanya diam, tidak menjawab pertanyaan suaminya sama sekali.

Ainun dan Ari ikut diam. Namun, mereka menyimak nasihat yang disampaikan oleh Abi mereka.

"Apa Ummi dengar? " Tanya pak Akmal lagi. Dia menatap kedua anaknya yang menunduk mendengar ucapannya. "Ainun, Ari. Bawa Santi ke taman belakang. Masalah jalan-jalan, nanti kita bahas lagi. Abi mau ngomong dengan Ummi kalian."

Ainun dan Ari beranjak bangun, Santi juga ikut bangun. Lalu mereka langsung berlalu dari hadapan dua orang tua yang sedang tersulut emosi itu.

Ikut Aku ke kamar, Fatimah." Ucap Pak Akmal tanpa menghiraukan istrinya yang masih menggerutu.

Brak!

Pak Akmal membanting pintu kamarnya.

"Jangan membanting pintu, Abi!" Teriak Bu Fatimah pada suaminya.

"Kalau sekali lagi Abi bicara dan Ummi masih seperti ini. Ummi tidak akan pernah mendapatkan ridha Abi sebagai suami Ummi."

"Apa maksud Abi menyangkut pautkan masalah ini dengan ridha mu pada istri, Abi?" Timpal Bu Fatimah dengan ketus.

"Abi tidak suka melihat Ummi punya dendam sama orang. Aku merasa telah gagal mendidik istriku sendiri." Ucap pak Akmal dengan suara lantang. "Aku benci sifat-mu yang seperti ini, Fatimah!"

Bu Fatimah langsung menunduk mendengar ucapan suaminya.

"Mana Fatimah yang dulu aku kenal?! Fatimah yang ramah pada orang, Fatimah yang selalu menjunjung silaturrahmi. Fatimah yang sekarang, kenapa seperti ini?!"

"Aku tidak suka pada gadis itu, Abi!"

"Apa alasanmu membencinya? Apa dia pernah menyakitimu? Apa dia pernah berkata kasar padamu? Bukankah Ummi yang selalu menyakitinya dengan ucapan Ummi yang kasar padanya?"

"Aku tidak suka melihatnya dekat dengan Ari. Itu saja, Abi. Nggak lebih." Timpal Bu Fatimah.

"Tapi tidak begini caranya, Ummi. Tidak dengan melukai harga dirinya. Ummi tau sendiri, kan? Dia sudah lelah menderita. Ummi jangan menambah lagi penderitaannya."

"Ummi takut, nanti dia merayu Ari."

"Dia itu anak baik-baik, Ummi. Jangan hanya memandang orang dari penampilannya."

"Auratnya berkeliaran, Abi."

"Abi sudah katakan pada Ummi. Jangan melihat orang hanya dari penampilannya. Ummi tau sendiri kan, dia siapa?"

Bu Fatimah hanya diam mendengar ucapan suaminya.

Pak Akmal meraih kedua tangan istrinya. "Abi mohon, Ummi. Hilangkan sifat tidak suka itu dari hati Ummi. Jangan biarkan sifat buruk itu mendarah daging dalam hatimu, Ummi."

Bu Fatimah mengalihkan pandangannya, tidak kuasa menatap mata suaminya. Air matanya jatuh setetes. "Ummi hanya takut, dia merebut Ari dari Ummi, Abi. Ummi merasa, dia telah jatuh cinta pada Ari."

Pak Akmal menangkup pipi istrinya. "Kita tidak bisa melarang orang untuk jatuh cinta, Istriku. Dia juga belum tentu mau, kalau rasa itu tumbuh dalam hatinya. Tapi, Ummi juga tau sendiri, kalau rasa cinta itu datang dari Allah. Jadi, Ummi jangan menyalahkan Santi, jika dia mencintai putra kita."

Bu Fatimah menarik nafas dalam, air matanya kembali menetes. Dia memberanikan diri menatap mata suaminya. "Maafkan Ummi, Abi. Mulai sekarang, Ummi akan berusaha mengubur rasa tidak suka itu."

Pak Akmal tersenyum menatap istrinya. Kedua tangannya masih menempel di pipi istrinya. "Terimakasih, sayang." Ucapnya seraya mengecup bibir istrinya.

Bu Fatimah langsung menunduk malu diperlakukan seperti itu oleh suaminya. Dia tidak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya. Dia menarik sedikit sudut bibirnya.

"Sekarang, minta maaflah pada Santi. Kasihan dia, Ummi. Dari kemarin, gadis itu terlihat murung."

Bu Fatimah mengangguk.

Pak Akmal langsung memeluk istrinya. "Terimakasih, sayang."

* * *

Malam itu, Bu Fatimah duduk di dekat Santi. Sebenarnya, gadis itu tidak mau ikut makan malam bersama mereka. Tapi, Ainun berhasil membujuknya dan menjamin, bahwa semua akan baik-baik saja.

Usai makan malam Bu Fatimah meraih tangan Santi dan menggenggam tangan gadis itu dengan erat. Santi sampai terlonjak kaget dan tidak percaya dengan yang dilakukan Bu Fatimah padanya. Santi mencoba menarik tangannya. Takut, kalau Bu Fatimah akan menyakitinya.

"Jangan takut, nak. Ummi tidak akan menyakitimu."

Santi langsung menatap Bu Fatimah. Tanda tanya besar melintas di kepalanya. Apa gerangan yang terjadi sehingga Bu Fatimah berubah secepat itu.

"Maafkan Tante, nak." Ucap Bu Fatimah, masih menggenggam tangan Santi. "Tante mau minta maaf atas kelakuan buruk Tante selama ini." Ucap Bu Fatimah. Dia hampir mencium tangan gadis itu. Namun, dengan cepat Santi berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Bu Fatimah.

"Tante, tidak usah seperti ini."

"Kamu belum mengatakan, kalau kamu memaafkan Tante, nak." Bu Fatimah kembali menarik tangan Santi.

"Iya, Tante. Tapi, apa salah Tante sama aku?"

"Tante jahat sama kamu, nak. Tante selalu menghinamu, Tante selalu merendahkan harga dirimu."

"Itu hak mu, Tante. Aku hanya numpang di sini."

"Jangan katakan itu lagi, nak. Tante benar-benar menyesal telah mengeluarkan kata-kata yang tidak baik itu dari mulut Tante."

Santi hanya diam menundukkan kepalanya. Air matanya mengalir, dadanya naik turun. Entah, darimana datangnya rasa haru itu membuncah di dadanya.

Ari yang dari tadi hanya menganga menyaksikan drama di depannya, berdiri mendekati Santi. "Kamu baik-baik saja kan, Santi." Ucapnya sambil menyentuh pundak gadis yang sesenggukan itu.

Santi mendongak menatap Ari. "Kak Ari jangan menyentuhku. Kita ini bukan muhrim." Ucap Santi sambil menyingkirkan tangan Ari dari pundaknya.

Pak Akmal tersenyum menonton drama yang terlihat semakin seru di depannya.

Ainun ikut tersenyum. Namun, dia tidak berkomentar dan hanya duduk bersandar seperti yang di lakukan Abinya.

Ari terdiam mendengar ucapan Santi.

"Memangnya, kamu sudah tau artinya muhrim itu apa?" Tanya Ari, menahan senyumnya.

Santi menautkan alisnya. "Kak Ari meragukan pengetahuanku? Aku sudah tau sekarang, Kak. Aku sudah punya guru yang menjelaskan semuanya padaku."

Ari tersenyum mengejek pada Santi. "Kamu, ponsel aja nggak punya, dimana mau dapat guru. Kalau kamu pernah keluar rumah sih, aku akan percaya. Tapi, kamu kan cuma diam di rumah ini. Dapat guru darimana coba?"

"Itu, guruku." Tunjuk Santi pada Ainun. "Dia sudah menjelaskan kata-kata istilah yang kemarin tidak aku ngerti maksudnya. Dia murah hati. Nggak pelit seperti Kak Ari."

Pak Akmal tidak bisa menahan tawanya mendengar ucapan Santi. Bu Fatimah juga ikut tersenyum, walaupun masih terlihat kaku.

* * *

Terpopuler

Comments

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

pak akmal.sabar banget👍🏻👍🏻👍🏻

2022-04-02

0

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

semoga sesalah pahamanya mencair seperti esssa

2022-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Visual
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua belas
14 Tiga belas
15 Empat belas
16 Lima belas
17 Enam belas
18 Tujuh belas
19 Delapan belas
20 Sembilan belas
21 Dua puluh
22 Dua puluh satu
23 Dua puluh dua
24 Dua puluh tiga
25 Dua puluh empat
26 Dua puluh lima
27 Dua puluh enam
28 Dua puluh tujuh
29 Dua puluh delapan
30 Dua puluh sembilan
31 Tiga puluh
32 Tiga puluh satu
33 Tiga puluh dua
34 Tiga puluh tiga
35 Tiga puluh empat
36 Tiga puluh lima
37 Tiga puluh enam
38 Tiga puluh tujuh
39 Tiga puluh delapan
40 Tiga puluh sembilan
41 Empat puluh
42 Empat puluh satu
43 Empat puluh dua
44 Empat puluh tiga
45 Empat puluh empat
46 Empat puluh lima
47 Empat puluh enam
48 Empat puluh tujuh
49 Empat puluh delapan
50 Empat puluh sembilan
51 Lima puluh
52 Lima puluh satu
53 Lima puluh dua
54 Lima puluh tiga
55 Lima puluh empat
56 Lima puluh lima
57 Lima puluh enam
58 Lima puluh tujuh
59 Lima puluh delapan
60 Lima puluh sembilan
61 Enam puluh
62 Enam puluh satu
63 Enam puluh dua
64 Enam puluh tiga
65 Enam puluh empat
66 Enam puluh lima
67 Enam puluh enam
68 Enam puluh tujuh
69 Enam puluh delapan
70 Enam puluh sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh puluh satu
73 Tujuh puluh dua
74 Tujuh puluh tiga
75 Tujuh puluh empat
76 Tujuh puluh Lima
77 Tujuh puluh enam
78 Tujuh puluh tujuh
79 Tujuh puluh delapan
80 Tujuh puluh sembilan
81 Delapan puluh
82 Delapan puluh satu
83 Delapan puluh dua
84 Delapan puluh tiga
85 Delapan puluh empat
86 Delapan puluh lima
87 Delapan puluh enam
88 Delapan puluh tujuh
89 Delapan puluh delapan
90 Delapan puluh sembilan
91 Sembilan puluh
92 Sembilan puluh satu
93 Sembilan puluh dua
94 Sembilan puluh tiga
95 Sembilan puluh empat
96 Sembilan puluh lima
97 Sembilan puluh enam
98 Sembilan puluh tujuh
99 Sembilan puluh delapan
100 Sembilan puluh sembilan
101 Seratus
102 Seratus satu
103 Seratus dua
104 Seratus tiga
105 Seratus empat
106 Seratus lima
107 Seratus enam
108 Seratus tujuh
109 Seratus delapan
110 Seratus sembilan
111 Seratus sepuluh
112 Seratus sebelas
113 Seratus dua belas
114 Seratus tiga belas
115 Seratus empat belas
116 Seratus Lima Belas
117 Seratus enam belas
118 Seratus tujuh belas
119 Seratus delapan belas
120 Seratus sembilan belas
121 Seratus dua puluh
122 Seratus dua puluh satu
123 Seratus dua puluh dua
124 Seratus dua puluh tiga
125 Seratus dua puluh empat
126 Seratus dua puluh lima
127 Seratus dua puluh enam
128 Seratus dua puluh tujuh
129 Seratus dua puluh delapan
130 Seratus dua puluh sembilan
131 Seratus tiga puluh
132 Seratus tiga puluh satu
133 Seratus tiga puluh dua
134 Seratus tiga puluh tiga
135 Seratus tiga puluh empat
136 Seratus tiga puluh lima
137 Seratus tiga puluh enam
138 Seratus tiga puluh tujuh
139 Seratus tiga puluh delapan
140 Seratus tiga puluh sembilan
141 Seratus empat puluh
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Visual
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua belas
14
Tiga belas
15
Empat belas
16
Lima belas
17
Enam belas
18
Tujuh belas
19
Delapan belas
20
Sembilan belas
21
Dua puluh
22
Dua puluh satu
23
Dua puluh dua
24
Dua puluh tiga
25
Dua puluh empat
26
Dua puluh lima
27
Dua puluh enam
28
Dua puluh tujuh
29
Dua puluh delapan
30
Dua puluh sembilan
31
Tiga puluh
32
Tiga puluh satu
33
Tiga puluh dua
34
Tiga puluh tiga
35
Tiga puluh empat
36
Tiga puluh lima
37
Tiga puluh enam
38
Tiga puluh tujuh
39
Tiga puluh delapan
40
Tiga puluh sembilan
41
Empat puluh
42
Empat puluh satu
43
Empat puluh dua
44
Empat puluh tiga
45
Empat puluh empat
46
Empat puluh lima
47
Empat puluh enam
48
Empat puluh tujuh
49
Empat puluh delapan
50
Empat puluh sembilan
51
Lima puluh
52
Lima puluh satu
53
Lima puluh dua
54
Lima puluh tiga
55
Lima puluh empat
56
Lima puluh lima
57
Lima puluh enam
58
Lima puluh tujuh
59
Lima puluh delapan
60
Lima puluh sembilan
61
Enam puluh
62
Enam puluh satu
63
Enam puluh dua
64
Enam puluh tiga
65
Enam puluh empat
66
Enam puluh lima
67
Enam puluh enam
68
Enam puluh tujuh
69
Enam puluh delapan
70
Enam puluh sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh puluh satu
73
Tujuh puluh dua
74
Tujuh puluh tiga
75
Tujuh puluh empat
76
Tujuh puluh Lima
77
Tujuh puluh enam
78
Tujuh puluh tujuh
79
Tujuh puluh delapan
80
Tujuh puluh sembilan
81
Delapan puluh
82
Delapan puluh satu
83
Delapan puluh dua
84
Delapan puluh tiga
85
Delapan puluh empat
86
Delapan puluh lima
87
Delapan puluh enam
88
Delapan puluh tujuh
89
Delapan puluh delapan
90
Delapan puluh sembilan
91
Sembilan puluh
92
Sembilan puluh satu
93
Sembilan puluh dua
94
Sembilan puluh tiga
95
Sembilan puluh empat
96
Sembilan puluh lima
97
Sembilan puluh enam
98
Sembilan puluh tujuh
99
Sembilan puluh delapan
100
Sembilan puluh sembilan
101
Seratus
102
Seratus satu
103
Seratus dua
104
Seratus tiga
105
Seratus empat
106
Seratus lima
107
Seratus enam
108
Seratus tujuh
109
Seratus delapan
110
Seratus sembilan
111
Seratus sepuluh
112
Seratus sebelas
113
Seratus dua belas
114
Seratus tiga belas
115
Seratus empat belas
116
Seratus Lima Belas
117
Seratus enam belas
118
Seratus tujuh belas
119
Seratus delapan belas
120
Seratus sembilan belas
121
Seratus dua puluh
122
Seratus dua puluh satu
123
Seratus dua puluh dua
124
Seratus dua puluh tiga
125
Seratus dua puluh empat
126
Seratus dua puluh lima
127
Seratus dua puluh enam
128
Seratus dua puluh tujuh
129
Seratus dua puluh delapan
130
Seratus dua puluh sembilan
131
Seratus tiga puluh
132
Seratus tiga puluh satu
133
Seratus tiga puluh dua
134
Seratus tiga puluh tiga
135
Seratus tiga puluh empat
136
Seratus tiga puluh lima
137
Seratus tiga puluh enam
138
Seratus tiga puluh tujuh
139
Seratus tiga puluh delapan
140
Seratus tiga puluh sembilan
141
Seratus empat puluh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!